Dewasa
ini banyak orang beranggapan bahwa agama hanya sekedar konsep belaka.
Keberadaannya dianggap perlu hanya untuk melengkapi identitas dalam kartu-kartu
identitas saja. Ditambah lagi dengan kemajuan zaman yang menggerakkan
masyarakat ke arah sekularisme dan liberalisme menjadi kekhawatiran para
agamawan. Pada masa ini, orang-orang yang menganggap diri beragama pun menolak
untuk terlibat terlalu lama dalam kegiatan keagamaan, apalagi sampai disebut
orang yang religius, hal ini malah menjadi semacam hinaan atau suatu julukan yang
membuat malu dan kolot.
Mereka
yang menolak agama dalam arti yang sesungguhnya ini disebut agnostik, bahkan
ada yang juga menolak adanya eksistensi Tuhan. Pada umumnya, logika adalah
satu-satunya bagian yang didewakan dalam segala bidang. Padahal manusia terdiri
dari tubuh dan jiwa. Jika aspek tentang Tuhan hanya ditelaah berdasarkan
logika, yaitu hal yang merupakan bagian dari tubuh dan mengesampingkan unsur
jiwa yang ada dalam manusia, maka penelaahan agnostik adalah timpang. Hal ini dikarenakan tubuh akan segera hancur,
namun jiwa akan melanjutkan perjalanannya ke tempat lain. Dalam hal ini
seharunya unsur jiwa mendapat tempat yang lebih tinggi dalam penelahaan. Tetapi
sebaliknya, perkembangan peradaban manusia telah membuat suatu tren baru dimana
segala sesuatu harus dapat diukur, sehingga hal-hal yang bersifat metafisika
kurang mendapat tempat untuk dipertimbangkan.
Masalah
ini bukan hanya menyebar dikalangan para pemikir atau teolog, namun telah
meresap kedalam nadi masyarakat, terutama ujung tombak masa depan, yaitu
gologan pemuda dan remaja. Pertanyaan-pertanyaan yang belum dapat mereka temui
menjadikan mereka skeptis dalam banyak hal, termasuk religius. Hal ini kemudian
berkembang menjadi suatu paham yang mungkin saja mereka belum pernah pelajari, yaitu
agnostisme.
A.
DEFINISI
AGNOSTISME
Istilah Agnostik berasal dari kata
Yunani γνῶσις
“gnosis” berarti “pengetahuan” yang disertai dengan kataἀ- (a-), yang berarti “tidak/tanpa?”.
Oleh karena itu seorang agnostik adalah seorang yang tidak memiliki pengetahuan
tentang Allah. Jadi seorang agnostik berarti seorang yang mengatakan bahwa kita
tidak dapat mengetahui bahwa Allah itu ada. Istilah ini pertama dipakai oleh
Thomas Huxley, yang meliputi berbagai derajat skeptisisme. Agnostik adalah
pengikut pragmatisme. Kepercayaan mereka terhadap sesuatu harus berdasarkan
verifikasi secara ilmiah, maka mereka mengabaikan Allah dalam diskusi mereka. [1]
Thomas Huxley merupakan seorang ilmuan
biologi Inggris yang mempopularkan paham ini pada tahun 1869 dalam pidato
perhimpunan metafisikal, dimana dengan filosofinya ia menolak semua tuntutan
spiritual dan pengetahuan mistis. Ia menggunakan istilah ini dalam kepentingan
pembahasan eksistensi religi atau Tuhan. Dia tidak mengambil posisi affirmatif
atau negatif dalam penilainya, hal ini karena ia beranggapan bahwa manusia
tidak memiliki bukti yang kuat untuk menyimpulkan apakah Tuhan ada atau tidak
ada.[2]
Hal inilah yang mempengaruhi banyak orang dan menjadi pegangan para agnostik
yang lain.
Disamping itu filsuf skolastik abad
pertengahan yaitu David Hume juga terjebak dalam pemikiran yang sama dengna
Huxley yang meyakini bahwa dengan keterbatasan manusia, maka tidak mungkin
untuk menerima segala sesuatu yang tidak dapat dipastikan. Sesungguhnya ada
banyak filsuf lain yang juga mengemukakan skeptisme mereka dalam
pemikiran-pemikiran mereka pada abad yang sama atau berbeda, yang merupakan
cikal bakal dari agnostisisme ini. Tokoh – tokoh tersebut antara lain
Aristoteles, Anselm, Aquinas, Descrates, Immanuel Kant, Soren Kierkegaard, dan
lain-lainnya yang memulai pertanyaan mereka akan eksistensi Allah dan skeptis
akan jawaban yang mereka temukan.[3]
Pada abad ke 19 salah satu tokoh yang
mengindikasikan secara kuat bahwa dirinya adalah seorang agnostik ialah Bertrand Russell dengan pamfletnya yang terkenal Why I Am Not a
Christian, pada 1927
ia memberikan pidato yang patut dipertimbangkan karena menjadi pernyataan
klasik para agnostik. Bahkan tahun 1939 Russel mengajar dalam Eksistensi dan
Natur Tuhan dengan pengajaran memberikan karateristik seorang agnostik.[4]
Tokoh terkemukan lainnya
ialah Charles Darwin dengan pernyataan yang ia tulis pada 1879 "I have
never been an atheist in the sense of denying the existence of a God. – I think
that generally ... an agnostic would be the most correct description of my
state of mind."
B.
KLASIFIKASI
AGNOSTISME
Agnostisme sesungguhnya telah
terbagi menjadi beberapa kategori. Variasinya adalah sebagain berikut:
1.
Agnostis ateisme
Pandangan
dari mereka yang tidak percaya sama sekai pada eksistensi Tuhan, namun tidak
menyatakan tahu bahwa Tuhan ada atau tidak ada.
- Agnostis teisme
Sebuah
paham bahwa mereka tidak menyatakan mereka tahu ekistensi dari Tuhan, namun
masih percaya bahwa ada Tuhan.
- Apatis atau agnostik pragmatis
Sebuah
paham bahwa tidak ada bukti ada atau tidak adanya Tuhan, namun sejak Tuhan
mungkin saja menciptakan segala alam semesta, maka hal ini bisa diterima. Namun
Tuhan itu tidak berdampak secara personal dalam kehidupan manusia.
- Agnostisme keras atau kuat dan permanen
Sebuah
pandangan yang mempertanyakan eksistensi Tuhan dengan sebuah alasan logis
tentang semesta dan keterbatasan manusai, namun tidak menemukan bukti objektif.
Mereka ini yang berkata “Saya tidak dapat tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak,
begitu juga kamu”.
- Agnostisme lemah atau terbuka dan temporer
Mereka
berpikiran bahwa ada atau tidaknya Tuhan tidak dapat diketahui dan tidak perlu
diketahui, hanya saja satu subjek akan membuktikan, jika memang ada.
C.
PENGARUH
AGNOSTISME TERHADAP PEMUDA DAN REMAJA
Pergerakan
kaum agnostik lebih mirip dengan fenomena gunung es, sedikit saja yang terlihat
atau terdata, tapi sesungguhnya mereka merupakan sekumpulan besar orang – orang
yang skeptis terhadap agama yang biasanya hanya terkoneksi secara online. Oleh
karena itu, akan sangat mudah menemukan hal-hal yang terkait dengan pandangan
ini dan penganutnya dalam website, blog atau sosial media dalam berbagai
bentuk.
Kebanyakan
dari mereka adalah remaja-remaja yang mulai kehilangan iman mereka di usia
sekitar 12-20 tahun akibat dari kegagalan keluarga dalam memberikan pndidikan
spiritual yang memadai. Penelittian yang menunjang tentang agnostisme di
kalangan remaja dan pemuda baru di lakukan di negara – negara maju seperti
Amerika Serikat, hal ini juga dikarenakan kebebasan berpendapat (freedom of speech) dan hak asasi
manusia (human right) yang dijunjung
sedemikian tingginya dinegara ini. Tanpa ragu dan rasa bersalah remaja-remaja
disana dapat mengakui bahwa Tuhan bisa saja ada, tapi tidak seorangpun dapat
membuktikannya. Bukti yang dituntut oleh para pemuda ini ialah, bukti yang
bersifat evidence dan scientificproven. Oleh karena itu, world view dari sekelompok besar remaja
ini sulit untuk diubah, karena eksistensi Allah tidak dapat diuji secara sains.
Selain
itu mereka biasanya masih berbalutkan kultus Yahudi atau Katolik atau agama
apapun yang menjadi agama bawaan keluarga, namun dalam pikiran dan hati mereka,
mereka sudah tidak peduli lagi akan eksistensi Tuhan. Semua hal tentang Tuhan
hanyalah teori probablity (kemungkinan).[5]
Kaum agnostik ini bukanlah mereka yang tergabung dengan sekte gereja setan
suatu kumpulan sarkasme lain. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak sopan,
intelegen tinggi, memiliki prilaku moral yang baik. Masalah mereka adalah pada
logika atau rasional mereka. Mereka hanya tidak mau memikirkan atau percaya
kepada segala sesuatu yang irasional.
Berikut
tertera pola pemikiran salah satu agnostik bernama Alisha tentang beberapa hal
terkait dengan kepercayaanya:
-
Tentang Agnostisme : merupakan pandangan
yang paling rasional dan berasalan, terkadang dikarenakan tuntutan melalui
agama di abad ini, namun lebih banyak karena hal ini terlihat sebagai hal yang
paling konsisten dengan hasil observasi dengan metode sains. Ia terbuka dengan
gagasan bahwa Tuhan bisa saja ada.
-
Tentang Tuhan : Tuhan tidak dapat
dibuktikan atau tak terbuktikan, jadi pada dasarnya ia tidak percaya pada
Tuhan. No God or Know God is no
difference, inilah yang dipahami para agnostik.
-
Tentang Trinitas : Seperti halnya
tentang Tuhan, kenyataan tentang Trinitas merupakan suatu kemungkinan.
-
Tentang Yesus : Yesus hanya seorang
pribadi biasa, atau mungkin saja tidak pernah ada, ia mengarah pada Yesus
sebagai mitos.
-
Tentang Alkitab : Alkitab adalah
kumpulan mitos, sebagian kebenaran dan sisanya adalah kebohongan yang dirancang
untuk orang-orang lugu dan memberik kekuasan bagi pemimpin agama atas massa
atau orang banyak.
-
Tentang kehidupan setelah kematian : hal
ini merupakan suatu kemungkinan, karena ini bisa saja terbukti atau tak
terbukti
-
Tentang Keselamatan : Baginya,
keselamatan dari dosa dan neraka tidaklah dibutuhkan.
Apa
yang dipikirkan Alisha merupakan perwakilan dari apa yang dipikirkan para
agnostik. Mereka menunggu bukti untuk dapat percaya, sedangkan segala hal yang
bersifat metafisika memang sukar atau tidak dapat dibuktikan secara sciencetific.
Salah satu tanda-tanda yang sering kaum muda agnostik maupun
ateis gunakan dalam mengekspresikan pandangan mereka adalah lewat asesoris.
Sebagaimana sebagian besar umat Kristen menggunakan asesoris salib untuk
menunjukkan identitas mereka sebagai seorang Kristen, demikian juga mereka.
Berikut adalah contoh-contoh identitas mereka dalam rupa mata kalung, namun ada
kemungkinan juga dicetak dalam benda-benda lain:
Disamping
itu, pergerakan kaum agnostik melalui sosial media di Indonesia dapat terlihat
dari secuplik gambar dari salah satu posting
akun yang menamai diri Agnsotik Humanis Indonesia berikut ini:
Dalam tautan diatas mereka mencoba menyajikan santapan ilmiah
dimana penemuan tanda-tanda alien (kehidupan asing di luar bumi) yang telah
mengundang banyak spekulasi. Sehingga satu solusi yang paling mungkin dari
keheningan di angkasa adalah bahwa mungkin saja tidak ada siapa-siapa di sana,
(termasuk Tuhan), ini merupakan suatu konklusi yang skeptis bahkan untuk sains
yang telah gagal membuktikan adanya kehidupan lain.[6] Hal ini
mengajak kita menyutujui sebuah anggapan bahwa kita sendirian di jagad raya
ini, tercipta begitu saja dan binasa begitu saja.
Tautan tersebut hanyalah salah satu cara untuk menggeser worldview kepada agnostisme. Hal ini sangat perlu
diwaspadai mengingat, begitu cakapnya para penulis dalam memaparkan gagasan
yang realistis dan mudah diterima logika.
Demikianlah dengan atau tanpa
disadari oleh masyarakat pada umumnya, para agnostik berkembang pesat, karena
mereka hanya membutuhkan sesuatu yang rasional untuk menerima sesuatu. Tidak
menutup kemungkinan banyak umat yang mengaku Kristen merupakan agnostik secara
praktis. Inilah tugas bersama untuk merangkul dan memberikan evidence atau bukti yang memadai dalam
kesaksian hidup sehari-hari, karena kaum agnostik tidak tertarik pada
perdebatan tanpa bukti.
D.
PANDANGAN
ALKITAB
Dalam fenomena
ini, maka Alkitab menyediakan jawaban yang tidak dapat dipecahkan oleh kaum
agnostik. Kolose 2: 3 berkata “sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta
hikmat dan pengetahuan.” Sebelum para agnostik menaklukan “akal budi” dengan
menyerahkannya melalui mengasihi Tuhan Allah dengan segenap akal budi (Mat 22:37; Mrk12:30; Luk 10:27),
maka sampai kapanpun mereka tidak dapat memahami hikmat dan pengetahuan yang
tersembunyi itu.
Berdasarkan
pandangan Alkitab, maka surat Yudas ayat 21-23 dapat menjadi jawaban dalam
menentukan sikap terhadap kaum ini yaitu:
Peliharalah dirimu demikian dalam
kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup
yang kekal. Tunjukkanlah belas kasihan
kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas
mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan
kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh
keinginan-keinginan dosa.[7]
Kaum agnostik merupakan kaum yang skeptis terhadap
eksistensi Tuhan. Ada beberapa tingkatan dalam pandangan ini yaitu agnostik
ateisme, agnostik teisme, agnostik pragmatis, agnostik kuat dan agnostik lemah.
Agnostik meninggikan pikiran manusia yang terbatas untuk memahami hal-hal yang
tak terpahami sehingga menemui jalan buntu dan tetap berhenti disana, dijalan
buntu yang ditemui.[8]
Organisasi dan informasi tentang para agnostik akan lebih mudah didapatkan di
dunia maya. Kebanyakan dari agnostik adalah kaum muda yang sesungguhnya
merupakan ujung tombak kekristenan masa kini dan masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab TB
Adian, G. Donny.
Arus Pemikiran Kontemporer. 2001. Yogyakarta:
Jalasutra.
Enns, Paul.The
Moody Handbook of Theology. 2012.Literatur SAAT: Malang.
Brown, Colin. Filsafat dan Iman Kristen 1.1996.
Lembaga Reformed Injili Indonesia.
Brown, Colin. Filsafat dan Iman Kristen 1.1996.
Lembaga Reformed Injili Indonesia.
Young, C. Warren.A Christian
Approach to Philosophy. 1954.Grand Rapids:Michigan.
Zubaedi.Filsafat Barat. 2007.Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
[3]Colin
Brown, Filsafat dan Iman Kristen 1 (
Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996), hal. 37,38.
[4]Ibid, hal
108-110.
[5]Colin
Brown, Filsafat dan Iman Kristen 2 (
Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1996), Hal.183-184.
[6]Zubaedi, Filsafat Barat (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), Hal.63.
[7]Alkitab
TB
[8]Donny G.
Adian, Arus Pemikiran Kontemporer(Yogyakarta:
Jalasutra, 2001), Hal.28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar