oleh Elsa Septinakkita Situmorang,
Amd. Keb
Ternyata kegiatan konseling adalah kegiatan yang menguras
energy, oleh karena itu kita harus dalam kondisi baik/ fit suapaya dapat
memberikan perhatian yang baik pada konseli. Rasa empati perlu dimunculkan dari
pihak konselor untuk membuat konseli merasakan bahwa dia tidak sendirian dalam
masalah yang dihadapinya. Empati dapat timbul dari analisa pribadi konseli dan
menyelami perasaan konseli. Akan tetapi, perlu juga bagi konselor untuk
melakukan terminasi apabila waktu yang dihabiskan konseli untuk memaparkan
masalahnya terlalu panjang, konselor dapat membimbing pada inti permasalahan
jika konseli melakukan penjelasan berpola spiral/berputar. Untuk pembimbingan
pada lawan jenis, usahakan lingkungan yang kondusif (transparan) agar terhindar
dari risiko ikatan emosional yang terlalu mendalam. Konseling haruslah
dilakukan secara professional yang berarti konselor memenuhi syarat secara
spiritual, emosional dan fisikal.
Hak privasi konseli harus dijaga dengan baik. Namun,
apabila dalam kasus-kasus tertentu yang mengharuskan konselor untuk merekam
atau melaporkan hasil konseling, maka konseli berhak untuk mendapat informasi
itu. Informasi lain yang berhak didapatkan konseli adalah informasi tentang
proses konseling itu yang meliputi kualifikasi konselor, jangka waktu
konseling, tujuan dan hasil konseling. Perlu diberikan pemahaman kepada konseli
bahwa konselor bukanlah pemecah masalah bagi konseli, konselor hanya bertugas
mengarahkan, yang bertanggung jawab untuk memecahkan masalah itu ialah konseli
sendiri. Yang dapat dilakukan konselor adalah mengarahkan, memberi motivasi,
memperjelas masalah, dan memberikan pertolongan misalnya self help program.
Konselor sendiri harus menyadari banyak hal dari sisi
konselor yang dapat menyebabkan konseling gagal. Konselor bukanlah ahli ramal
atau pembuat keputusan. Konselor hanya memberikan alternative. Konselor
diharapkan mengahindari sikap –sikap yang dapat membuat tujuan konseling tidak
tercapai, contohnya: merasa sok benar sendiri, mengambil tanggung jawab
konseli, besar kepala, motivasi negative/memanfaatkan konseli untuk kepentingan
hubungan pribadi, memberi tekanan baru bagi klien/ menyalahkan klien, mata
duitan.
SOLI
DEO GLORIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar