Sabtu, 25 Juli 2015

PENGARUH AGNOSTISME TERHADAP PEMUDA DAN REMAJA


 Dewasa ini banyak orang beranggapan bahwa agama hanya sekedar konsep belaka. Keberadaannya dianggap perlu hanya untuk melengkapi identitas dalam kartu-kartu identitas saja. Ditambah lagi dengan kemajuan zaman yang menggerakkan masyarakat ke arah sekularisme dan liberalisme menjadi kekhawatiran para agamawan. Pada masa ini, orang-orang yang menganggap diri beragama pun menolak untuk terlibat terlalu lama dalam kegiatan keagamaan, apalagi sampai disebut orang yang religius, hal ini malah menjadi semacam hinaan atau suatu julukan yang membuat malu dan kolot.
Mereka yang menolak agama dalam arti yang sesungguhnya ini disebut agnostik, bahkan ada yang juga menolak adanya eksistensi Tuhan. Pada umumnya, logika adalah satu-satunya bagian yang didewakan dalam segala bidang. Padahal manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Jika aspek tentang Tuhan hanya ditelaah berdasarkan logika, yaitu hal yang merupakan bagian dari tubuh dan mengesampingkan unsur jiwa yang ada dalam manusia, maka penelaahan agnostik adalah timpang.  Hal ini dikarenakan tubuh akan segera hancur, namun jiwa akan melanjutkan perjalanannya ke tempat lain. Dalam hal ini seharunya unsur jiwa mendapat tempat yang lebih tinggi dalam penelahaan. Tetapi sebaliknya, perkembangan peradaban manusia telah membuat suatu tren baru dimana segala sesuatu harus dapat diukur, sehingga hal-hal yang bersifat metafisika kurang mendapat tempat untuk dipertimbangkan.
Masalah ini bukan hanya menyebar dikalangan para pemikir atau teolog, namun telah meresap kedalam nadi masyarakat, terutama ujung tombak masa depan, yaitu gologan pemuda dan remaja. Pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat mereka temui menjadikan mereka skeptis dalam banyak hal, termasuk religius. Hal ini kemudian berkembang menjadi suatu paham yang mungkin saja mereka belum pernah pelajari, yaitu agnostisme.


A.    DEFINISI AGNOSTISME
Istilah Agnostik berasal dari kata Yunani γνῶσις “gnosis” berarti “pengetahuan” yang disertai dengan kataἀ- (a-), yang berarti “tidak/tanpa?”. Oleh karena itu seorang agnostik adalah seorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang Allah. Jadi seorang agnostik berarti seorang yang mengatakan bahwa kita tidak dapat mengetahui bahwa Allah itu ada. Istilah ini pertama dipakai oleh Thomas Huxley, yang meliputi berbagai derajat skeptisisme. Agnostik adalah pengikut pragmatisme. Kepercayaan mereka terhadap sesuatu harus berdasarkan verifikasi secara ilmiah, maka mereka mengabaikan Allah dalam diskusi mereka. [1]
Thomas Huxley merupakan seorang ilmuan biologi Inggris yang mempopularkan paham ini pada tahun 1869 dalam pidato perhimpunan metafisikal, dimana dengan filosofinya ia menolak semua tuntutan spiritual dan pengetahuan mistis. Ia menggunakan istilah ini dalam kepentingan pembahasan eksistensi religi atau Tuhan. Dia tidak mengambil posisi affirmatif atau negatif dalam penilainya, hal ini karena ia beranggapan bahwa manusia tidak memiliki bukti yang kuat untuk menyimpulkan apakah Tuhan ada atau tidak ada.[2] Hal inilah yang mempengaruhi banyak orang dan menjadi pegangan para agnostik yang lain.
Disamping itu filsuf skolastik abad pertengahan yaitu David Hume juga terjebak dalam pemikiran yang sama dengna Huxley yang meyakini bahwa dengan keterbatasan manusia, maka tidak mungkin untuk menerima segala sesuatu yang tidak dapat dipastikan. Sesungguhnya ada banyak filsuf lain yang juga mengemukakan skeptisme mereka dalam pemikiran-pemikiran mereka pada abad yang sama atau berbeda, yang merupakan cikal bakal dari agnostisisme ini. Tokoh – tokoh tersebut antara lain Aristoteles, Anselm, Aquinas, Descrates, Immanuel Kant, Soren Kierkegaard, dan lain-lainnya yang memulai pertanyaan mereka akan eksistensi Allah dan skeptis akan jawaban yang mereka temukan.[3]
Pada abad ke 19 salah satu tokoh yang mengindikasikan secara kuat bahwa dirinya adalah seorang agnostik ialah Bertrand Russell dengan pamfletnya yang terkenal Why I Am Not a Christian, pada 1927 ia memberikan pidato yang patut dipertimbangkan karena menjadi pernyataan klasik para agnostik. Bahkan tahun 1939 Russel mengajar dalam Eksistensi dan Natur Tuhan dengan pengajaran memberikan karateristik seorang agnostik.[4]
Tokoh terkemukan lainnya ialah Charles Darwin dengan pernyataan yang ia tulis pada 1879 "I have never been an atheist in the sense of denying the existence of a God. – I think that generally ... an agnostic would be the most correct description of my state of mind."
B.     KLASIFIKASI AGNOSTISME
Agnostisme sesungguhnya telah terbagi menjadi beberapa kategori. Variasinya adalah sebagain berikut:
1.     Agnostis ateisme
Pandangan dari mereka yang tidak percaya sama sekai pada eksistensi Tuhan, namun tidak menyatakan tahu bahwa Tuhan ada atau tidak ada.
  1. Agnostis teisme
Sebuah paham bahwa mereka tidak menyatakan mereka tahu ekistensi dari Tuhan, namun masih percaya bahwa ada Tuhan.
  1. Apatis atau agnostik pragmatis
Sebuah paham bahwa tidak ada bukti ada atau tidak adanya Tuhan, namun sejak Tuhan mungkin saja menciptakan segala alam semesta, maka hal ini bisa diterima. Namun Tuhan itu tidak berdampak secara personal dalam kehidupan manusia.
  1. Agnostisme keras atau kuat dan permanen
Sebuah pandangan yang mempertanyakan eksistensi Tuhan dengan sebuah alasan logis tentang semesta dan keterbatasan manusai, namun tidak menemukan bukti objektif. Mereka ini yang berkata “Saya tidak dapat tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak, begitu juga kamu”.
  1. Agnostisme lemah atau terbuka dan temporer
Mereka berpikiran bahwa ada atau tidaknya Tuhan tidak dapat diketahui dan tidak perlu diketahui, hanya saja satu subjek akan membuktikan, jika memang ada.

C.    PENGARUH AGNOSTISME TERHADAP PEMUDA DAN REMAJA
Pergerakan kaum agnostik lebih mirip dengan fenomena gunung es, sedikit saja yang terlihat atau terdata, tapi sesungguhnya mereka merupakan sekumpulan besar orang – orang yang skeptis terhadap agama yang biasanya hanya terkoneksi secara online. Oleh karena itu, akan sangat mudah menemukan hal-hal yang terkait dengan pandangan ini dan penganutnya dalam website, blog atau sosial media dalam berbagai bentuk.
Kebanyakan dari mereka adalah remaja-remaja yang mulai kehilangan iman mereka di usia sekitar 12-20 tahun akibat dari kegagalan keluarga dalam memberikan pndidikan spiritual yang memadai. Penelittian yang menunjang tentang agnostisme di kalangan remaja dan pemuda baru di lakukan di negara – negara maju seperti Amerika Serikat, hal ini juga dikarenakan kebebasan berpendapat (freedom of speech) dan hak asasi manusia (human right) yang dijunjung sedemikian tingginya dinegara ini. Tanpa ragu dan rasa bersalah remaja-remaja disana dapat mengakui bahwa Tuhan bisa saja ada, tapi tidak seorangpun dapat membuktikannya. Bukti yang dituntut oleh para pemuda ini ialah, bukti yang bersifat evidence dan scientificproven. Oleh karena itu, world view dari sekelompok besar remaja ini sulit untuk diubah, karena eksistensi Allah tidak dapat diuji secara sains.
Selain itu mereka biasanya masih berbalutkan kultus Yahudi atau Katolik atau agama apapun yang menjadi agama bawaan keluarga, namun dalam pikiran dan hati mereka, mereka sudah tidak peduli lagi akan eksistensi Tuhan. Semua hal tentang Tuhan hanyalah teori probablity (kemungkinan).[5] Kaum agnostik ini bukanlah mereka yang tergabung dengan sekte gereja setan suatu kumpulan sarkasme lain. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak sopan, intelegen tinggi, memiliki prilaku moral yang baik. Masalah mereka adalah pada logika atau rasional mereka. Mereka hanya tidak mau memikirkan atau percaya kepada segala sesuatu yang irasional.
Berikut tertera pola pemikiran salah satu agnostik bernama Alisha tentang beberapa hal terkait dengan kepercayaanya:
-          Tentang Agnostisme : merupakan pandangan yang paling rasional dan berasalan, terkadang dikarenakan tuntutan melalui agama di abad ini, namun lebih banyak karena hal ini terlihat sebagai hal yang paling konsisten dengan hasil observasi dengan metode sains. Ia terbuka dengan gagasan bahwa Tuhan bisa saja ada.
-          Tentang Tuhan : Tuhan tidak dapat dibuktikan atau tak terbuktikan, jadi pada dasarnya ia tidak percaya pada Tuhan. No God or Know God is no difference, inilah yang dipahami para agnostik.
-          Tentang Trinitas : Seperti halnya tentang Tuhan, kenyataan tentang Trinitas merupakan suatu kemungkinan.
-          Tentang Yesus : Yesus hanya seorang pribadi biasa, atau mungkin saja tidak pernah ada, ia mengarah pada Yesus sebagai mitos.
-          Tentang Alkitab : Alkitab adalah kumpulan mitos, sebagian kebenaran dan sisanya adalah kebohongan yang dirancang untuk orang-orang lugu dan memberik kekuasan bagi pemimpin agama atas massa atau orang banyak.
-          Tentang kehidupan setelah kematian : hal ini merupakan suatu kemungkinan, karena ini bisa saja terbukti atau tak terbukti
-          Tentang Keselamatan : Baginya, keselamatan dari dosa dan neraka tidaklah dibutuhkan.
Apa yang dipikirkan Alisha merupakan perwakilan dari apa yang dipikirkan para agnostik. Mereka menunggu bukti untuk dapat percaya, sedangkan segala hal yang bersifat metafisika memang sukar atau tidak dapat dibuktikan secara sciencetific.
      Salah satu tanda-tanda yang sering kaum muda agnostik maupun ateis gunakan dalam mengekspresikan pandangan mereka adalah lewat asesoris. Sebagaimana sebagian besar umat Kristen menggunakan asesoris salib untuk menunjukkan identitas mereka sebagai seorang Kristen, demikian juga mereka. Berikut adalah contoh-contoh identitas mereka dalam rupa mata kalung, namun ada kemungkinan juga dicetak dalam benda-benda lain:
Disamping itu, pergerakan kaum agnostik melalui sosial media di Indonesia dapat terlihat dari secuplik gambar dari salah satu posting akun yang menamai diri Agnsotik Humanis Indonesia berikut ini:
Dalam tautan diatas mereka mencoba menyajikan santapan ilmiah dimana penemuan tanda-tanda alien (kehidupan asing di luar bumi) yang telah mengundang banyak spekulasi. Sehingga satu solusi yang paling mungkin dari keheningan di angkasa adalah bahwa mungkin saja tidak ada siapa-siapa di sana, (termasuk Tuhan), ini merupakan suatu konklusi yang skeptis bahkan untuk sains yang telah gagal membuktikan adanya kehidupan lain.[6] Hal ini mengajak kita menyutujui sebuah anggapan bahwa kita sendirian di jagad raya ini, tercipta begitu saja dan binasa begitu saja.
Tautan tersebut hanyalah salah satu cara untuk menggeser worldview  kepada agnostisme. Hal ini sangat perlu diwaspadai mengingat, begitu cakapnya para penulis dalam memaparkan gagasan yang realistis dan mudah diterima logika.
              Demikianlah dengan atau tanpa disadari oleh masyarakat pada umumnya, para agnostik berkembang pesat, karena mereka hanya membutuhkan sesuatu yang rasional untuk menerima sesuatu. Tidak menutup kemungkinan banyak umat yang mengaku Kristen merupakan agnostik secara praktis. Inilah tugas bersama untuk merangkul dan memberikan evidence atau bukti yang memadai dalam kesaksian hidup sehari-hari, karena kaum agnostik tidak tertarik pada perdebatan tanpa bukti.

D.    PANDANGAN ALKITAB
Dalam fenomena ini, maka Alkitab menyediakan jawaban yang tidak dapat dipecahkan oleh kaum agnostik. Kolose 2: 3 berkata “sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.” Sebelum para agnostik menaklukan “akal budi” dengan menyerahkannya melalui mengasihi Tuhan Allah dengan segenap  akal budi (Mat 22:37; Mrk12:30; Luk 10:27), maka sampai kapanpun mereka tidak dapat memahami hikmat dan pengetahuan yang tersembunyi itu.
Berdasarkan pandangan Alkitab, maka surat Yudas ayat 21-23 dapat menjadi jawaban dalam menentukan sikap terhadap kaum ini yaitu:
Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal. Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa.[7]

 

Kaum agnostik merupakan kaum yang skeptis terhadap eksistensi Tuhan. Ada beberapa tingkatan dalam pandangan ini yaitu agnostik ateisme, agnostik teisme, agnostik pragmatis, agnostik kuat dan agnostik lemah. Agnostik meninggikan pikiran manusia yang terbatas untuk memahami hal-hal yang tak terpahami sehingga menemui jalan buntu dan tetap berhenti disana, dijalan buntu yang ditemui.[8] Organisasi dan informasi tentang para agnostik akan lebih mudah didapatkan di dunia maya. Kebanyakan dari agnostik adalah kaum muda yang sesungguhnya merupakan ujung tombak kekristenan masa kini dan masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Alkitab TB

Adian, G. Donny. Arus Pemikiran Kontemporer. 2001. Yogyakarta: Jalasutra.

Enns, Paul.The Moody Handbook of Theology. 2012.Literatur SAAT: Malang.

Brown, Colin. Filsafat dan Iman Kristen 1.1996. Lembaga Reformed Injili Indonesia.

Brown, Colin. Filsafat dan Iman Kristen 1.1996. Lembaga Reformed Injili Indonesia.

Young, C. Warren.A Christian Approach to Philosophy. 1954.Grand Rapids:Michigan.

Zubaedi.Filsafat Barat. 2007.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.













[1] Paul Enns,the Moody Handbook of Theology(Literatur SAAT: Malang , 2012), Hal.226
[2] Warren C. Young,A Christian Approach to Philosophy(Grand Rapids:Michigan, 1954)
[3]Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen 1 ( Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996), hal. 37,38.
[4]Ibid, hal 108-110.
[5]Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen 2 ( Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996), Hal.183-184.
[6]Zubaedi, Filsafat Barat (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), Hal.63.
[7]Alkitab TB
[8]Donny G. Adian, Arus Pemikiran Kontemporer(Yogyakarta: Jalasutra, 2001), Hal.28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar