Sabtu, 25 Juli 2015

ANTROPOLOGI BENGKULU


Di wilayah Bengkulu pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut, Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.
Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada dibawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17. Pada abad ke-17 juga terjadi ekspedisi dari Inggris yang dilakukan oleh British East India Company (EIC) dan Bengkulu duijadikan sebagai pusat perdagangan lada. Pada abad ke-18 Bengkulu diserahkan pada Belanda dengan imbalan Malaka, sejak saat itu Bengkulu menjadi bagian Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Sukarno. Di masa inilah Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi isterinya.
Dengan kekayaan sejarah tersebut maka Bengkulu memiliki banyak sekali ragam budaya dan bahasa, baik budaya asli masyarkat setempat dan budaya akibat pengaruh para pendatang dan company yang datang pada saat itu.

A.   SUKU
Suku-suku bangsa yang mendiami Provinsi Bengkulu dapat dikelompokkan menjadi suku asli dan pendatang, meskipun sekarang kedua kelompok ini mulai bercampur baur. Bahasa yang dominan dipakai adalah bahasa Rejang, yang banyak dipahami oleh sebagian besar penduduk, selain bahasa Melayu (bahasa Indonesia) dan bahasa Serawai. Di Pulau Enggano dipakai bahasa Enggano. Suku-suku pribumi mencakup suku-suku berikut:
1.      Mukomuko, mendiami wilayah Kabupaten Mukomuko;
2.      Pekal, mendiami wilayah Kabupaten Mukomuko dan Kabupaten Bengkulu Utara;
3.      Rejang, mediami wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, KepahiangRejang Lebong dan Lebong;
4.      Lembak, mendiami wilayah Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong;
5.      Serawai, mendiami wilayah Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan;
6.      Pasemah, mendiami wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kaur;
7.      Kaur, mendiami wilayah Kabupaten Kaur;
8.      suku-suku pribumi Enggano (ada enam puak), mendiami Pulau Enggano.
Suku bangsa pendatang meliputi MelayuJawa (dari Banten), BugisMaduraMinangkabauBatakSunda, dan lain-lain.
B.     LETAK GEOGRAFIS DAN JUMLAH PENDUDUK
Bengkulu (bahasa Belanda: Benkoelen atau Bengkulen, bahasa Inggris: Bencoolen, bahasa Malaysia: Bangkahulu, bahasa Rejang: Bekulew/Bekulaw) adalah sebuah propinsi yang terletak di bagian barat daya pulau Sumatera. Di sebelah utara berbatasan dengan Sumatera Barat, di sebelah timur dengan Jambi dan Sumatera Selatan, sedangkan disebelah selatan dengan Lampung.
Jumlah penduduk Bengkulu adalah 1.972.196 (tahun 2010). Dengan kepadatan 100/km2.
C.    KEPERCAYAAN
Kepercayaan di Bengkulu didominasi oleh agama Islam dan terjadi sinkritisme antara budaya setempat dengan ajaran Islam,Tabot adalah salah satu bukti konkret yang paling nyata di Bengkulu. Selain itu ada juga penganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, Buddha dan Hindu.
Di bidang kehidupan beragama, kesadaran melaksanakan ritual keagamaan mayoritas penduduk yang beragama Islam secara kuantitatif cukup baik. Kesadaran di kalangan pemuka agama untuk membangun harmoni sosial dan hubungan intern dan antar-umat beragama yang aman, damai dan saling menghargai cukup baik.
Kepercayaan terhadap mahluk halus telah mendarah daging di masyarakat sebelum kedatangan Islam. Hal ini ternyata dari sisa-sisa kepercayaan kuno yang dianut sekelompok kecil masyarakat dalam daerah Bengkulu. Menurut mereka ada berbagai jenis mahluk halus diantaranya semat bulau lekat, semat laut, sebei sebeken, orang bunian.[1]
D.    BAHASA
Terdapat empat bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Bengkulu, yakni: Bahasa Melayu, Bahasa Rejang, Bahasa Pekal, Bahasa Lembak. Penduduk Provinsi Bengkulu berasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari Suku Rejang, Suku Serawai, Suku Melayu. Sedangkan lagu daerah yaitu Lalan Balek.
Falsafah hidup masyarakat setempat, "Sekundang setungguan Seio Sekato". Bagi masyarakat Bengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama yang sering kita dengar dengan bahasa pantun yaitu: "Ke bukit Samo Mendaki, Ke lurah Samo Menurun, Yang Berat Samo Dipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing", artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jika sama-sama dikerjakan bersama akan terasa ringan juga. Selain itu, ada pula "Bulek Air Kek Pembukuh, Bulek Kata Rek Sepakat", artinya bersatu air dengan bambu, bersatunya pendapat dengan musyawarah.
E.     RELIGI/ TATA UPACARA
Salah satu upacara tradisional yang paling popular di Bengkulu adalah upacara "TABUT" yang sekarang populer dengan nama “TABOT” yaitu suatu perayaan tradisional yang dilaksanakan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 Muharram setiap tahunnya, untuk memperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad SAW oleh keluarga Yalid dari kaum Syiah, dalam peperangan di Karbala pada tahun 61 Hijriah.
Perayaan pertama kali dilaksanakan oleh Syekh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada abad ke 15. Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo) Menikah dengan wanita Bengkulu kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga pewaris Tabut.[2]
Pada perayaan TABOT tersebut dilaksanakan berbagai pameran serta lomba ikan – ikan, telong – telong, serta kesenian lainnya yang diikuti oleh kelompok – kelompok kesenian yang ada di Provinsi Bengkulu, sehingga menjadikan ajang hiburan rakyat dan menjadi salah satu kalender wisatawan tahunan.
Dalam melakukan upacara tabot dilakukan berabgai upacara Lainnya yang mengiringi Tabut diantaranya meliputi Upacara Mengambik Tanah, dilakukan malam 1 Muharram. Duduk Penja, 4 dan 5 Muharram. Menjara, 5 sampai 6 of Muharram. Arak Jari-Jari dan Seroban, 7 sampai 8 Muharram. Arak Gedang, 9 Muharram. Tabut Tebuang, 10 Muharram.
F.     PENGETAHUAN
Pada zaman dahulu pendidikan suku asli Bengkulu sangat minim, rata-rata penduduk hanya menyelesaikan pendidikan dasar saja. [3]Namun pada zaman sekarang, sudah banyak putra-putri suku asli seperti suku Rejang yang telah menempuh pendidikan tinggi seperti ilmu pendidikan keguruan, ilmu kesehatan, ilmu hukum, ilmu ekonomi, sastra, dan lain-lain. Banyak yang telah menekuni profesi sebagai pegawai negeri, pejabat teras, dokter, pegawai swasta, pengacara, polisi, dan berbagai profesi yang memiliki kehormatan menurut masyarakat modern pada era sekarang ini.
Meskipun sudah banyak putra-putri Bengkulu yang memiliki pendidikan tinggi, Bengkulu tetap belum menunjukkan kemajuan pesat karena putra-putri terbaik Bengkulu rata-rata tidak mengabdikan diripada daerah melainkan bekerja dikota-kota besar lain. Oleh karena itu Bengkulu kerap kali identik dengan kekayaan alamnya namun pengelolaannya yang masih minim karena keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas. Padahal apabila kekayaan alam Bengkulu dieksplorasi dan dipromosikan secara maksimal maka akan menjadi suatu pesona wisata yang tidka kalah dengan Bali atau Lombok, mengingat pesona wisata bengkulu berbalut dengan nilai history didalamnya.
G.    MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian pokok para penduduk asli penduduk terbagi menjado dua kelompok yaitu sebagai nelayan (bagi masyarakat yang tinggall didaerah pesisir pantai) dan sebagai petani (bagi masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan).[4] Hanya sebagian kecil saja yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pegawai negeri ataupun jenis pekerjaan lainnya. Bila dilihat dari segi sukuisme maka pekerjaan sebagai pedagang, pegawai negeri, guru dari wiraswasta kebanyakan dilakoni oleh suku pendatang, sedangkan suku asli Bengkulu kebanyakan melakoni pekerjaan sebagai nelayan atau petani.


H.    KESENIAN
Bengkulu memiliki kerajinan tradisional batik besurek, yakni kain batik yang dihiasi huruf-huruf Arab gundul dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sebagi salah satu bagian warisan budaya Republik Indonesia serta turut memperkaya khazanah budaya di Indonesia. Saat ini batik besurek juga divariasikan dengan gambar bunga raflesia sebagai salah satu ciri khas dari Bengkulu. Kebudayaan Bengkulu memiliki beberapa ciri berbeda karena dipengaruhi oleh suku-suku berbeda yakni kebudayaan Bengkulu Selatan/suku Serawai, kebudayaan Rejang dan kebudayaan pesisir.
Budaya tabot merupakan satu kultur unik yang memadukan tradisi lokal dengan Islam Syiah secara kultural. Budaya tabot dilakukan pada tanggal 1-10 muharam dengan membuangtabot ke pantai panjang dan merupakan ritual tahunan yang dirayakan seluruh masyarakat Bengkulu.
1.      Tari tradisional
Tari-tarian tradisional dari Bengkulu antara lain:
·         Tari Tombak Kerbau
·         Tari Putri Gading Cempaka
·         Tari Pukek
·         Tari Andun
·         Tari Kejei
·         Tari Penyambutan
·         Tari Bidadari Menimang Anak
·         Tari Topeng

2.      Seni musik

Seni musiknya adalah:
·         Dol adalah alat musik yang sangat terkenal di Bengkulu, sering digunakan pada upacara tabot dan mengiringi tarian-tarian tradisional Bengkulu.
·         Geritan, yaitu cerita sambil berlagu.
·         Serambeak, yang berupa patatah-petitih.
·         Andei-andei, yaitu seni sastra yang berupa nasihat.
·         Sambei, yaitu seni vokal khas suku Rejang,biasanya untuk pesta perkawinan.
I.       WISATA DAN PENINGGALAN SEJARAH
1.      Objek Wisata Kekayaan Alam
      1. Pantai Panjang
pantai Panjang sekitar 3 km dari kota Bengkulu. Sekitar 7 km panjang pantai dengan 50 meter lebar dari jalan raya. Banyak transportasi umum yang menuju ataupun pergi dari Pantai Panjang. Pohon Cemara yang rindang menghiasi sepanjang pantai. Hotel dan restoran juga banyak terdapat disana. Pantai ini juga memiliki fasilitas area parkir, kolam renang, cottage dan lainnya yang mendukung wisata disana.
      1. Pantai Pasir Putih
Pantai ini terletak dekat pelabuhan samudra Pulau Baii. Jarak sekitar 19 km dari pusat koa Bengkulu. Kondisi jalan menuju kesana sangat baik. Tempat ini dapat dicapai dengan kendaraan roda empat jenis apapun. Kondisi pantai sangat bersih dengan pasir pantainya yang putih dan pohon cemara yang tumbuh disekitarnya.
      1. Pulau Tikus
Pulau ini terdiri dari satu pulau induk dan beberapa pulau-pulau kecil lainnya yang mengitari dan dengan karang-karang yang indah. Pulau tikus sangat cocok untuk wisata laut. Pulau ini dapat dicapai sekitar 1 jam dari kota Bengkulu dengan menggunakan kapal boat.
      1. Danau Dendam Tak Sudah
Danau ini dikelilingi oleh perbukitan kecil, dengan bukit barisan sebagai latar belakangnya. Jaraknya sekitar 8 km dari pusat kota Bengkulu. Anggrek air Vanda Hookeriana tumbuh sepanjang danau. Ketika musim bunga anggrek tersebut membuat danau menjadi indah dan lebih sejuk.
      1. Tapak Padri dan Pantai Jakat
Terletak sangat dekat dengan benteng marlborough dengan pemandangan laut yang indah. Tapak Padri dataran yang cukup tinggi sehingga kita dapat melihat matahari terbenam. Masyarakat sering berkunjung ketempat ini pada sorehari untuk melihat sunset.
      1. Bunga Raflessia Arnoldy
Semasa Pemerintahan Inggris, Bunga ini ditemukan pertamakali oleh Sir Thomas Raffles dan Dr. Arnoldy di Dusun Lubuk Tapi pada tahun 1818. Bunga ini adalah bunga terbesar di dunia dengan diameter 100 cm. Bunga ini membutuhkan 6 sampai 8 bulan untuk tumbuh dan 15 hari setelah itu untuk berbunga. Keunikan dari bunga ini adalah tidak adanya akar, daun dan batang. Tumbuhan ini termasuk parasit kerena tidak adanya klorofil dan haustoria. Bunga ini sering tumbuh dan ditemukan di Taba Penanjung I dan Taba Penanjung III (Bengkulu Tengah), daerah di wilayah kabupaten Kepahiang, dan daerah di wilayah kabupaten Rejang Lebong.
      1. Bunga Kibut (Amorphopalus Titanuum)
Bunga ini sangat menarik dan cantik. Tidak memiliki batang dengan tetapi memiliki bunga yang tinggi sekitar 3 m dan kuat. Bunga ini tumbuh di sekitar Rejang Lebong mengelilingi Kepahiang, Bengkulu Utara, and Bengkulu Selatan.
    1. Objek Wisata Yang Mengandung Makna Sejarah
      1. Benteng Marlborough
Benteng Marlborough dibangun oleh perusahaan india timur di bawah kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. The fort constitutes the strong fort, Benteng Marlborough berdiri mengahadap selatan dan memiliki luas 44,100 meter persegi. Benteng ini mempunyai bentuk bangunan abad 18, menyerupai kura-kura. Pintu utamanya dikelilingi parit yang luas dan dapat dilalui oleh jembatan. Menurut masyarakat sekiotar di benteng itu juga terdapat pintu keluar bawah tanah yang dulu digunakan pada waktu perang.[5]
      1. Rumah Pengasingan Bung Karno
Pada zaman koloni Belanda(1939-1942), Soekarno (Yang kemudian menjadi Presiden RI yang pertama) pernah diasingkan di Bengkulu. Selama dalam pengasingan Soekarno tinggal di rumah yang beralamat di Anggut Atas dan sekarang dikenal dengan jalan Soekarno-Hatta. Beberapa peralatan, sepeda, perpustakaan buku-buku, dan yang lainnya yang pernah dimiliki oleh soekarno disimpan di dalam rumah ini. Selama tinggal di Bengkulu, Soekarno mendesain masjid, yang sekarang dikenal dengan Masjid Jamik (Jamik Mosque).
      1. Parr and Hamilton Monuments
Parr Monuments terletak di depan Pasar Barukoto diseberang benteng Marlborough, sedangkan Hamilton Monuments terletak di Jalan Soekarno-Hatta. Monument ini dibangun oleh Inggris untuk memperingati kekalahan mereka di Bengkulu.[6]
      1. Museum Provinsi Bengkulu
Museum Bengkulu terletak di bagian selatan dari jalan utama kota Bengkulu, yaitu di jalan Pembangunan. Disini kita dapat melihat berbagai macam benda benda bersejarah. dan juga baju batik buatan Bengkulu yang dinamakan kain Besurek.
J.      TEKNOLOGI
Rumah adat Bengkulu disebut Pusako Bubung Limo yaitu sejenis rumah panggung yang memiliki bubungan atap 5 buah. Dan senjata pusaka khas Bengkulu adalah Keris bengkulu, yiatu semacam keris yang memiliki ukiran pada tubuh keris itu sendiri.
Selain dari pada itu ada berbagai alat-alat yang biasa digunakan di Bengkulu, alat-alat itu dipisahkan kedalam beberapa kategori, yaitu sebagai berikut:
1.      Alat-alat Produksi
Alat –alat rumah tangga yang biasa digunakan masyarakat diantaranya adalah batu giling, sapu, gisaran, kukuran, perahan kelapa, tapisan kelapa, lesung tangan, lesung injak, parut, ayak, nyiru, bakul, kocokan telur, parang. Alat-alat pertanian yang biasa digunakan diantaranya adalah bajak kerbau, ani-ani, belung, tugal, sengkuit, beronang, rimbe. Alat-alat perburuannya adalah jarring, jerat, tombak, perangkap. Alat-alat perikanannya diantaranya adalah pukat, bidai belat, bubu dan luka, mulak mbong, lupat, tangguk, jala, pancing, jaring, kerang/cakik. Alat peternakan diantaranya adalah sangkar, kandang, kili-kili, kolam, payau.[7]
2.      Alat-alat Distribusi dan Transport
Yang paling umum adalah gerobak, tapi juga ada pelangkin, bubut dan delman. Untuk transportasi laut ada sampan, biduk dan rakit.[8]

PANDANGAN ALKITAB

Bengkulu dengan delapan suku asli dan beberapa suku pendatang merupakan masyarakat yang sangat menggemari kesenian. Mereka sangat suka dengan cerita, pagelaran seni tari, seni vokal dan seni bermain musik.
Melalui kegemaran masyarakat ini dunia seni dapat dijadikan point of contact dalam pemberitaan injil. Meskipun sangat sulit untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka, karena agama Islam yang sangat mendominasi gaya hidup masyarakat, namun penulis percaya pendekatan lewat dunia kesenian patut dicoba dalam usaha pemberitaan Injil.
Penduduk yang sebagian besar yaitu 95% menganut agama Islam dan hanya 5% agama lain menyiratkan bahwa Bengkulu membutuhkan kasih Tuhan. Pesan Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepdamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” adalah suatu pesan yang juga ditujukan pada suku-suku di Bengkulu. Soli Deo Gloria.



DAFTAR PUSTAKA

Siddik, Abdullah. 1980. Hukum Adat rejang. Jakarta: PN Balai Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1977. Adat Istiadat Daerah Bengkulu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bengkulu.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1985. Upacaa Tradisional yang berkaitan dengan peristiwa alam dan kepercayaan daerah Sumatera Selatan.
Latif, Iskandar. 1998. Agama dan Kebudayaan. Jakarta: Sinar Harapan.









LAMPIRAN

Pusako bubung Limo


Upacara adat rejang di daerah Kepahiang


[1] Departemen P dan K, iadat Istiadat daerah Bengkulu, hal. 93,94
[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat Istiadat Daerah Bengkulu (1977), hal.22
[3] Departemen P dan K. Upacara Tradisional yang berkaitan dengan peristiwa alam dan Kepercayaan Daerah Sumatera Selatan, hal. 8
[4] Ibid , hal.28
[5] Abdullah Siddik, Hukum Adat Rejang (PN Balai Pustaka,1980), Hal.69
[6] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bengkulu  (1983),Hal. 39
[7] Ibid 5, hal. 57-65
[8] Bid 5, hal. 65-68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar