Sabtu, 25 Juli 2015

Paper Hermeneutik Yesaya 53



MAKALAH HERMENEUTIK
KEKUASAAN TUHAN DALAM BERITA KESELAMATAN
(YESAYA 53:1-12)
DOSEN: Ev. Liem Ka Hok, M.Th

OLEH
Nama         : ELSA SEPTINAKKITA SITUMORANG
Tkt/Smt: 2/IV
Waktu: 10 jam


INSTITUT INJIL INDONESIA
Batu, 30April 2015


BAB I
PENDAHULUAN
Nubuat mesianis ini berawal dari pasal 52:13–15. Ayat 13 mengatakan tentang keagungan Kristus, dan sisanya berbicara tentang kehinaan dan kesengsaraan yang diambilnya dalam rupa seorang hamba. Hal ini merupakan suatu kontradiksi yang membingungkan dalam Perjanjian lama mengingat mereka nabi dan ornag Israel tidak tidak menyadari suatu periode yang amat panjang dalam menani kedatangan Mesias sebagai Hamba yang menderita yang masti dan kemudian kembali dalam rupa Raja mulia yang berdaulat. Ayat 14 memberitahu kita bahwa fisik Kristus yang menderita membuatnya tidak terlihat seperti manusia, hingga orang-orang akan dikejutkan oleh Dia. Akan tetapi kedatangan-Nya yang kedia kali akan membuat seluruh dunia bergoncang. Kedatangan-Nya yang pertama mengejutkan sekelompok kecil orang di daerah Palesitna; namun kedatangan-Nya yang keduakalinya akan akan menggoncangkan dunia. Pasal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pasal selanjutnya dari pasal 52 yang akan menginformasikan lebih banyak tentang jejak hidup dan pelayanan Kristus.[1]

BAB II
PEMBAHASAN
I.Penolakkan-Nya (53:1–3)
Orang-orang Israel yang tidak percaya telah diberitakan bahwa mereka melihat Dia, mendengar Dia, tapi tidak percaya kepada-Nya (Yohanes 1:11; 12:37–38).
Ada tiga bentuk penolakan: mereka menolak firman-Nya, berita-Nya dan pekerjaan-Nya. Nabi Yesaya telah memperingatkan bentuk kekerasan hati ini dalam pasal 6:9-10. Penolakan yang selanjutnya berfokus pada diri-Nya, bahwa Ia tidak dilakhirkan di istana tetapi di kandang di Betlehem dan ia tumbuh besar di kota kecil Nazaret. Kata “taruk” diartikan secara harafiah sebagai “ranting kecil” yang muncul dari cabang yang rendah. Dengan kata lain, Kristus bukanlah pohon yang besar, tapi ranting kecil yang rendah. Ketika ia datang, keadaan spiritual bangsa ini sedang tandus dan kering. Secara formal mereka mempunyai agama, tapi mereka tidak hidup didalamnya, dan karena Dia membawakan hidup, maka mereka menolak Dia. Inilah bentuk penyangkalan yang dilakukan oleh Bangsa Yahudi yang tidak dapat percaya bahwa Tuhan datang dengan mengambil rupa seorang hamba (Markus 6:1–3). Penampilan fisiknya tidak luarbiasa; tidak ada daya pikat khusus seperti kemuliaan yang terlihat dalam rupa hamba ini. Itulah sebabnya, Dia diremehkan (tidak diinginkan, direndahkan), ditolak (ditinggalkan muridnya, Bangsanya, dan dunia-Nya), dipandang hina (tidak dihargai, tidak diinginkan). Namun Dia datang untuk melakukan kebaikan dan menolong yang tak tertolong. Hal ini semata-mata menunjukkan kefasikan hati manusia dengan menunjukkan perlakuan manusia terhadap satu-satunya anak Allah[2].
           
II. Penebusannya (53:4–6)
Mengapa harus manusia tidak berdosa seperti Kristus yang harus mati dengan cara mengenaskan dikayu salib? Ayat 4-6 memberikan penjelasan mengapa Ia mengambil tempat orang berdosa dan menanggung peghakiman mereka untuk mereka sendiri. Harga yang harus ia bayar ialah: terluka, didera, sekarat di kayu Salib, dipaku di Salib, memar dan hancur dibawah beban berat, beratnya dosa yang ditimpakan pada-Nya; dihukum karena Ia dianggap melanggar hukum sehingga Ia harus dicambuk.
Namun penderitaan fisik ini tidak ada artinya dibandingkan dengan penderitaan spiritual di salib, ketika Ia membayar pelanggaran kita yang suka menentang Hukum Tuhan, sifat alami kita yang jahat, kesedihan kita, dan bencana yang kita akibatkan. Dia mati untuk kita semua. Ayat ini sungguh menyentuh dan merupakan hati Injil — “ Kristus mati untuk kita berdosa.”[3]

III. Melepaskan jabatan-Nya (53:7–9)
Dia tidak diperlakukan dengan baik; Dia ditekan, diganggu, diperlakukan secara kasar. Namun Dia tidak mengeluh atau menjerit. Mereka mengejek Dia dan mendorong Dia dari satu tempat ke lain, namun Dia tenang dan lembut hati sebagai anak domba. Dia adalah “ Anak Domba Allah” yang datang dari jauh untuk membuang dosa dunia. Ayat 8 mengatakan bahwa Dia diambil dengan kasar dari penjara dan tidak diizinkan untuk mendapatkan keadilan. Persidangan berlngsung dengan tidak adil dan tidak sah. Namun  “generasi” tidak memprotes; muridnya telah meninggalkan Dia dan melarikan diri. Dalam kedengkian manusia dan perlakuannya terhadap Yesus, Ia tidak memprotes atau membantah. Hal ini Ia lakukan karena memang Ia datang untuk mati bagi orang-orang berdosa.[4]

Ayat 9 menyebutkan bahwa mereka menempatkan kubur-Nya diantara orang-orang fasik. Tubuh Yesus pada akhirnya dimakamkan di tanah tukang periuk. “Dia tidak berbuat jahat, bahkan tipu tidak ada pada mulutnya.” Orang-orang berlaku tidak adil, tapi Tuhan adalah adil. Kristus merupakan sebuah contoh bagi kita bahwa Ia memenuhi kehendak tuhan hingga tuntas ( 1Petrus 2:18-25). Ketika orang-orang memperlakukan kita dengan tidak adil karena kita mengikuti Kristus, kita justru harus memuliakan Kristus dengan hal itu.[5]

VI. Penghargaan-Nya (53:10–12)
Semua ini telah direncanakan oleh Tuhan dan rencana-Nya ini sukses. Kitapun menyaksikan bahwa rencana penyelamatan in bekerja. Ayat-ayat dalam pasal 53 ini memperlihatkan kepada kita sisi lain Allah di kayu salib: Kematian-Nya menyenangkan Allah. Hal ini tampak seperti Bapa bersukacita karena penderitaan dan kematian anak-Nya, namun tidak demikian kenyataannya. Faktanya, hal ini menyenangkan hati Allah karena melihat pekerjaan penyelamatan telah berhasil, pengorbanan diterima, dan dosa ditebus. Sekarang Allah yang kudus dengan anugerah-Nya dapat menyelamatkan mereka yang tidak pantas diselamatkan. Meskipun Kristus diserahkan oleh kaki tangan iblis melalui manusia, namun mereka telah membantu dalam mewujudkan tujuan Allah. Kematian Kristus bukanlah contoh moral, namun persembahan untuk dosa. Ia mati di tempat seharusnya kita mati.[6]
Suatu penghargaan bagi Kristus, terpisah dari kesukacitaan yang telah dilakukan-Nya bagi kehendak Bapa ialah Ia bangkit dari kematian dan mendapat suatu keluarga secara rohani, hingga Kristus disebut sebagai “Bapa yang kekal” dan ini menjadi alasan mengapa kematian-Nya di salib memungkinkan penyelamatan keluarga Allah dari dosa. Orang-orang yang telah dibenarkan ini, menyatakan kebenaran mereka melalui anugerah Allah. 
Ayat 12 menyajikan penghargaan lain dari Hamba yang setia, suatu penghargaan dari Bapa. Ia telah menaklukan dosa dan setan, dan sekarang Ia membagikan barang rampasan. Ketika Kristus di dunia, ia dipandang rendah, namun sekarang Ia ditinggikan sebagai yang “terbesar”. Bahkan raja-raja akan sujud menyembah kepada-Nya.
Pernyataan penutup membawa kita kembali pada kayu salib. Kristus telah disalib diantara dua orang pencuri dan diperlakukan seperti seorang penjahat. Dia telah membuat hubungan bagi para pelanggar dan berdoa untuk mereka. Dia tidak berbicara ketika orang-orang mencaci Dia dengan kejam, namun Dia berbicara demi orang-orang berdosa yang terhilang. Dan saat ini Dia telah menjadi jalan bagi diri-Nya senidiri.[7]


BAB III
PENUTUP
            Nubuatan mesianik yang tertulis dalam Yesaya 52:13-15 sebagai pengantar dan dilanjutkan dalam Yesaya 53:1-12 yang menjelaskan secara rinci tentang personalitas dan pelayanan Hamba ini telah tergenapi dengan sempurna dalam kehidupan Yesus di bumi ini. Apa yang telah Ia lakukan dalam rupa seorang hamba tidak tergantikan dengan pengorbanan apa pun. Yesus Kristus telah melakukan kehendak Bapa dengan sempurna, persis dan sesuai dengan apa yang dituliskan oleh para nabi, meskipun pada saat itu kemungkinan para nabi dan orang Israel yang mendengar nubuatan ini belum mengerti maksud Firman Allah tersebut. Akan tetapi, peiode yang cukup panjang dari waktu ketika nubuat ini disampaikan hingga penggenapan-Nya adalah waktu Tuhan yang sempurna bagi misi penyelamatan yang telah Ia tetapkan melalui Anak-Nya yang telah Ia pilih. Allah telah memuliakan diri-Nya dalam kemenangan atas dosa dikayu Salib, dalam tujuan penyelamatan melalui seorang Hamba yang hina yaitu diri-Nya sendiri. [8]






[1]Baltzer, Klaus ; Machinist, Peter: Deutero-Isaiah : A Commentary on Isaiah 40-55. Minneapolis : Fortress Press, 2001 (Hermeneia--a Critical and Historical Commentary on the Bible), S. 400
[2]Wiersbe, Warren W.: Wiersbe's Expository Outlines on the Old Testament. Wheaton, IL : Victor Books, 1993, S. Is 53:1
[3]Ibid
[4]Blenkinsopp, Joseph: Isaiah 40-55: A New Translation With Introduction and Commentary. New Haven; London : Yale University Press, 2008, S. 349
[5]Wiersbe, Warren W.: Wiersbe's Expository Outlines on the Old Testament. Wheaton, IL : Victor Books, 1993, S. Is 53:1
[6]House, Paul R.: Old Testament Theology. Downers Grove, IL : InterVarsity Press, 1998, S. 286
[7]Wiersbe, Warren W.: Wiersbe's Expository Outlines on the Old Testament. Wheaton, IL : Victor Books, 1993, S. Is 53:1
[8]House, Paul R.: Old Testament Theology. Downers Grove, IL : InterVarsity Press, 1998, S. 286

Tidak ada komentar:

Posting Komentar