Sabtu, 25 Juli 2015

Paper Hermeneutik Mazmur 19



MAKALAH HERMENEUTIK
KEMULIAAN ALLAH DALAM KARYA-NYA
(MAZMUR 19:1-15)
DOSEN: Ev. Liem Ka Hok, M.Th

OLEH
Nama         : ELSA SEPTINAKKITA SITUMORANG
Tkt/Smt: 2/IV
Waktu: 10 jam


INSTITUT INJIL INDONESIA
Batu, 30April 2015


BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa mazmur pujian berfokus pada hubungan Allah dengan alam. Hal ini penting disampaikan karena beberapa alasan. Pertama, Israel adalah masyrakat pertanian yang berarti bahwa orang bergantung pada iklim dan alam untuk penghidupan mereka. Disamping itu, banyak teologi yang populer pada masa itu berhubungan dengan dunia disekililing mereka. Pada mazmur 19 ditekankan mengenai ciptaan dan alam yang menyatakan kemuliaan Allah. Allah ditinggikan atas alam dalam suatu cara yang tidak mungkin terjadi dalam sistem politeistis Timur Dekat Kuno. Pujian-pujian yang ditulis dalam mazmur sekaligus merefleksikan sifat Allah. Penegasan sifat-sifat Allah dalam mazmur 19 ini ialah pada kemuliaan-Nya dalam karya tangan-Nya dan keadilan dalam taurat-Nya yang sempurna.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisa Konteks
Kitab mazmur sebagai suatu himpunan doa dan kidung puji-pujian orang Ibrani yang diilhami yang sering dipakai dalam penyembahan dan renungan yang membuatnya memiliki keistimewaan tertentu diantara kitab – kitab Perjanjian Lama lainnya.[1]Kitab ini ditulis oleh beberapa penulis dengan tujuan-tujuan yang khusus dalam tiap gubahannya. Beberapa spekulasi menyebutkan bahwa mazmur-mazmur ini ditulis untuk memenuhi berbagai kebutuhan liturgi.[2] Kemungkinan lain ialah beberpa mazmur digubah sebagai akibat dari suatu kejadian sejarah tertentu, sebagai pemikiran yang berhubungan dengan ibadah pribadi.[3]
B.     Penggolongan Mazmur
Mazmur-mazmur dari Alkitab dapat digolongkan atas tiga katagori umum, yaitu pujian, ratapan dan hikmat dengan sejumlah katagori tambahan juga. Hampir setiap mazmur berada dalam satu golongan saja. Baik mazmur pujian maupaun ratapan memiliki ciri khas yang memudahkan untuk mengenalinya. Setiap jenis mazmur mengikuti suatu bentuk yang hampir tetap. Mazmur pujian selalu di tujukan kepada Allah daik dalam bentuk pujian deskriptif maupun pujian deklaratif. [4]
C.    Mazmur 19
Mazmur 19 merupakan sebuah puisi pujian dengan dua ide yang diolah sedimikian rupa demi menyatakan dua hal yang sungguh berarti, yaitu luasnya jangkauan tangan Allah melalui alam semesta yang merupakan hasil pekerjaan tangan-Nya yang menakjubkan (ay. 1-7) , fokus utamanya bukanlah alam semestanya melainkan Penciptanya yang jauh lebih mengagumkan daripada yang diciptakan. Hal kedua dari mazmur ini ialah tentang kesempurnaan Firman-Nya, kemurnian hukum dan taurat-Nya (ay. 8-11). Penulis menggabungkan kedua pokok ini dengan cara yang mengesankan dan mengakhirinya dengan sebuah respons (ay.12-15).[5]

Lagu Pujian yang dibawakan manusia
Jika biasanya suatu mazmur puji-pujian dibuka dengan ajakan mengagungkan Tuhan, di sini tidak terdapat seruan yang demikian, karena kita diundang memperhatikan suatu lagu yang dibawakan lepas dari manusia.Langit dan cakrawala (yakni kubah langit) – serta siang dan malam yang bergantung pada peredaran benda langit itu disamakan dengan suatu orkes yang memainkan lagu kemuliaan Allah yang tercermin dalam pekerjaan-Nya khusus pada matahari (ay.5b-7) serta bulan dan bintang-bintang (Mzm 8:4). Kemuliaan itu diceritakan (sama seperti Mzm 96:3 ) supaya ia termashyur, demikian pula tindakan – tindakan ajaib yang Tuhan lakukan demi umat-Nya diceritakan oleh kaum bapa kepada anak cucu mereka, “supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah”. Ia pun diberitakan agar diketahui dan diperhatikan.[6]
Penyataan dalam Kreasi Allah
Pemazmur memikirkan penyataan Allah dalam dunia alam semesta. Kepercayaan-Nya terhadap Allah sebagai Pencipta tidak dilampaui sebuah perkiraan evolusi atau masalah ilmu pengetahuan dan Alkitab. Baginya, setiap ciptaan menunjukkan kebesaran dan kepersaan Allah (bandingkan dengan Roma 1:19-20). Hal ini melahirkan suatu respon atas pengenalan bagi eksistensi Allah, kemuliaan-Nya, hikmat-Nya yang oleh karenanya menghasilkan pujian.[7]
  1. Penyataan dalam langit dan benda-benda penerang (ay 1-7)
Kemuliaan dan hikmat Allah yang terbukti dengan jelas dalam ruang angkasa. Pemazmur menyebutnya sebagai panggilan untuk memperhatikan ‘langit’ yang memiliki sinonim kata ‘surga’. Kata ini memberikan arti signifikan dalam penempatan matahari, bulan dan bintang sebagaimana yang direncanakan Allah dalam tujuan penerangan dan untuk membendakan siang dari malam. (Kejadian 1:14-19). Bagi pemazmur ruang angkasa tidaklah kosong namun menyatakan karya Allah dalam kemulian-Nya. Ia sendirilah Pencipta, karena apa yang tampak dalam cakrawala telah mengkonfirmasi bahwa mereka adalah “karya tangan Allah” ( Ul. 4:19; 17:3).
Penggantian siang dan malam menunjukkan konsistensi karya Allah: siang demi siang, malam demi malam. Suatu siklus dari siang dan malam yang berkontribusi dalam pengaturan musim dan kalender peranian. Mereka menunjukkan sebuah pengetahuan dalam cara mereka mengutarakan sebuah pernyataan . Sebuah pengetahuan yang bukan hanya pengetahuantentang Allah namun suatu bentuk khusus dalam pengenalan akan hikmat Allah yang ditunjukkan dalam karya-Nya. Segalanya terungkap tanpa kata dan suara, tidak seperti komunikasi manusia, hal ini adalah sebuah observasi tanpa suara.[8]
  1. Penyataan dalam Hukum Tuhan (ay. 8-11)
Suatu alasan penyataan Allah dalam perkataan-Nya ialah sebuah wahyu alami yang menyatakan kemurnian dan keterbukaan-Nya. Penulisan penyataan Allah merupakan manifestasi dari sebuah harmoni sempurna dari Allah dan firman-Nya. Firman-Nya menyatakan integritas-Nya, kebenaran-Nya dan kesuci-kudusan-Nya. Alkitab adalah suatu buku yang terbuka, tidak ada kemunafikan didalamnya. Ia adalah murni dan memberikan efek pemurnian bagi siapa yang takut akan Dia. Hukumnya murni dan berlaku seterusnya, tidak dirubah oleh waktu atau keadaan. Barang siapa yang taat pdanya akan mendapatkan integritas, kesetiaan, pembenaran, pemurnian, dan pertumbuhan dalam kebenaran.[9]
  1. Refleksi dalam Doa (ay.12-15)
Pemzmur merefleksikan dalam dirinya sebuah hubungan kepada Allah dan penyataan-Nya. Ia bercermin dari keberdosaan dan keterbatasan manusia. Tuhan begitu sempurna dan penyataan-Nya dalam alam semesta dan Firman-Nya menyatakan kemuliaan, kekuatan dan hikmat.
Pemazmur bahkan menyatakan suatu kenyatan ‘kesalahan yang tersembunyi’ karena ia bertujuan dam merindukan untuk menyenangkan Allah sebagaimana hidup tanpa cela dihadapan-Nya. Oleh karena itu, ia memohonkan pengampunan dan sebuah kemampuan untuk menyatakan kesetiaan-Nya. Ia merindukan menjadi pengikut Tuhan yang sejati berdasarkan ketidakinginan melakukan dosa melawan Allah (ay.13). Orang-orang fasik menunjukkan ketidak pedulian mereka akan keberdosaan mereka dalam kecongkakan. Pemazmur menutup dengan doa yang menghubungakn awal mazmur dan pengulangan hukum Tuhan. Ia sebagai yang ditebus oleh Allah berdoa bahwa lewat mazmur itu ia menyatakan hal yang berkenan bagi Allah sbegai gunung batu dan penebusnya, yaitu Yahweh, Allah Perjanjian yang Pengasih.[10]

BAB III
PENUTUP
Mazmur – mazmur pujian membantu para pembaca untuk bermazmur bagi Allah dengan pujian-pujian yang lahir dari hati peneulis, begitu juga dengan mazmur 19. Alasan memuji Tuhan dalam mazmur ini merupakan bagian terpenting. Tuhan dipuji bukan karena sesuatu yang abstrak, tetapi karena sudah berbuat sesuatu dalam kehidupan pribadi maupun universal, dalam penyataan umum maupun khusus. Oleh karena sifat dan keadaan-Nya, kebesaran dan kebaikan-Nya menjadikan Ia fokus utama dalam pujian dan penyembahan yang dilontarkan pemazmur. Allah dapat dipuji sebagai Pencipta alam semesta juga dapat dipuji kesempurnaan-Nya dalam hukum dan taurat-Nya sebagaimana yang dituliskan dalam Mazmur 19. Pada akhirnya, mazmur ini begitu membantu para pembanca untuk memuji Allah dengan menyadari kemuliaan dalam setiap karya-Nya dan menaati Allah dalam kesempurnaan hukum-Nya.





[1] Douglas Stuart dan Gordon D. Fee, Hermeneutik (Malang: Gandum Mas,2011) hal.187.

[2] Andrew Hill dan John Walton, Survei Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2008), hal 451.
[3] Ibid,,,453
[4]Ibid,,,449
[5]Kidner, Derek: Psalms 1-72: An Introduction and Commentary. Downers Grove, IL : InterVarsity Press, 1973 (Tyndale Old Testament Commentaries 15), hal. 114
[6] Marie C Barth& B. A. Pariera,  (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998)
[7]VanGemeren, Willem A.: Psalms. In: Gaebelein, Frank E. (Hrsg.): The Expositor's Bible Commentary, Volume 5: Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs. Grand Rapids, MI : Zondervan Publishing House, 1991, S. 179
[8]VanGemeren, Willem A.: Psalms. In: Gaebelein, Frank E. (Hrsg.): The Expositor's Bible Commentary, Volume 5: Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs. Grand Rapids, MI : Zondervan Publishing House, 1991, S. 179
[9]Ibid,,,182
[10]VanGemeren, Willem A.: Psalms. In: Gaebelein, Frank E. (Hrsg.): The Expositor's Bible Commentary, Volume 5: Psalms, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs. Grand Rapids, MI : Zondervan Publishing House, 1991, S. 183

Tidak ada komentar:

Posting Komentar