MAKALAH HERMENEUTIK
KEMULIAAN ALLAH DALAM KARYA-NYA
(MAZMUR 19:1-15)
DOSEN: Ev. Liem Ka Hok, M.Th
OLEH
Nama : ELSA SEPTINAKKITA SITUMORANG
Tkt/Smt: 2/IV
Waktu: 10 jam
INSTITUT INJIL INDONESIA
Batu, 30April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa
mazmur pujian berfokus pada hubungan Allah dengan alam. Hal ini penting
disampaikan karena beberapa alasan. Pertama, Israel adalah masyrakat pertanian
yang berarti bahwa orang bergantung pada iklim dan alam untuk penghidupan
mereka. Disamping itu, banyak teologi yang populer pada masa itu berhubungan
dengan dunia disekililing mereka. Pada mazmur 19 ditekankan mengenai ciptaan
dan alam yang menyatakan kemuliaan Allah. Allah ditinggikan atas alam dalam
suatu cara yang tidak mungkin terjadi dalam sistem politeistis Timur Dekat
Kuno. Pujian-pujian yang ditulis dalam mazmur sekaligus merefleksikan sifat
Allah. Penegasan sifat-sifat Allah dalam mazmur 19 ini ialah pada kemuliaan-Nya
dalam karya tangan-Nya dan keadilan dalam taurat-Nya yang sempurna.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Analisa
Konteks
Kitab mazmur sebagai suatu himpunan doa
dan kidung puji-pujian orang Ibrani yang diilhami yang sering dipakai dalam
penyembahan dan renungan yang membuatnya memiliki keistimewaan tertentu
diantara kitab – kitab Perjanjian Lama lainnya.[1]Kitab
ini ditulis oleh beberapa penulis dengan tujuan-tujuan yang khusus dalam tiap
gubahannya. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa mazmur-mazmur ini ditulis
untuk memenuhi berbagai kebutuhan liturgi.[2]
Kemungkinan lain ialah beberpa mazmur digubah sebagai akibat dari suatu
kejadian sejarah tertentu, sebagai pemikiran yang berhubungan dengan ibadah
pribadi.[3]
B.
Penggolongan
Mazmur
Mazmur-mazmur dari Alkitab dapat
digolongkan atas tiga katagori umum, yaitu pujian, ratapan dan hikmat dengan
sejumlah katagori tambahan juga. Hampir setiap mazmur berada dalam satu
golongan saja. Baik mazmur pujian maupaun ratapan memiliki ciri khas yang
memudahkan untuk mengenalinya. Setiap jenis mazmur mengikuti suatu bentuk yang
hampir tetap. Mazmur pujian selalu di tujukan kepada Allah daik dalam bentuk
pujian deskriptif maupun pujian deklaratif. [4]
C.
Mazmur
19
Mazmur 19 merupakan sebuah puisi pujian dengan dua
ide yang diolah sedimikian rupa demi menyatakan dua hal yang sungguh berarti,
yaitu luasnya jangkauan tangan Allah melalui alam semesta yang merupakan hasil
pekerjaan tangan-Nya yang menakjubkan (ay. 1-7) , fokus utamanya bukanlah alam
semestanya melainkan Penciptanya yang jauh lebih mengagumkan daripada yang
diciptakan. Hal kedua dari mazmur ini ialah tentang kesempurnaan Firman-Nya,
kemurnian hukum dan taurat-Nya (ay. 8-11). Penulis menggabungkan kedua pokok
ini dengan cara yang mengesankan dan mengakhirinya dengan sebuah respons
(ay.12-15).[5]
Lagu Pujian yang
dibawakan manusia
Jika
biasanya suatu mazmur puji-pujian dibuka dengan ajakan mengagungkan Tuhan, di
sini tidak terdapat seruan yang demikian, karena kita diundang memperhatikan
suatu lagu yang dibawakan lepas dari manusia.Langit dan cakrawala (yakni kubah
langit) – serta siang dan malam yang bergantung pada peredaran benda langit itu
disamakan dengan suatu orkes yang memainkan lagu kemuliaan Allah yang tercermin
dalam pekerjaan-Nya khusus pada matahari (ay.5b-7) serta bulan dan
bintang-bintang (Mzm 8:4). Kemuliaan itu diceritakan (sama seperti Mzm 96:3 )
supaya ia termashyur, demikian pula tindakan – tindakan ajaib yang Tuhan
lakukan demi umat-Nya diceritakan oleh kaum bapa kepada anak cucu mereka,
“supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah”. Ia pun diberitakan agar
diketahui dan diperhatikan.[6]
Penyataan dalam Kreasi
Allah
Pemazmur memikirkan penyataan Allah
dalam dunia alam semesta. Kepercayaan-Nya terhadap Allah sebagai Pencipta tidak
dilampaui sebuah perkiraan evolusi atau masalah ilmu pengetahuan dan Alkitab.
Baginya, setiap ciptaan menunjukkan kebesaran dan kepersaan Allah (bandingkan
dengan Roma 1:19-20). Hal ini melahirkan suatu respon atas pengenalan bagi
eksistensi Allah, kemuliaan-Nya, hikmat-Nya yang oleh karenanya menghasilkan
pujian.[7]
- Penyataan dalam langit dan benda-benda penerang (ay 1-7)
Kemuliaan dan hikmat Allah yang terbukti dengan jelas
dalam ruang angkasa. Pemazmur menyebutnya sebagai panggilan untuk memperhatikan
‘langit’ yang memiliki sinonim kata ‘surga’. Kata ini memberikan arti signifikan dalam penempatan
matahari, bulan dan bintang sebagaimana yang direncanakan Allah dalam tujuan
penerangan dan untuk membendakan siang dari malam. (Kejadian 1:14-19). Bagi
pemazmur ruang angkasa tidaklah kosong namun menyatakan karya Allah dalam
kemulian-Nya. Ia sendirilah Pencipta, karena apa yang tampak dalam cakrawala
telah mengkonfirmasi bahwa mereka adalah “karya tangan Allah” ( Ul. 4:19;
17:3).
Penggantian
siang dan malam menunjukkan konsistensi karya Allah: siang demi siang, malam
demi malam. Suatu siklus dari siang dan malam yang berkontribusi dalam
pengaturan musim dan kalender peranian. Mereka menunjukkan sebuah pengetahuan
dalam cara mereka mengutarakan sebuah pernyataan . Sebuah pengetahuan yang
bukan hanya pengetahuantentang Allah namun suatu bentuk khusus dalam pengenalan
akan hikmat Allah yang ditunjukkan dalam karya-Nya. Segalanya terungkap tanpa
kata dan suara, tidak seperti komunikasi manusia, hal ini adalah sebuah
observasi tanpa suara.[8]
- Penyataan dalam Hukum Tuhan (ay. 8-11)
Suatu alasan penyataan Allah dalam perkataan-Nya ialah
sebuah wahyu alami yang menyatakan kemurnian dan keterbukaan-Nya. Penulisan
penyataan Allah merupakan manifestasi dari sebuah harmoni sempurna dari Allah
dan firman-Nya. Firman-Nya menyatakan integritas-Nya, kebenaran-Nya dan
kesuci-kudusan-Nya. Alkitab adalah suatu buku yang terbuka, tidak ada
kemunafikan didalamnya. Ia adalah murni dan memberikan efek pemurnian bagi
siapa yang takut akan Dia. Hukumnya murni dan berlaku seterusnya, tidak dirubah
oleh waktu atau keadaan. Barang siapa yang taat pdanya akan mendapatkan
integritas, kesetiaan, pembenaran, pemurnian, dan pertumbuhan dalam kebenaran.[9]
- Refleksi dalam Doa (ay.12-15)
Pemzmur
merefleksikan dalam dirinya sebuah hubungan kepada Allah dan penyataan-Nya. Ia
bercermin dari keberdosaan dan keterbatasan manusia. Tuhan begitu sempurna dan
penyataan-Nya dalam alam semesta dan Firman-Nya menyatakan kemuliaan, kekuatan
dan hikmat.
Pemazmur bahkan menyatakan suatu
kenyatan ‘kesalahan yang tersembunyi’ karena ia bertujuan dam merindukan untuk
menyenangkan Allah sebagaimana hidup tanpa cela dihadapan-Nya. Oleh karena itu,
ia memohonkan pengampunan dan sebuah kemampuan untuk menyatakan kesetiaan-Nya.
Ia merindukan menjadi pengikut Tuhan yang sejati berdasarkan ketidakinginan
melakukan dosa melawan Allah (ay.13). Orang-orang fasik menunjukkan ketidak
pedulian mereka akan keberdosaan mereka dalam kecongkakan. Pemazmur menutup
dengan doa yang menghubungakn awal mazmur dan pengulangan hukum Tuhan. Ia
sebagai yang ditebus oleh Allah berdoa bahwa lewat mazmur itu ia menyatakan hal
yang berkenan bagi Allah sbegai gunung batu dan penebusnya, yaitu Yahweh, Allah
Perjanjian yang Pengasih.[10]
BAB III
PENUTUP
Mazmur
– mazmur pujian membantu para pembaca untuk bermazmur bagi Allah dengan
pujian-pujian yang lahir dari hati peneulis, begitu juga dengan mazmur 19. Alasan
memuji Tuhan dalam mazmur ini merupakan bagian terpenting. Tuhan dipuji bukan
karena sesuatu yang abstrak, tetapi karena sudah berbuat sesuatu dalam
kehidupan pribadi maupun universal, dalam penyataan umum maupun khusus. Oleh
karena sifat dan keadaan-Nya, kebesaran dan kebaikan-Nya menjadikan Ia fokus
utama dalam pujian dan penyembahan yang dilontarkan pemazmur. Allah dapat
dipuji sebagai Pencipta alam semesta juga dapat dipuji kesempurnaan-Nya dalam
hukum dan taurat-Nya sebagaimana yang dituliskan dalam Mazmur 19. Pada
akhirnya, mazmur ini begitu membantu para pembanca untuk memuji Allah dengan
menyadari kemuliaan dalam setiap karya-Nya dan menaati Allah dalam kesempurnaan
hukum-Nya.
[1] Douglas Stuart dan Gordon D.
Fee, Hermeneutik (Malang: Gandum
Mas,2011) hal.187.
[2] Andrew Hill dan John Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum
Mas, 2008), hal 451.
[3] Ibid,,,453
[4]Ibid,,,449
[5]Kidner, Derek: Psalms
1-72: An Introduction and Commentary. Downers Grove, IL : InterVarsity
Press, 1973 (Tyndale Old Testament Commentaries 15), hal. 114
[6] Marie C Barth& B. A.
Pariera, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1998)
[7]VanGemeren,
Willem A.: Psalms. In: Gaebelein, Frank E. (Hrsg.): The Expositor's Bible
Commentary, Volume 5: Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs. Grand
Rapids, MI : Zondervan Publishing House, 1991, S. 179
[8]VanGemeren,
Willem A.: Psalms. In: Gaebelein, Frank E. (Hrsg.): The Expositor's Bible
Commentary, Volume 5: Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs. Grand
Rapids, MI : Zondervan Publishing House, 1991, S. 179
[9]Ibid,,,182
[10]VanGemeren,
Willem A.: Psalms. In: Gaebelein, Frank E. (Hrsg.): The Expositor's Bible
Commentary, Volume 5: Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs. Grand
Rapids, MI : Zondervan Publishing House, 1991, S. 183
Tidak ada komentar:
Posting Komentar