Di wilayah Bengkulu pernah berdiri
kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti Kerajaan Sungai Serut,
Kerajaan Selebar, Kerajaan Pat Petulai, Kerajaan Balai Buntar, Kerajaan Sungai
Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung, dan Kerajaan Marau Riang. Di
bawah Kesultanan Banten, mereka menjadi vazal.
Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada
dibawah kekuasaan Kerajaan Inderapura semenjak abad ke-17. Pada abad ke-17 juga terjadi ekspedisi dari Inggris yang
dilakukan oleh British East India
Company (EIC) dan Bengkulu duijadikan sebagai pusat
perdagangan lada. Pada abad ke-18 Bengkulu diserahkan pada Belanda dengan
imbalan Malaka, sejak saat itu Bengkulu menjadi bagian Hindia Belanda.
Penemuan deposit emas di daerah Rejang Lebong pada paruh kedua abad ke-19 menjadikan tempat
itu sebagai pusat penambangan emas hingga abad ke-20. Saat ini, kegiatan
penambangan komersial telah dihentikan semenjak habisnya deposit.
Pada tahun 1930-an, Bengkulu menjadi tempat
pembuangan sejumlah aktivis pendukung kemerdekaan, termasuk Sukarno. Di masa inilah
Sukarno berkenalan dengan Fatmawati yang kelak menjadi isterinya.
Dengan
kekayaan sejarah tersebut maka Bengkulu memiliki banyak sekali ragam budaya dan
bahasa, baik budaya asli masyarkat setempat dan budaya akibat pengaruh para
pendatang dan company yang datang
pada saat itu.
A.
SUKU
Suku-suku bangsa yang
mendiami Provinsi Bengkulu dapat dikelompokkan menjadi suku asli dan
pendatang, meskipun sekarang kedua kelompok ini mulai bercampur baur. Bahasa
yang dominan dipakai adalah bahasa Rejang,
yang banyak dipahami oleh sebagian besar penduduk, selain bahasa Melayu (bahasa Indonesia)
dan bahasa Serawai. Di Pulau Enggano dipakai bahasa Enggano.
Suku-suku pribumi mencakup suku-suku berikut:
1.
Mukomuko, mendiami
wilayah Kabupaten Mukomuko;
2.
Pekal, mendiami wilayah
Kabupaten Mukomuko dan Kabupaten Bengkulu Utara;
3.
Rejang, mediami
wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Kepahiang, Rejang Lebong dan
Lebong;
4.
Lembak, mendiami wilayah
Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong;
5.
Serawai, mendiami
wilayah Kabupaten Seluma dan Bengkulu Selatan;
6.
Pasemah, mendiami wilayah
Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kaur;
7.
Kaur, mendiami
wilayah Kabupaten Kaur;
8.
suku-suku pribumi Enggano
(ada enam puak), mendiami Pulau Enggano.
Suku bangsa pendatang meliputi Melayu, Jawa (dari
Banten), Bugis, Madura, Minangkabau, Batak, Sunda, dan lain-lain.
B. LETAK GEOGRAFIS
DAN JUMLAH PENDUDUK
Bengkulu (bahasa Belanda: Benkoelen atau Bengkulen, bahasa
Inggris: Bencoolen, bahasa Malaysia: Bangkahulu, bahasa Rejang:
Bekulew/Bekulaw) adalah sebuah propinsi yang terletak di bagian barat daya pulau Sumatera. Di sebelah utara berbatasan
dengan Sumatera Barat, di sebelah timur dengan Jambi dan Sumatera Selatan, sedangkan disebelah
selatan dengan Lampung.
Jumlah penduduk Bengkulu adalah 1.972.196 (tahun 2010).
Dengan kepadatan 100/km2.
C. KEPERCAYAAN
Kepercayaan di Bengkulu didominasi oleh agama Islam dan
terjadi sinkritisme antara budaya setempat dengan ajaran Islam,Tabot adalah
salah satu bukti konkret yang paling nyata di Bengkulu. Selain itu ada juga
penganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, Buddha dan Hindu.
Di bidang kehidupan beragama,
kesadaran melaksanakan ritual keagamaan mayoritas penduduk yang beragama Islam
secara kuantitatif cukup baik. Kesadaran di kalangan pemuka agama untuk
membangun harmoni sosial dan hubungan intern dan antar-umat beragama yang aman,
damai dan saling menghargai cukup baik.
Kepercayaan terhadap mahluk halus telah mendarah daging di
masyarakat sebelum kedatangan Islam. Hal ini ternyata dari sisa-sisa
kepercayaan kuno yang dianut sekelompok kecil masyarakat dalam daerah Bengkulu.
Menurut mereka ada berbagai jenis mahluk halus diantaranya semat bulau lekat, semat laut, sebei sebeken, orang bunian.[1]
D. BAHASA
Terdapat empat bahasa daerah
yang digunakan oleh masyarakat Bengkulu, yakni: Bahasa Melayu, Bahasa Rejang,
Bahasa Pekal, Bahasa Lembak. Penduduk Provinsi Bengkulu berasal dari tiga
rumpun suku besar terdiri dari Suku Rejang, Suku Serawai, Suku Melayu.
Sedangkan lagu daerah yaitu Lalan Balek.
Falsafah hidup masyarakat
setempat, "Sekundang setungguan Seio Sekato". Bagi masyarakat
Bengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama yang sering
kita dengar dengan bahasa pantun yaitu: "Ke bukit Samo Mendaki, Ke lurah
Samo Menurun, Yang Berat Samo Dipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing",
artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jika sama-sama dikerjakan bersama
akan terasa ringan juga. Selain itu, ada pula "Bulek Air Kek Pembukuh,
Bulek Kata Rek Sepakat", artinya bersatu air dengan bambu, bersatunya
pendapat dengan musyawarah.
E. RELIGI/ TATA
UPACARA
Salah satu upacara tradisional
yang paling popular di Bengkulu adalah upacara
"TABUT" yang sekarang populer dengan nama “TABOT” yaitu suatu
perayaan tradisional yang dilaksanakan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 10
Muharram setiap tahunnya, untuk memperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu Nabi
Muhammad SAW oleh keluarga Yalid dari kaum Syiah, dalam peperangan di Karbala
pada tahun 61 Hijriah.
Perayaan pertama kali
dilaksanakan oleh Syekh Burhanuddin yang dikenal sebagai Imam Senggolo pada
abad ke 15. Syekh Burhanuddin (Imam Senggolo) Menikah dengan wanita Bengkulu
kemudian anak mereka, cucu mereka dan keturunan mereka disebut sebagai keluarga
pewaris Tabut.[2]
Pada perayaan TABOT tersebut
dilaksanakan berbagai pameran serta lomba ikan – ikan, telong – telong, serta
kesenian lainnya yang diikuti oleh kelompok – kelompok kesenian yang ada di
Provinsi Bengkulu, sehingga menjadikan ajang hiburan rakyat dan menjadi salah
satu kalender wisatawan tahunan.
Dalam melakukan upacara
tabot dilakukan berabgai upacara Lainnya yang mengiringi Tabut
diantaranya meliputi Upacara
Mengambik Tanah,
dilakukan malam 1 Muharram. Duduk Penja, 4 dan 5 Muharram. Menjara, 5 sampai 6
of Muharram. Arak Jari-Jari dan Seroban, 7 sampai 8 Muharram. Arak
Gedang, 9 Muharram. Tabut Tebuang, 10 Muharram.
F.
PENGETAHUAN
Pada zaman dahulu pendidikan suku asli Bengkulu
sangat minim, rata-rata penduduk hanya menyelesaikan pendidikan dasar saja. [3]Namun pada zaman sekarang, sudah
banyak putra-putri suku asli seperti suku Rejang yang telah menempuh pendidikan tinggi seperti ilmu pendidikan keguruan, ilmu
kesehatan, ilmu hukum, ilmu ekonomi, sastra, dan lain-lain. Banyak yang telah
menekuni profesi sebagai pegawai negeri, pejabat teras, dokter, pegawai
swasta, pengacara, polisi, dan berbagai profesi yang memiliki kehormatan
menurut masyarakat modern pada era sekarang ini.
Meskipun sudah banyak
putra-putri Bengkulu yang memiliki pendidikan tinggi, Bengkulu tetap belum
menunjukkan kemajuan pesat karena putra-putri terbaik Bengkulu rata-rata tidak
mengabdikan diripada daerah melainkan bekerja dikota-kota besar lain. Oleh
karena itu Bengkulu kerap kali identik dengan kekayaan alamnya namun
pengelolaannya yang masih minim karena keterbatasan sumber daya manusia yang
berkualitas. Padahal apabila kekayaan alam Bengkulu dieksplorasi dan
dipromosikan secara maksimal maka akan menjadi suatu pesona wisata yang tidka
kalah dengan Bali atau Lombok, mengingat pesona wisata bengkulu berbalut dengan
nilai history didalamnya.
G.
MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian pokok
para penduduk asli penduduk terbagi menjado dua kelompok yaitu sebagai nelayan
(bagi masyarakat yang tinggall didaerah pesisir pantai) dan sebagai petani
(bagi masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan).[4] Hanya sebagian kecil saja
yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pegawai negeri ataupun jenis
pekerjaan lainnya. Bila dilihat dari segi sukuisme maka pekerjaan sebagai
pedagang, pegawai negeri, guru dari wiraswasta kebanyakan dilakoni oleh suku
pendatang, sedangkan suku asli Bengkulu kebanyakan melakoni pekerjaan sebagai
nelayan atau petani.
H.
KESENIAN
Bengkulu memiliki
kerajinan tradisional batik besurek, yakni kain batik yang dihiasi huruf-huruf
Arab gundul dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sebagi salah satu
bagian warisan budaya Republik Indonesia serta turut memperkaya khazanah budaya
di Indonesia. Saat ini batik besurek juga
divariasikan dengan gambar bunga raflesia sebagai salah satu ciri khas dari Bengkulu.
Kebudayaan
Bengkulu memiliki beberapa ciri berbeda karena dipengaruhi oleh suku-suku
berbeda yakni kebudayaan Bengkulu Selatan/suku Serawai, kebudayaan Rejang dan
kebudayaan pesisir.
Budaya tabot
merupakan satu kultur unik yang memadukan tradisi lokal dengan Islam Syiah
secara kultural. Budaya tabot dilakukan pada
tanggal 1-10 muharam dengan membuangtabot ke pantai panjang dan merupakan
ritual tahunan yang dirayakan seluruh masyarakat Bengkulu.
1. Tari
tradisional
Tari-tarian tradisional dari Bengkulu antara lain:
·
Tari Tombak Kerbau
·
Tari Putri Gading Cempaka
·
Tari Pukek
·
Tari Andun
·
Tari Kejei
·
Tari Penyambutan
·
Tari Bidadari Menimang Anak
·
Tari Topeng
2. Seni musik
Seni musiknya adalah:
·
Dol adalah alat musik
yang sangat terkenal di Bengkulu, sering digunakan pada upacara tabot dan
mengiringi tarian-tarian tradisional Bengkulu.
·
Geritan, yaitu cerita sambil berlagu.
·
Serambeak, yang berupa patatah-petitih.
·
Andei-andei, yaitu seni sastra yang berupa nasihat.
·
Sambei, yaitu seni vokal khas suku Rejang,biasanya untuk pesta perkawinan.
I.
WISATA DAN PENINGGALAN SEJARAH
1.
Objek Wisata Kekayaan Alam
- Pantai Panjang
pantai Panjang sekitar 3 km dari kota Bengkulu. Sekitar 7
km panjang pantai dengan 50 meter lebar dari jalan raya. Banyak transportasi
umum yang menuju ataupun pergi dari Pantai Panjang. Pohon Cemara yang rindang
menghiasi sepanjang pantai. Hotel dan restoran juga banyak terdapat disana.
Pantai ini juga memiliki fasilitas area parkir, kolam renang, cottage dan
lainnya yang mendukung wisata disana.
- Pantai Pasir Putih
Pantai
ini terletak dekat pelabuhan samudra Pulau Baii. Jarak sekitar 19 km dari pusat
koa Bengkulu. Kondisi jalan menuju kesana sangat baik. Tempat ini dapat dicapai
dengan kendaraan roda empat jenis apapun. Kondisi pantai sangat bersih dengan
pasir pantainya yang putih dan pohon cemara yang tumbuh disekitarnya.
- Pulau Tikus
Pulau
ini terdiri dari satu pulau induk dan beberapa pulau-pulau kecil lainnya yang
mengitari dan dengan karang-karang yang indah. Pulau tikus sangat cocok untuk
wisata laut. Pulau ini dapat dicapai sekitar 1 jam dari kota Bengkulu dengan
menggunakan kapal boat.
- Danau Dendam Tak Sudah
Danau
ini dikelilingi oleh perbukitan kecil, dengan bukit barisan sebagai latar
belakangnya. Jaraknya sekitar 8 km dari pusat kota Bengkulu. Anggrek air Vanda Hookeriana tumbuh sepanjang danau. Ketika musim bunga
anggrek tersebut membuat danau menjadi indah dan lebih sejuk.
- Tapak Padri dan Pantai Jakat
Terletak
sangat dekat dengan benteng marlborough dengan pemandangan laut yang indah.
Tapak Padri dataran yang cukup tinggi sehingga kita dapat melihat matahari
terbenam. Masyarakat sering berkunjung ketempat ini pada sorehari untuk melihat
sunset.
- Bunga Raflessia Arnoldy
Semasa
Pemerintahan Inggris, Bunga ini ditemukan pertamakali oleh Sir Thomas Raffles
dan Dr. Arnoldy di Dusun Lubuk Tapi pada tahun 1818. Bunga ini adalah bunga
terbesar di dunia dengan diameter 100 cm. Bunga ini membutuhkan 6 sampai 8
bulan untuk tumbuh dan 15 hari setelah itu untuk berbunga. Keunikan dari bunga
ini adalah tidak adanya akar, daun dan batang. Tumbuhan ini termasuk parasit
kerena tidak adanya klorofil dan haustoria. Bunga ini sering tumbuh dan
ditemukan di Taba Penanjung I dan Taba Penanjung III (Bengkulu Tengah), daerah di wilayah kabupaten Kepahiang,
dan daerah di wilayah kabupaten Rejang
Lebong.
- Bunga Kibut (Amorphopalus Titanuum)
Bunga
ini sangat menarik dan cantik. Tidak memiliki batang dengan tetapi memiliki
bunga yang tinggi sekitar 3 m dan kuat. Bunga ini tumbuh di sekitar Rejang
Lebong mengelilingi Kepahiang, Bengkulu Utara, and Bengkulu Selatan.
- Objek Wisata Yang Mengandung Makna Sejarah
- Benteng Marlborough
Benteng
Marlborough dibangun oleh perusahaan india timur di bawah kepemimpinan Gubernur
Joseph Callet. The fort constitutes the strong fort, Benteng Marlborough berdiri mengahadap
selatan dan memiliki luas 44,100 meter persegi. Benteng ini mempunyai bentuk
bangunan abad 18, menyerupai kura-kura. Pintu utamanya dikelilingi parit yang
luas dan dapat dilalui oleh jembatan. Menurut masyarakat sekiotar di benteng
itu juga terdapat pintu keluar bawah tanah yang dulu digunakan pada waktu
perang.[5]
- Rumah Pengasingan Bung Karno
Pada
zaman koloni Belanda(1939-1942), Soekarno (Yang kemudian menjadi Presiden RI
yang pertama) pernah diasingkan di Bengkulu. Selama dalam pengasingan Soekarno
tinggal di rumah yang beralamat di Anggut Atas dan sekarang dikenal dengan
jalan Soekarno-Hatta. Beberapa peralatan, sepeda, perpustakaan buku-buku, dan
yang lainnya yang pernah dimiliki oleh soekarno disimpan di dalam rumah ini.
Selama tinggal di Bengkulu, Soekarno mendesain masjid, yang sekarang dikenal
dengan Masjid Jamik (Jamik Mosque).
- Parr and Hamilton Monuments
Parr
Monuments terletak di depan Pasar Barukoto diseberang benteng Marlborough,
sedangkan Hamilton Monuments terletak di Jalan Soekarno-Hatta. Monument ini
dibangun oleh Inggris untuk memperingati kekalahan mereka di Bengkulu.[6]
- Museum Provinsi Bengkulu
Museum
Bengkulu terletak di bagian selatan dari jalan utama kota Bengkulu, yaitu di
jalan Pembangunan. Disini kita dapat melihat berbagai macam benda benda
bersejarah. dan juga baju batik buatan Bengkulu yang dinamakan kain Besurek.
J.
TEKNOLOGI
Rumah adat Bengkulu
disebut Pusako Bubung Limo yaitu sejenis rumah panggung yang memiliki bubungan
atap 5 buah. Dan senjata pusaka khas Bengkulu adalah Keris bengkulu, yiatu
semacam keris yang memiliki ukiran pada tubuh keris itu sendiri.
Selain dari pada itu
ada berbagai alat-alat yang biasa digunakan di Bengkulu, alat-alat itu
dipisahkan kedalam beberapa kategori, yaitu sebagai berikut:
1.
Alat-alat Produksi
Alat –alat rumah tangga yang biasa
digunakan masyarakat diantaranya adalah batu giling, sapu, gisaran, kukuran,
perahan kelapa, tapisan kelapa, lesung tangan, lesung injak, parut, ayak, nyiru,
bakul, kocokan telur, parang. Alat-alat pertanian yang biasa digunakan
diantaranya adalah bajak kerbau, ani-ani, belung, tugal, sengkuit, beronang,
rimbe. Alat-alat perburuannya adalah jarring, jerat, tombak, perangkap.
Alat-alat perikanannya diantaranya adalah pukat, bidai belat, bubu dan luka,
mulak mbong, lupat, tangguk, jala, pancing, jaring, kerang/cakik. Alat
peternakan diantaranya adalah sangkar, kandang, kili-kili, kolam, payau.[7]
2.
Alat-alat Distribusi dan
Transport
Yang paling umum adalah gerobak, tapi
juga ada pelangkin, bubut dan delman. Untuk transportasi laut ada sampan, biduk
dan rakit.[8]
PANDANGAN ALKITAB
Bengkulu
dengan delapan suku asli dan beberapa suku pendatang merupakan masyarakat yang
sangat menggemari kesenian. Mereka sangat suka dengan cerita, pagelaran seni
tari, seni vokal dan seni bermain musik.
Melalui
kegemaran masyarakat ini dunia seni dapat dijadikan point of contact dalam pemberitaan injil. Meskipun sangat sulit
untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka, karena agama Islam yang sangat
mendominasi gaya hidup masyarakat, namun penulis percaya pendekatan lewat dunia
kesenian patut dicoba dalam usaha pemberitaan Injil.
Penduduk
yang sebagian besar yaitu 95% menganut agama Islam dan hanya 5% agama lain
menyiratkan bahwa Bengkulu membutuhkan kasih Tuhan. Pesan Tuhan Yesus dalam
Matius 28:19-20, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepdamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” adalah suatu pesan yang
juga ditujukan pada suku-suku di Bengkulu. Soli
Deo Gloria.
DAFTAR PUSTAKA
Siddik,
Abdullah. 1980. Hukum Adat rejang. Jakarta:
PN Balai Pustaka
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1977. Adat
Istiadat Daerah Bengkulu.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Sejarah
Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah Bengkulu.
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. 1985. Upacaa
Tradisional yang berkaitan dengan peristiwa alam dan kepercayaan daerah
Sumatera Selatan.
Latif,
Iskandar. 1998. Agama dan Kebudayaan.
Jakarta: Sinar Harapan.
LAMPIRAN
Pusako bubung Limo
Upacara adat rejang di daerah Kepahiang
[1]
Departemen P dan K, iadat Istiadat daerah Bengkulu, hal. 93,94
[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat Istiadat Daerah Bengkulu (1977), hal.22
[3]
Departemen P dan K. Upacara Tradisional yang berkaitan dengan peristiwa alam
dan Kepercayaan Daerah Sumatera Selatan, hal. 8
[4]
Ibid , hal.28
[5]
Abdullah Siddik, Hukum Adat Rejang (PN
Balai Pustaka,1980), Hal.69
[6] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di Daerah
Bengkulu (1983),Hal. 39
[7]
Ibid 5, hal. 57-65
[8]
Bid 5, hal. 65-68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar