“Manusia
adalah produk dari pikirannya”, demikianlah ungkap David J.Schwartz, Ph.D dalam
salah satu buku terpopularnya Berfikir
dan Berjiwa Besar. Hal ini dapat dibenarkan berdasarkan kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Pikiran kita telah memproduksi diri
kita. Ketika pikiran kita banyak mengandung muatan positif, maka hal itu
tergambar dari perilaku dan tindak tanduk kita yang dapat memberkati orang
lain. Sebaliknya, ketika pikiran kita negative maka hal tersebut juga
memproduksi perilaku dan tindakan-tindakan negative yang menyusahkan diri
sendiri dan orang lain.
Sebagai
orang percaya yang yang juga disebut sebagai surat Kristus (II Kor 3:3) maka
nyatalah bahwa dalalm seharusnya kita menajdi berkat dalam perbuatan kita
sehari-hari. Perbuatan atau tindakan kita sendiri lahir dari buah pikiran kita.
Pada faktanya, ada banyak orang percaya yang belum mampu memanagemen pikiran
sebagaimana mestinya. Sehingga tidak jarang kita jumpai kehidupan orang percaya
yang tidak menjadi berkat lewat perkataan-perkataan yang tidak memberkati,
perbuatan yang tidak baik yang semuanya diawali dengan pikiran yang tidak baik
terlebih dahulu.
Dalam
hal ini, dapat disimpulkan bahwa kekuatan pikiran sangat mempengaruhi kesaksian
hidup seseorang. Oleh karena itu, perlu bagi orang percaya untuk mengetahui
keadaan pikirannya saat ini. Apabila banyak orang percaya terjebak dalam cara
berpikir negative, maka hal ini perlu dikenalisejak dini dan dirubah dengan
pertolongan Roh Kudus.
A.
DEFINISI
BERPIKIR NEGATIVE
Berpikir negative atau Negative thinking adalah pola atau cara
berpikir yang lebih condong pada sisi-sisi negatif dibanding sisi positifnya.
Pola pikir ini bisa tampak dari keyakinan atau pandangan yang terucap, cara
seseorang bersikap, dan perilaku sehari-hari.[1]
Karena sisi negatif lebih dominan, tidak heran jika cara berpikir seperti
ini dipenuhi sikap apriori,
prasangka, ketidakpercayaan, kecurigaan, dan kesangsian, yang seringkali tanpa
dasar atau tanpa nalar sama sekali. Dalam bahasa sehari-hari berpikir negative
juga sering dikenal dengan berburuk sangka. Banyak orang yang melakukannya
tanpa sadar atau dengan kesadaran penuh. Pola berpikir ini sangat berbahaya,
karena memiliki daya rusak yang luar biasa.
Dalam 40 Kebiasaan Yang Menghancurkan Karier Anda Ir.Soejitno
mendefinisikan buruk sangka sebagai pengambilan simpulan tentang orang lain
yang sangat subjektif dan cenderung negative. Padahal apa yang disangkakan
belum tentu benar. Apa yang disangkakan akan mempengaruhi cara berpikir,
bersikap dan mengambil keputusan. Jika seseorang berburuk sangka, maka
kecenderungannya adalah orang tersebut bersikap mengikuti buruk sangka
tersebut.
B.
PENYEBAB
BERPIKIR NEGATIVE
Berpikir
negative dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti berikut:
- Konstruksi persepsi yang didasarkan pada sistem keyakinan
Persepsi dan kemampuan orang untuk
menentukan kerangka acuan yang realistis adalah faktor kunci untuk mencapai
kebahagiaan.[2]Kebesaran seseorang hanya
dapat diukur berdasararkan berapa lama gagasan-gagasannya menghambat kemajuan.[3]Ketika
persepsi seseorang terhadap sesuatu atau seseorang telah dipengaruhi dengan
konsep yang salah, maka hal tersebut akan memberi dampak besar bagi dirinya.
Mulai dari persepsi terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain.
a. Persepsi
Terhadap Dirinya
Ketika
seseorang memiliki self image/ citra
diri yang buruk tentu saja akan melihat diri sendiri jelek, itu sebabnya ia
tidak senang melihat orang lain yang memiliki kelebihan atau diberkati.
Sebaliknya ia akan senang melihat orang lain menderita kerugian. Ini sebenarnya
berasal dari prinsip yang salah, yaitu: “Kalau
saya bisa merendahkan orang lain, maka saya akan nampak tinggi”. Mengapa
dia memiliki prinsip yang salah ini? Karena ia merasa dirinya rendah. Padahal
kenyataannya tidaklah demikian, pada saat seseorang merendahkan orang lain,
maka ia pun akan ikut turun juga.[4]
Orang seperti ini akan suka mencela, mengkritik, iri hati karena selalu
berpikir negative.
Sebaliknya
orang yang mempunyai citra diri baik tidak akan minder melihat kelebihan orang
lain, itu sebabnya ia bisa dengan tulus mengakui dan menghargai kelebihan orang
lain sebab dia sendiri mempunyai kelebihan dalam bidang-bidang yang lain.
b. Persepsi
Terhadap Orang Lain
Orang
yang berpikir negative akan membuat banyak persepsi yang bersifat subjektif dan
cenderung salah tentang orang lain. Orang seperti ini biasanya banyak menyimpan
penyakit hati yang merusak hubungannya dengan orang lain. Ada sembilan penyakit
yang berkaitan dengan persepsi terhadap orang lain, yaitu: suka marah, iri dan
dengki, mudah kecewa, tamak dan serakah, buruk sangka, pendendam, suka bohong,
tukang fitnah dan sombong. [5]
2.
Cara Pandang
(Paradigma) Dalam Memahami Suatu Persoalan
Suatu
asumsi yang paling terkenal adalah asumsi bahwa pikiran adalah sesuatu yang
dilakukan oleh materi. Pikiran timbul dari otak. “Otak menyekresikan atau
mengeluarkan pikiran sebagaimana hati mengeluarkan empedu.” [6]Seseorang
secara sadar dapat memanfaatkan rasionalitas berpikir, logika, dan kecakapan
berpikirnya untuk memandang suatu persoalan secara negative atau positive. Jika
seseorang memahami suatu persoalan secara negative, maka hasilnya akan merusak
bahkan memperburuk keadaan. Pola pikir negative dalam memandang atau merespon
persoalan seringkali mengabaikan rasionalitas, logika, fakta, atau informasi
yang relevan. Akan terjadi suatu mekanisme self
defense, yaitu suatu kecenderungan untuk mempertahankan diri dari apa yang
dipersepsikan sebagai sesuatu yag menyerang atau berpotensi menghalangi
tercapainnya keinginan. Salah satu pilihan mempertahankan diri itu adalah dengan
bersikap ofensif atau menyerang balik si pengancam atau orang yang dianggap
pembuat atau sumber masaah.
C.
CIRI – CIRI
ORANG YANG BERPIKIR NEGATIVE
Adapun ciri –
ciri umum dari orang yang berfikir negative adalah sebagai berikut:
1. Kalau
ada orang lain bahagia, dia susah dan tidak senang,
2. Kalau
ada orang lain menderita dan mendapat kesusahan, dia senang,
3. Tidak
suka jika orang lain melebihi dirinya,
4. Suka
memperdaya orang lain.
5. Sulit
menerima pendapat orang lain,
6. Sulit
menerima hal baru,
7. Sulit
bersosialisasi
8.
Sering muncul sebagai pribadi yang
kurang menarik untuk diajak kerjasama.
D.
AKIBAT
BERPIKIR NEGATIVE
Banyak orang jenius yang justru gagal
karena pemikrian negatif yang menuntun kemampuan otaknya yang luar biasa
menyumbang sedikit dan tidak menghasilkan apa-apa.[7]
Depresi adalah salah satu tahap paling
buruk dalam gangguan saraf, karena ini merampas begitu banyak keinginan untuk
sembuh.[8]
Hal ini dilahirkan dari kekuatan berpikir negative dengan tingkat depresi yang
tinggi.
Sebagian besar
psikolog membenarkan teori diri dengan cara menunjuk sejumlah besar orang yang
menderita depresi disebabkan oleh pikiran-pikiran negative tentang diri mereka
sendiri. Depresi mungkin disebabkan oleh alasan psikologis, tetapi kasus-kasus
depresi ini biasanya merupakan bentuk tersembunyi dari penyembahan diri. Hal
ini pada awalnya mungkin tampak mengejutkan, tetapi dasar pemikirannya
sebenarnya sederhana saja: depresi dan pikiran negative tentang diri sendiri,
yaitu agresi atau kebencian terhadap diri sendiri yang terjadi ketika seseorang
gagal memenuhi standarnya sendiri yang tinggi untuk mencapai keberhasilan.[9]
Sebagian orang justru menjadi kritis
karena mengembangkan kebiasaan untuk berpikir negative. Dalam usaha mereka
unutk memperbaiki orang lain, mereka dengan jujur berusaha memperbaiki diri
sendiri. Tapi jika hanya memperhatikan segi negatifnya, maka sisi
negativenyalah yang akan berkuasa. Menyuarakan yang negative menghasilkan sikap
yang negative pula. [10]
Dalam hidup orang berburuk sangka, ia
tidak pernah tenang karena banyak berfikir hal yang negative, yang sering berlawanan dengan realita. Hidup
akan penuh dengan penderitaan jika
terbiasa dengan buruk sangka. Dimanapun dan kemanapun seseorang pergi,
ia akan
melihat orang lain
itu buruk dalam pandangannya dan tidak ada sedikit
kebaikan dari mereka.
Contohnya ditempat kerja, jika ia adalah seorang
manajer atau pimpinan yang dijangkiti penyakit buruk sangka, mengelolah
perusahaan akanmenjadi semakin sulit. Apa saja yang dilakukan oleh bawahan
selalu dinilai negative.Dalam mengambil keputusan, cenderung banyak kelirunya.
Bawahan menjadi apatis karena selalu dicurigai dan dinilai negative.
Targer-target tidak bisa tercapai dan kinerja perusahaan menurun.Hampir sama
kondisinya jika bawahan juga buruk sangka terhadap atasan. Apa yang menajadi
kebijakan atasan selalu diartikan lain. Segala sesuatu ditanggapi secara sinis
atau menolak. Sebagai bawahan atau atasan, jika mempunyai kecenderungan
berpikir negative maka kebiasaan ini tidak mendukung terhadap peningkatan
prestasi. Orang yang berpikir negative sulit untuk diajak kerjasama.
PERSPEKTIF ALKITAB
Yesus
menerima pribadi-pribadi walaupun Ia menolak kelakukan mereka. Ini menunjukkan
betapa positivenya pikiran dan sikap Yesus. Misalnya, Yesus tetap menjadikan
Yudas salah satu murid, meskipun Ia tahu Yudas mencuri. Ia memilih matius,
meskipun ia seorang pemungut cukai yang dibenci. Ia menerima Simon Petrus,
bahkan setelah pengkhiantannya. Yesus tidak menolak orang yang trjahat
sekalipun. Bahkan, Alkiab mengatakan, “Kristus telah mati untuk kita, ketika
kita masih berdosa” (Rm 5:8). Yesus tidak bergantung pada dosa dan kesalahan
seseorang. Sebaliknya, Ia menerima orang apa adanya.
Menerima
orang lain berarti mempercayainya, dan menjaganya sebagaimana adanya, meskipun
orang itu belum berubah. Menerima berarti “Saya mungkin tidak menyukai apa yang
kau lakukan, tetapi saya menyukai kamu.” Orang akan cenderung untuk berubah
kalau kita menerimanya seperti itu, dibandingkan kalau kita mengkritiknya
dengan pikiran negative kita dan secara tidak langsung mengatakan bahwa kita
tidak mengasihinya sebelum ia melakukan apa yang kita inginkan.
Kasihilah
musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan
demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang disorga (Mat 5:44-45). Dalam
ayat ini Allah bahkan menginginkan kita untuk memberi kasih bahkan pada orang
yang tidak mengasihi kita, bukan justru berpikir jahat dan menjauhi mereka.
Rasul Paulus juga mengajarkan kita untuk
memikirkan hal-hal yang baik/ positif dalam Filipi 4:8 “Jadi akhirnya,
saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua
yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut
kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” Juga dalam Efesus
4:17-18, “Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan:
Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan
pikirannya yang sia-siadan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup
persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena
kedegilan hati mereka.”
Nyatalah dalam ayat-ayat diatas
bahwa Rasul Paulus mengajarkan kita untuk memikirkan hal-hal yang baik dengan
sudut pandak yang baik sehingga menghasilkan yang baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan yang juga sekaligus solusi untuk permasalah berpikir
negative, yaitu sebagai berikut:
·
Berpikir positivelah
dengan:
a. Menyadari
fakta bahwa orang lain mempunyai hak untuk berbeda.
b. Betapa
anehnya dunia ini jika semua orang sama dan setiap orang sempurna. Fakta yang
sederhana tapi penting ialah: tidak seorangpun seluruhnya baik dan tidak
seorangun seluruhnya buruk. Orang sempurna tidak ada. Sekarang, jika membiarkan
pikiran tidak terkendali, kita dapat menemukan banyak hal yang tidak disukai
pada hampir setiap orang. Begitu juga, jika kita berpikir dengan benar,
berpikir yang baik tentang orang lain, kita dapat menemukan banyak sifat-sifat
yang disukai dan dihargai pada orang tersebut.
·
Mendengarkan secara
empatik sangat mengobati karena memberikan kepada orang-orang suasana kejiwaan.
Sekali orang-orang dimengerti, mereka akan mengurangi pertahanan diri mereka.
Evaluasi, simpati, dan menasehati tidaklah efektif sebagai cara untuk
mendapatkan pengertian dan pengaruh. Tetapi itu akan bernilai apabila
orang-orang lain merasa dimengerti.[11]
·
Jika tergoda untuk
berfikir negative tentang seseorang ujilah dulu lewat tiga pintu: apakah itu benar, apakah itu perlu, apakah
itu baik?
DAFTAR PUSTAKA
Diehm J, Wiliam. 1990. Kritik. Jakarta:
PT BPK Gunung Mulia.
Manafe, Ferdy. Kepemimpinan Kristen.
Meyer, Joyce. 2000. Pemimpin Yang Sedang Dibentuk. Jakarta: Immanuel.
Schwartz, J David. 2006. Berpikir dan Berjiwa Besar. Pustaka
Delapratas.
Soejitno. 40 Kebiasaan Yang
Menghancurkan Karier Anda.. Jawa Timur: Bayu Media
Publishing.
Stein, J Steven & Book, E
Howard. 2000. Ledakan EQ. Toronto: Stoddart Publishing.
Vitz, C Paul. 2005. Psychology
As Religion-The Cult of Self-Worship. Surabaya: Momentum.
Weeks, Claire. 1991. Mengatasi Stress. Yogyakarta: Kanisius.
Welch, T Edward. 2012. Apakah
Otak Yang Dipersalahkan. Surbaya: Momentum.
Xie, Fu & Wijanarko, Jarot. Self Image-Citra Diri. Jakarta: Suara Pemulihan.
[1] Ayue Endah Lestari, www.kompasiana.com
[2]Steven
J.Stein, Ph. D. dan Howard E.Book, M.D, Ledakan
EQ (Toronto:Stoddart Publishing, 2000), hlm 245.
[4]
DR. Ir. Fu Xie dan Ir.Jarot Wijanarko,
Self Image-Citra Diri (Jakarta: Suara Pemulihan), hlm 28
[5]
Ir. Soejitno, 40 Kebiasaan Yang
Menghancurkan Karier Anda (Jawa Timur: Bayu Media Publishing)
[6]Edward
T.Welch, Apakah Otak Yag Dipersalahkan (Surabaya:
Momentum, 2012), hlm.16
[7]
David J. Schwartz, Berpikir dan Berjiwa
Besar, (Pustaka Delapratas, 2006), hlm 31
[8]Dr.Claire
Weekes, Mengatasi Stres (Yogyakarta:
Kanisius, 1991) hlm.154
[9]Paul C. Vitz. Psychology As Religion-The Cult of
Self-Worship (Surabaya:
Momentum, 2005), hlm 191,192
[10]
Wiliam J. Diehm, Kritik (Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia, 1990), hlm 17,18
[11]Ferdy
Manafe, Kepemimpinan Kristen, hlm 107
Tidak ada komentar:
Posting Komentar