“Cinta adalah
buah yang tak mengenal musim dan dapat dipetik oleh setiap orang”, itulah prasa
popular yang dilanturkan seorang manusia Tuhan yang dikenal dengan sapaan Bunda
Teresha. Karena cinta tak mengenal musim dan setiap orang berhak memetiknya,
maka setiap lapisan usia dan kelas dalam masyarakat tidak ada yang dapat
membendung diri dari kuatnya arus cinta, dalam hal ini termasuk kelompok
remaja.
Cinta dalam kelompok remaja sering
juga dikenal dengan sebutan “cinta monyet” yang memiliki semangat mula-mula
yang sangat besar, kurang pertimbangan dan biasanya hanya berdasarkan
ketertarikan fisik belaka. Cinta remaja merupakan salah satu hal yang manis dan
menarik dalam suatu fase kahidupan manusia. Kebanyakan dari kita memiliki kisah
sendiri tentang cinta remaja yang pernah kita alami dengan seseorang yang kita
anggap ideal untuk menjadi pasangan kita atau yang sering dikenal dengan
istilah “tipe idaman saya”. Namun dalam kemanisan hubungan cinta remaja itu,
ada banyak remaja yang terjebak dan terperangkap dalam jeratan cinta yang labil
itu. Kebanyakan diataranya membawa dampak yang cukup serius, baik dalam waktu
yang sedang dijalani maupun masa depan remaja itu. Oleh karena itu, sebagai
pembimbing dari remaja, kita perlu mengetahui masalah-masalah percintaan khas
remaja dan cara menjadi konselor yang baik bagi remaja tersebut, karena masalah
yang sering dianggap remeh oleh sebgaian orang ini ternyata perlu mendapatkan
perhatian mendalam dari kita orang dewasa.
A.
PACARAN
Pacaran artinya mempunyai teman lawan jenis yang
tetap dan mempunyai hubungan atas dasar cinta kasih. Artinya, kalau kita sudah
siap mempunyai pacar, seharusnya kita memulai mengenal pribadi, karakter,
kebiasaan, dan tutur kata[1].
Mengenai usia berpacaran, Alkitab tidak menjelaskan
tentang batas usia menjalin hubungan berpacaran atau berkencan. Tetapi Alkitab
mencatat tentang suatu hubungan sepasang kekasih (Maria dan Yusuf) yang pada
saat itu menjalin hubungan pertunangan. Alkitab tidak membahas tentang pacaran.
Namun dalam Alkitab lebih dikenal istilah pertunangan. Karena pada saat itu,
ketika seorang pria dan wanita menjalin hubungan, mereka sudah memiliki visi
atau tujuan kedepan untuk melanjutkan hubungan mereka ke tahap yang lebih
serius yaitu menikah. Hal ini yang jarang terjadi pada dunia pacaran anak muda
(remaja) jaman sekarang. Terkadang, bagi remaja, berpacaran sifatnya temporer
(sementara), dan tanpa komitmen. Ini terjadi karena usia remaja memulai
hubungan pacaran masih terlalu muda bahkan kecil, untuk dapat memikirkan
pertimbangan-pertimbangan yang seharusnya dilakukan sebelum menjalin hubungan
berpacaran, dan juga dasar dalam menjalin hubungan lebih menjurus kepada
penilaian fisik dan pemuasan nafsu berhala, atau dengan kata lain, mereka
menggunakan cinta yang bersifat eros.
Tidak jarang juga hubungan berpacaran dilakukan hanya demi mendapat kepuasan
psikologis seperti, pengakuan dari teman/grup pertemanan (gank) untuk mendapat “penghargaan”
karena telah mempunyai pacar yang (mungkin) popular disekolah, terpandai
disekolah, tercantik/terganteng disekolah.
B.
TAHAP-TAHAP PACARAN
Tahap-tahap
pacaran yang dilakukan anak remaja biasanya meliputi:
1.
Berkenalan
Perkenalan bisa terjadi karena
dua orang berada dilingkungan yang sama, merasa tertarik, dan juga perkenalan
bisa terjadi dipertemuan yang tidak disengaja atau disengaja (blind date/ jasa
mak comblang). Pertimbangan awal dari perkenalan remaja yang akan berpacaran
biasanya diprioritaskan pada hal fisik, popularitas, dan materi. Tetapi hal
yang seharusnya menjadi prioritas utama, yaitu status iman, karakter, seringkali
dikesampingkan bahkan tidak dipertimbangkan sama sekali.
Pada tahap kenalan ini sebaiknya
kita mencari seseorang yang memiliki kesamaan persepsi, pandangan hidup, tujuan
hidup, dan kecocokan. Biasanya orang jatuh cinta karena ada kesamaan, bukan
hanya karena cantik/tampan semata.
2.
Penjajakan (PDKT/Pendekatan)
Setelah berkenalan, biasanya remaja melanjutkan ke tahap
berikutnya, yaitu penjajakan atau PDKT. Tahap ini sangat menentukkan apakah
hubungan akan berlanjut atau berhenti sampai disitu. Tahap PDKT adalah tahap
observasi yang akan berlangsung sampai tahap pernikahan. Pada tahap ini, dua
pribadi yang saling mengasihi baru akan memulai mengenal karakter / pribadi
masing-masing. Tahap PDKT ini yang menjadi tahap batu uji cinta. Walter
Trobisch, seorang pendeta dari Camerun, menuliskan beberapa batu uji cinta:
a.
Ujian kesetiaan
Ams.19:22, sifat yang diinginkan pada seseorang ialah pada kesetiaannya. Dalam
berpacaran kesetiaan perlu diperhatikan. Orang yang tidak setia dalam
berpacaranbiasanya juga tidak setia ketika mereka sudah menikah. Orang yang
takut kepada Tuhan akan setia kepada Tuhan. Dan orang yang setia kepada Tuhan
pasti akan setia kepada kita.
b.
Ujian pertengkaran
Yang paling penting dalam
pertengkaran adalah kemampuan untuk saling mengampuni, jika terjadi konflik.
Sikap perfeksionis akan menghambat seseorang dalam menenmukan psangan yang
tepat.
c.
Ujian waktu
Dalam cinta ada sesuatu yang
sangat berkesan yang membuat kita ingat, memikirkan, dan selalu ingin berada
disisinya. Cinta sejati tidak akan pupus dimakan waktu dan tidak akan pudar
ketika pasangan tidak cantik/ tampan lagi. Ini adalah tentang “I LOVE YOU”
bukan “I LOVE YOUR BODY”. Alkitab member contoh yang sangat jelas, yaitu Yakub
yang tergila-gila pada Rahel. 7 tahun
dianggap seperti beberapa hari saja karena cintanya kepada Rahel (kej. 29:
20).
3.
Mengambil keputusan.
Setelah melewati tahap PDKT yang
baik, biasanya remaja akan membuat keputusan, apakah akan berpacaran dengan
orang tersebut atau tidak. Jika para remaja laki-laki biasanya bingung, mau
menyatakan perasaan cinta atau tidak, begitu juga dengan remaja perempuan.
Mereka bingung menerima pernyataan cinta tersebut atau tidak.
C.
MASALAH PERCINTAAN REMAJA
Masalah yang sering dijumpai pada hubungan percintaan remaja
antara lain:
1.
Berpacaran dengan orang yang
tidak seiman.
2 Kor. 6: 14. “Terang” dan
“gelap” tidak mungkin bersatu. Cara berpikir orang beriman jelas berbeda dengan
orang yang tidak mengenal Kristus.
2.
Cemburu
Pada masa remaja berpacaran,
emosi mereka masih labil. Sehingga terkadang mereka merasa cemburu yang
berlebihan dan terkadang tidak beralasan, dan akhirnya berimbas pada hubungan
dengan pacarnya sendiri, teman, bahkan keluarga.
3.
Kegalauan
Akibat dari emosi yang masih
labil, remaja sangat mudah bahkan sensitive terhadap perasaannya terhadap orang
yang mereka kasihi (pacar). Terkadang, ketika mereka bertengkar, remaja akan
menjadi sedih, atau istilah yang sering digunakan pada saat ini mereka merasa
sedang galau. Bahkan saat pacar tidak membalas sms, tidak menelpon, atau tidak
ada kabar, remaja juga dengan mudah akan merasa “sedang galau”. Dampak paling
parah dari rasa sedih/galau yang berlebihan bias membuat remaja depresi bahkan
gila. Atau lebih parahnya bunuh diri.
4.
Seks
Seks sebenarnya adalah anugerah
yang Tuhan beri untuk manusia bukan hanya untuk tujuan reproduksi, tapi juga
Allah memandangnya sebagai sesuatu yang indah dan kudus, namun harus pada waktu
dan tempat yang tepat. Artinya Allah tidak membenarkan hubungan seks sebelum
pernikahan dan tidak membenarkan hubungan seks yang tidak wajar. Namun pada
saat ini, manusia (remaja) kurang mengerti hakekat seks dan pengaplikasian seks
dalam suatu hubungan. Seks yang seharusnya dilakukan pada saat telah menikah
(Kej 2:24. Kid.2:7), bersifat suci, kudus, dan berharga, akhirnya menjadi
tercemar. Mereka lebih cenderung menggunakan seks sebagai tanda bukti cinta
dari pasangannya. Hal ini yang akhirnya menghancurkan banyak kehidupan remaja.
Penyimpangan seksual yang sering dilakukan oleh remaja, antara lain:
a.
Porneia, kata ini menggambarkan
macam-macam perbuatan seksual pranikah. Istilah ini menuju pada setipa kegiatan
atau permainan seksual yang intim diluar hubungan pernikahan, termasuk
menyentuh bagian-bagian kelamin atau menyikpakan ketelanjangan seseorang.
Terangkum dalam pelanggaran moral yang dibenci Allah (Im 18:6-30;
20:11-12,19,19-21; I KOr 6:18; I Tes 4:3)
b.
Aselgeia, merujuk pada tidka adanya
prinsip moral. Tidak bias menguasai diri secara seksual (I Tim 2:9)
c.
Pleonekteo, merampas kekudusan moral yang
diinginkan Allah dengan memuaskan nafusnya sendiri. Membangkitkan nafsu seksual
dari orang lain berarti mengeksploitasi orang tersebut.
D.
SIKAP SEORANG PEMBINA
Sebagai seorang
Pembina remaja, diharapkan kita mampu menjadi sahabat untuk mereka. Sikap yang
dibutuhkan mereka adalah sikap kita yang terbuka dan tulus menerima diri
mereka. Bukan kita menghakimi bahkan mempersalahkan mereka terhadap apa yang
akan bahkan yang telah mereka lakukan. Karena pada dasarnya, seorang remaja
sendiri masih butuh bimbingan dan arahan. Jadi kita, sebagai Pembina mereka,
harusnya berhikmat dalam mendampingi mereka, bahkan disaat mereka mengalami
keadaan “sulit”. Anak remaja butuh pendampingan dengan metode khusus. Karena
pada saat itu, mereka sudah merasa dirinya dewasa, walaupun belum, dan akhirnya
ketika kita menggunakan metode yang salah, anak akan enggan bercerita atau sharing kepada kita, bahkan terhadap
orangtuapun, jarang mereka lakukan. Namun, dari sekian banyak metode gunakan
metode yang Tuhan Yesus pakai. Ketika Tuhan Yesus berbicara pada seorang anak
muda yang banyak harta. Tuhan Yesus tidak menghakimi, memarahi anak muda
tersebut, melainkan dengan penuh kasih memberi satu pengertian yang akhirnya
mengubah hidup anak muda tersebut.
KESIMPULAN
Usia remaja identik dengan masa dimana mereka masuk kedalam
tahap yang mengarah kelebih dewasa. Cinta remaja atau cinta monyet, pasti
dialami setiap remaja. Pada tahap ini, remaja juga perlu dengan khusus dan
serius dibimbing dalam Tuhan sehingga anak remaja tidak salah langkah. Pada
tahap ini pula peran orangtua, Pembina remaja, hamba Tuhan sangat diperlukan.
Dengan menjalin hubungan yang akrab dan hangat dengan setiap anak remaja yang
kita layani, kita dapat dengan mudah mengarahkan mereka. Sekali lagi, tentu
saja dengan memperhatikan latar belakang mereka, pola piker mereka, karakter
mereka agar kita bias dengan mudah membangun kedekatan dengan mereka. Memang
ada banyak metode yang disuguhkan untuk kita, sebagai pelayan anak remaja dalam
melayani mereka,. Namun lebih tepat lagi, untuk menggunakan metode yang Tuhan
Yesus terapkan ketika Ia mengajar anak muda yang banyak harta tersebut. Dengan
penuh kasih, hangat dan terbuka, Tuhan Yesus membimbing anak muda itu. Dan
ketika kita mendampingi anak remaja, kita dituntut juga untuk bisa mengerti
keadaan mereka. Dalam masa merasakan cinta, dan berbagai masalahnya, kita
dituntut juga untuk bisa menghargai perasaan remaja. Sehingga mereka bisa
bercerita kepada kita, sehingga dengan mudah kita bisa membimbing mereka.
Walaupun terdengar lucu atau bahkan norak,
kita tidak bisa menertawakan mereka. Karena memang seperti itu fase kehidupan
mereka. Hikmat yang daripada Tuhan juga sangat dibutuhkan dalam memahami
karakter dan masalah-masalah remaja saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Ayub. 2003. Bila
Cinta Menyapa. Yogyakarta: Gloria Graffa.
Wiriadinata, Susie. 2001. Muda Mudi Idaman. Bandung: Lembaga
Literatur Baptis.
Wasikin, Samuel. 2004. Pasti
Ada Apa-Apa Dengan Cinta dan Pacaran. Yogyakarta: ANDI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar