MAKALAH HERMENEUTIK
KEKUASAAN TUHAN DALAM BERITA
KESELAMATAN
(YESAYA 53:1-12)
DOSEN: Ev. Liem Ka Hok, M.Th
OLEH
Nama : ELSA SEPTINAKKITA SITUMORANG
Tkt/Smt: 2/IV
Waktu: 10 jam
INSTITUT INJIL INDONESIA
Batu, 30April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Nubuat mesianis ini
berawal dari pasal 52:13–15. Ayat 13 mengatakan tentang keagungan Kristus, dan
sisanya berbicara tentang kehinaan dan kesengsaraan yang diambilnya dalam rupa
seorang hamba. Hal ini merupakan suatu kontradiksi yang membingungkan dalam
Perjanjian lama mengingat mereka nabi dan ornag Israel tidak tidak menyadari
suatu periode yang amat panjang dalam menani kedatangan Mesias sebagai Hamba
yang menderita yang masti dan kemudian kembali dalam rupa Raja mulia yang
berdaulat. Ayat 14 memberitahu kita bahwa fisik Kristus yang menderita
membuatnya tidak terlihat seperti manusia, hingga orang-orang akan dikejutkan
oleh Dia. Akan tetapi kedatangan-Nya yang kedia kali akan membuat seluruh dunia
bergoncang. Kedatangan-Nya yang pertama mengejutkan sekelompok kecil orang di
daerah Palesitna; namun kedatangan-Nya yang keduakalinya akan akan
menggoncangkan dunia. Pasal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pasal
selanjutnya dari pasal 52 yang akan menginformasikan lebih banyak tentang jejak
hidup dan pelayanan Kristus.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
I.Penolakkan-Nya (53:1–3)
Orang-orang Israel yang
tidak percaya telah diberitakan bahwa mereka melihat Dia, mendengar Dia, tapi
tidak percaya kepada-Nya (Yohanes 1:11; 12:37–38).
Ada tiga bentuk
penolakan: mereka menolak firman-Nya, berita-Nya dan pekerjaan-Nya. Nabi Yesaya
telah memperingatkan bentuk kekerasan hati ini dalam pasal 6:9-10. Penolakan
yang selanjutnya berfokus pada diri-Nya, bahwa Ia tidak dilakhirkan di istana
tetapi di kandang di Betlehem dan ia tumbuh besar di kota kecil Nazaret. Kata
“taruk” diartikan secara harafiah sebagai “ranting kecil” yang muncul dari
cabang yang rendah. Dengan kata lain, Kristus bukanlah pohon yang besar, tapi
ranting kecil yang rendah. Ketika ia datang, keadaan spiritual bangsa ini
sedang tandus dan kering. Secara formal mereka mempunyai agama, tapi mereka
tidak hidup didalamnya, dan karena Dia membawakan hidup, maka mereka menolak
Dia. Inilah bentuk penyangkalan yang dilakukan oleh Bangsa Yahudi yang tidak
dapat percaya bahwa Tuhan datang dengan mengambil rupa seorang hamba (Markus
6:1–3). Penampilan fisiknya tidak luarbiasa; tidak ada daya pikat khusus
seperti kemuliaan yang terlihat dalam rupa hamba ini. Itulah sebabnya, Dia
diremehkan (tidak diinginkan, direndahkan), ditolak (ditinggalkan muridnya,
Bangsanya, dan dunia-Nya), dipandang hina (tidak dihargai, tidak diinginkan).
Namun Dia datang untuk melakukan kebaikan dan menolong yang tak tertolong. Hal
ini semata-mata menunjukkan kefasikan hati manusia dengan menunjukkan perlakuan
manusia terhadap satu-satunya anak Allah[2].
II. Penebusannya (53:4–6)
Mengapa harus manusia tidak berdosa seperti Kristus yang
harus mati dengan cara mengenaskan dikayu salib? Ayat 4-6 memberikan penjelasan
mengapa Ia mengambil tempat orang berdosa dan menanggung peghakiman mereka
untuk mereka sendiri. Harga yang harus ia bayar ialah: terluka, didera, sekarat
di kayu Salib, dipaku di Salib, memar dan hancur dibawah beban berat, beratnya
dosa yang ditimpakan pada-Nya; dihukum karena Ia dianggap melanggar hukum
sehingga Ia harus dicambuk.
Namun penderitaan fisik ini tidak ada artinya dibandingkan
dengan penderitaan spiritual di salib, ketika Ia membayar pelanggaran kita yang
suka menentang Hukum Tuhan, sifat alami kita yang jahat, kesedihan kita, dan
bencana yang kita akibatkan. Dia mati untuk kita semua. Ayat ini
sungguh menyentuh dan merupakan hati Injil — “ Kristus mati untuk kita berdosa.”[3]
III. Melepaskan jabatan-Nya (53:7–9)
Dia tidak diperlakukan
dengan baik; Dia ditekan, diganggu, diperlakukan secara kasar. Namun Dia tidak
mengeluh atau menjerit. Mereka mengejek Dia dan mendorong Dia dari satu tempat
ke lain, namun Dia tenang dan lembut hati sebagai anak domba. Dia adalah “ Anak
Domba Allah” yang datang dari jauh untuk membuang dosa dunia. Ayat 8 mengatakan
bahwa Dia diambil dengan kasar dari penjara dan tidak diizinkan untuk
mendapatkan keadilan. Persidangan berlngsung dengan tidak adil dan tidak sah.
Namun “generasi” tidak memprotes;
muridnya telah meninggalkan Dia dan melarikan diri. Dalam kedengkian manusia
dan perlakuannya terhadap Yesus, Ia tidak memprotes atau membantah. Hal ini Ia
lakukan karena memang Ia datang untuk mati bagi orang-orang berdosa.[4]
Ayat 9 menyebutkan bahwa mereka menempatkan kubur-Nya
diantara orang-orang fasik. Tubuh Yesus pada akhirnya dimakamkan di tanah
tukang periuk. “Dia tidak berbuat jahat, bahkan tipu tidak ada pada mulutnya.”
Orang-orang berlaku tidak adil, tapi Tuhan adalah adil. Kristus merupakan
sebuah contoh bagi kita bahwa Ia memenuhi kehendak tuhan hingga tuntas (
1Petrus 2:18-25). Ketika orang-orang memperlakukan kita dengan tidak adil
karena kita mengikuti Kristus, kita justru harus memuliakan Kristus dengan hal
itu.[5]
VI.
Penghargaan-Nya (53:10–12)
Semua ini telah direncanakan
oleh Tuhan dan rencana-Nya ini sukses. Kitapun menyaksikan bahwa rencana penyelamatan in bekerja.
Ayat-ayat dalam pasal 53 ini memperlihatkan kepada kita sisi lain Allah di kayu
salib: Kematian-Nya menyenangkan Allah. Hal ini tampak seperti Bapa bersukacita
karena penderitaan dan kematian anak-Nya, namun tidak demikian kenyataannya.
Faktanya, hal ini menyenangkan hati Allah karena melihat pekerjaan penyelamatan
telah berhasil, pengorbanan diterima, dan dosa ditebus. Sekarang Allah yang
kudus dengan anugerah-Nya dapat menyelamatkan mereka yang tidak pantas
diselamatkan. Meskipun Kristus diserahkan oleh kaki tangan iblis melalui
manusia, namun mereka telah membantu dalam mewujudkan tujuan Allah. Kematian
Kristus bukanlah contoh moral, namun persembahan untuk dosa. Ia mati di tempat
seharusnya kita mati.[6]
Suatu penghargaan bagi Kristus, terpisah dari kesukacitaan
yang telah dilakukan-Nya bagi kehendak Bapa ialah Ia bangkit dari kematian dan
mendapat suatu keluarga secara rohani, hingga Kristus disebut sebagai “Bapa
yang kekal” dan ini menjadi alasan mengapa kematian-Nya di salib memungkinkan
penyelamatan keluarga Allah dari dosa. Orang-orang yang telah dibenarkan ini,
menyatakan kebenaran mereka melalui anugerah Allah.
Ayat 12 menyajikan penghargaan lain dari Hamba yang setia,
suatu penghargaan dari Bapa. Ia telah menaklukan dosa dan setan, dan sekarang
Ia membagikan barang rampasan. Ketika Kristus di dunia, ia dipandang rendah,
namun sekarang Ia ditinggikan sebagai yang “terbesar”. Bahkan raja-raja akan
sujud menyembah kepada-Nya.
Pernyataan penutup membawa kita kembali pada kayu
salib. Kristus telah disalib diantara dua orang pencuri dan diperlakukan
seperti seorang penjahat. Dia telah membuat hubungan bagi para pelanggar dan
berdoa untuk mereka. Dia tidak berbicara ketika orang-orang mencaci Dia dengan
kejam, namun Dia berbicara demi orang-orang berdosa yang terhilang. Dan saat
ini Dia telah menjadi jalan bagi diri-Nya senidiri.[7]
BAB III
PENUTUP
Nubuatan
mesianik yang tertulis dalam Yesaya 52:13-15 sebagai pengantar dan dilanjutkan
dalam Yesaya 53:1-12 yang menjelaskan secara rinci tentang personalitas dan
pelayanan Hamba ini telah tergenapi dengan sempurna dalam kehidupan Yesus di
bumi ini. Apa yang telah Ia lakukan dalam rupa seorang hamba tidak tergantikan
dengan pengorbanan apa pun. Yesus Kristus telah melakukan kehendak Bapa dengan
sempurna, persis dan sesuai dengan apa yang dituliskan oleh para nabi, meskipun
pada saat itu kemungkinan para nabi dan orang Israel yang mendengar nubuatan
ini belum mengerti maksud Firman Allah tersebut. Akan tetapi, peiode yang cukup
panjang dari waktu ketika nubuat ini disampaikan hingga penggenapan-Nya adalah
waktu Tuhan yang sempurna bagi misi penyelamatan yang telah Ia tetapkan melalui
Anak-Nya yang telah Ia pilih. Allah telah memuliakan diri-Nya dalam kemenangan
atas dosa dikayu Salib, dalam tujuan penyelamatan melalui seorang Hamba yang
hina yaitu diri-Nya sendiri. [8]
[1]Baltzer, Klaus ;
Machinist, Peter: Deutero-Isaiah : A Commentary on Isaiah 40-55.
Minneapolis : Fortress Press, 2001 (Hermeneia--a Critical and Historical
Commentary on the Bible), S. 400
[2]Wiersbe, Warren
W.: Wiersbe's Expository Outlines on the Old Testament. Wheaton, IL :
Victor Books, 1993, S. Is 53:1
[3]Ibid
[4]Blenkinsopp,
Joseph: Isaiah 40-55: A New Translation With Introduction and Commentary.
New Haven; London : Yale University Press, 2008, S. 349
[5]Wiersbe, Warren
W.: Wiersbe's Expository Outlines on the Old Testament. Wheaton, IL :
Victor Books, 1993, S. Is 53:1
[6]House, Paul R.: Old
Testament Theology. Downers Grove, IL : InterVarsity Press, 1998, S. 286
[7]Wiersbe, Warren
W.: Wiersbe's Expository Outlines on the Old Testament. Wheaton, IL :
Victor Books, 1993, S. Is 53:1
[8]House, Paul R.: Old
Testament Theology. Downers Grove, IL : InterVarsity Press, 1998, S. 286
Tidak ada komentar:
Posting Komentar