Sabtu, 25 Juli 2015

PEMBINAAN WARGA GEREJA REMAJA:CINTA REMAJA DAN MASALAHNYA



“Cinta adalah buah yang tak mengenal musim dan dapat dipetik oleh setiap orang”, itulah prasa popular yang dilanturkan seorang manusia Tuhan yang dikenal dengan sapaan Bunda Teresha. Karena cinta tak mengenal musim dan setiap orang berhak memetiknya, maka setiap lapisan usia dan kelas dalam masyarakat tidak ada yang dapat membendung diri dari kuatnya arus cinta, dalam hal ini termasuk kelompok remaja.
            Cinta dalam kelompok remaja sering juga dikenal dengan sebutan “cinta monyet” yang memiliki semangat mula-mula yang sangat besar, kurang pertimbangan dan biasanya hanya berdasarkan ketertarikan fisik belaka. Cinta remaja merupakan salah satu hal yang manis dan menarik dalam suatu fase kahidupan manusia. Kebanyakan dari kita memiliki kisah sendiri tentang cinta remaja yang pernah kita alami dengan seseorang yang kita anggap ideal untuk menjadi pasangan kita atau yang sering dikenal dengan istilah “tipe idaman saya”. Namun dalam kemanisan hubungan cinta remaja itu, ada banyak remaja yang terjebak dan terperangkap dalam jeratan cinta yang labil itu. Kebanyakan diataranya membawa dampak yang cukup serius, baik dalam waktu yang sedang dijalani maupun masa depan remaja itu. Oleh karena itu, sebagai pembimbing dari remaja, kita perlu mengetahui masalah-masalah percintaan khas remaja dan cara menjadi konselor yang baik bagi remaja tersebut, karena masalah yang sering dianggap remeh oleh sebgaian orang ini ternyata perlu mendapatkan perhatian mendalam dari kita orang dewasa.
         

A.    PACARAN
Pacaran artinya mempunyai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan atas dasar cinta kasih. Artinya, kalau kita sudah siap mempunyai pacar, seharusnya kita memulai mengenal pribadi, karakter, kebiasaan, dan tutur kata[1].
Mengenai usia berpacaran, Alkitab tidak menjelaskan tentang batas usia menjalin hubungan berpacaran atau berkencan. Tetapi Alkitab mencatat tentang suatu hubungan sepasang kekasih (Maria dan Yusuf) yang pada saat itu menjalin hubungan pertunangan. Alkitab tidak membahas tentang pacaran. Namun dalam Alkitab lebih dikenal istilah pertunangan. Karena pada saat itu, ketika seorang pria dan wanita menjalin hubungan, mereka sudah memiliki visi atau tujuan kedepan untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih serius yaitu menikah. Hal ini yang jarang terjadi pada dunia pacaran anak muda (remaja) jaman sekarang. Terkadang, bagi remaja, berpacaran sifatnya temporer (sementara), dan tanpa komitmen. Ini terjadi karena usia remaja memulai hubungan pacaran masih terlalu muda bahkan kecil, untuk dapat memikirkan pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya dilakukan sebelum menjalin hubungan berpacaran, dan juga dasar dalam menjalin hubungan lebih menjurus kepada penilaian fisik dan pemuasan nafsu berhala, atau dengan kata lain, mereka menggunakan cinta yang bersifat eros. Tidak jarang juga hubungan berpacaran dilakukan hanya demi mendapat kepuasan psikologis seperti, pengakuan dari teman/grup pertemanan (gank) untuk mendapat “penghargaan”  karena telah mempunyai pacar yang (mungkin) popular disekolah, terpandai disekolah, tercantik/terganteng disekolah.


B.     TAHAP-TAHAP PACARAN
Tahap-tahap pacaran yang dilakukan anak remaja biasanya meliputi:
1.      Berkenalan
Perkenalan bisa terjadi karena dua orang berada dilingkungan yang sama, merasa tertarik, dan juga perkenalan bisa terjadi dipertemuan yang tidak disengaja atau disengaja (blind date/ jasa mak comblang). Pertimbangan awal dari perkenalan remaja yang akan berpacaran biasanya diprioritaskan pada hal fisik, popularitas, dan materi. Tetapi hal yang seharusnya menjadi prioritas utama, yaitu status iman, karakter, seringkali dikesampingkan bahkan tidak dipertimbangkan sama sekali.
Pada tahap kenalan ini sebaiknya kita mencari seseorang yang memiliki kesamaan persepsi, pandangan hidup, tujuan hidup, dan kecocokan. Biasanya orang jatuh cinta karena ada kesamaan, bukan hanya karena cantik/tampan semata.
2.      Penjajakan (PDKT/Pendekatan)
Setelah berkenalan, biasanya remaja melanjutkan ke tahap berikutnya, yaitu penjajakan atau PDKT. Tahap ini sangat menentukkan apakah hubungan akan berlanjut atau berhenti sampai disitu. Tahap PDKT adalah tahap observasi yang akan berlangsung sampai tahap pernikahan. Pada tahap ini, dua pribadi yang saling mengasihi baru akan memulai mengenal karakter / pribadi masing-masing. Tahap PDKT ini yang menjadi tahap batu uji cinta. Walter Trobisch, seorang pendeta dari Camerun, menuliskan beberapa batu uji cinta:
a.       Ujian kesetiaan
Ams.19:22, sifat yang diinginkan pada seseorang ialah pada kesetiaannya. Dalam berpacaran kesetiaan perlu diperhatikan. Orang yang tidak setia dalam berpacaranbiasanya juga tidak setia ketika mereka sudah menikah. Orang yang takut kepada Tuhan akan setia kepada Tuhan. Dan orang yang setia kepada Tuhan pasti akan setia kepada kita.
b.      Ujian pertengkaran
Yang paling penting dalam pertengkaran adalah kemampuan untuk saling mengampuni, jika terjadi konflik. Sikap perfeksionis akan menghambat seseorang dalam menenmukan psangan yang tepat.
c.       Ujian waktu
Dalam cinta ada sesuatu yang sangat berkesan yang membuat kita ingat, memikirkan, dan selalu ingin berada disisinya. Cinta sejati tidak akan pupus dimakan waktu dan tidak akan pudar ketika pasangan tidak cantik/ tampan lagi. Ini adalah tentang “I LOVE YOU” bukan “I LOVE YOUR BODY”. Alkitab member contoh yang sangat jelas, yaitu Yakub yang tergila-gila pada Rahel. 7 tahun dianggap seperti beberapa hari saja karena cintanya kepada Rahel (kej. 29: 20).
3.      Mengambil keputusan.
Setelah melewati tahap PDKT yang baik, biasanya remaja akan membuat keputusan, apakah akan berpacaran dengan orang tersebut atau tidak. Jika para remaja laki-laki biasanya bingung, mau menyatakan perasaan cinta atau tidak, begitu juga dengan remaja perempuan. Mereka bingung menerima pernyataan cinta tersebut atau tidak.

C.    MASALAH PERCINTAAN REMAJA
Masalah yang sering dijumpai pada hubungan percintaan remaja antara lain:
1.      Berpacaran dengan orang yang tidak seiman.
2 Kor. 6: 14. “Terang” dan “gelap” tidak mungkin bersatu. Cara berpikir orang beriman jelas berbeda dengan orang yang tidak mengenal Kristus.
2.      Cemburu
Pada masa remaja berpacaran, emosi mereka masih labil. Sehingga terkadang mereka merasa cemburu yang berlebihan dan terkadang tidak beralasan, dan akhirnya berimbas pada hubungan dengan pacarnya sendiri, teman, bahkan keluarga.
3.      Kegalauan
Akibat dari emosi yang masih labil, remaja sangat mudah bahkan sensitive terhadap perasaannya terhadap orang yang mereka kasihi (pacar). Terkadang, ketika mereka bertengkar, remaja akan menjadi sedih, atau istilah yang sering digunakan pada saat ini mereka merasa sedang galau. Bahkan saat pacar tidak membalas sms, tidak menelpon, atau tidak ada kabar, remaja juga dengan mudah akan merasa “sedang galau”. Dampak paling parah dari rasa sedih/galau yang berlebihan bias membuat remaja depresi bahkan gila. Atau lebih parahnya bunuh diri.
4.      Seks
Seks sebenarnya adalah anugerah yang Tuhan beri untuk manusia bukan hanya untuk tujuan reproduksi, tapi juga Allah memandangnya sebagai sesuatu yang indah dan kudus, namun harus pada waktu dan tempat yang tepat. Artinya Allah tidak membenarkan hubungan seks sebelum pernikahan dan tidak membenarkan hubungan seks yang tidak wajar. Namun pada saat ini, manusia (remaja) kurang mengerti hakekat seks dan pengaplikasian seks dalam suatu hubungan. Seks yang seharusnya dilakukan pada saat telah menikah (Kej 2:24. Kid.2:7), bersifat suci, kudus, dan berharga, akhirnya menjadi tercemar. Mereka lebih cenderung menggunakan seks sebagai tanda bukti cinta dari pasangannya. Hal ini yang akhirnya menghancurkan banyak kehidupan remaja. Penyimpangan seksual yang sering dilakukan oleh remaja, antara lain:
a.       Porneia, kata ini menggambarkan macam-macam perbuatan seksual pranikah. Istilah ini menuju pada setipa kegiatan atau permainan seksual yang intim diluar hubungan pernikahan, termasuk menyentuh bagian-bagian kelamin atau menyikpakan ketelanjangan seseorang. Terangkum dalam pelanggaran moral yang dibenci Allah (Im 18:6-30; 20:11-12,19,19-21; I KOr 6:18; I Tes 4:3)
b.      Aselgeia, merujuk pada tidka adanya prinsip moral. Tidak bias menguasai diri secara seksual (I Tim 2:9)
c.       Pleonekteo, merampas kekudusan moral yang diinginkan Allah dengan memuaskan nafusnya sendiri. Membangkitkan nafsu seksual dari orang lain berarti mengeksploitasi orang tersebut.

D.    SIKAP SEORANG PEMBINA
Sebagai seorang Pembina remaja, diharapkan kita mampu menjadi sahabat untuk mereka. Sikap yang dibutuhkan mereka adalah sikap kita yang terbuka dan tulus menerima diri mereka. Bukan kita menghakimi bahkan mempersalahkan mereka terhadap apa yang akan bahkan yang telah mereka lakukan. Karena pada dasarnya, seorang remaja sendiri masih butuh bimbingan dan arahan. Jadi kita, sebagai Pembina mereka, harusnya berhikmat dalam mendampingi mereka, bahkan disaat mereka mengalami keadaan “sulit”. Anak remaja butuh pendampingan dengan metode khusus. Karena pada saat itu, mereka sudah merasa dirinya dewasa, walaupun belum, dan akhirnya ketika kita menggunakan metode yang salah, anak akan enggan bercerita atau sharing kepada kita, bahkan terhadap orangtuapun, jarang mereka lakukan. Namun, dari sekian banyak metode gunakan metode yang Tuhan Yesus pakai. Ketika Tuhan Yesus berbicara pada seorang anak muda yang banyak harta. Tuhan Yesus tidak menghakimi, memarahi anak muda tersebut, melainkan dengan penuh kasih memberi satu pengertian yang akhirnya mengubah hidup anak muda tersebut.


KESIMPULAN
Usia remaja identik dengan masa dimana mereka masuk kedalam tahap yang mengarah kelebih dewasa. Cinta remaja atau cinta monyet, pasti dialami setiap remaja. Pada tahap ini, remaja juga perlu dengan khusus dan serius dibimbing dalam Tuhan sehingga anak remaja tidak salah langkah. Pada tahap ini pula peran orangtua, Pembina remaja, hamba Tuhan sangat diperlukan. Dengan menjalin hubungan yang akrab dan hangat dengan setiap anak remaja yang kita layani, kita dapat dengan mudah mengarahkan mereka. Sekali lagi, tentu saja dengan memperhatikan latar belakang mereka, pola piker mereka, karakter mereka agar kita bias dengan mudah membangun kedekatan dengan mereka. Memang ada banyak metode yang disuguhkan untuk kita, sebagai pelayan anak remaja dalam melayani mereka,. Namun lebih tepat lagi, untuk menggunakan metode yang Tuhan Yesus terapkan ketika Ia mengajar anak muda yang banyak harta tersebut. Dengan penuh kasih, hangat dan terbuka, Tuhan Yesus membimbing anak muda itu. Dan ketika kita mendampingi anak remaja, kita dituntut juga untuk bisa mengerti keadaan mereka. Dalam masa merasakan cinta, dan berbagai masalahnya, kita dituntut juga untuk bisa menghargai perasaan remaja. Sehingga mereka bisa bercerita kepada kita, sehingga dengan mudah kita bisa membimbing mereka. Walaupun terdengar lucu atau bahkan norak, kita tidak bisa menertawakan mereka. Karena memang seperti itu fase kehidupan mereka. Hikmat yang daripada Tuhan juga sangat dibutuhkan dalam memahami karakter dan masalah-masalah remaja saat ini.





DAFTAR PUSTAKA

Yahya, Ayub. 2003. Bila Cinta Menyapa. Yogyakarta: Gloria Graffa.
Wiriadinata, Susie. 2001. Muda Mudi Idaman. Bandung: Lembaga Literatur Baptis.
Wasikin, Samuel. 2004. Pasti Ada Apa-Apa Dengan Cinta dan Pacaran. Yogyakarta: ANDI.

















[1] Samuel. W, PAsti Ada Apa-apa dengan cinta dan pacaran.2004.Jogjakarta:ANDI,hlm. 27-28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar