Sabtu, 25 Juli 2015

Gerakan Kharismatik



Akar kekristenan kharismatik diawali oleh gerakan – gerakan agresif yang telah dimulai sejak tahun 170 M. Saat itu dimulai dengan Gerakan Montanis atau yang dikenal juga dengan Montanisme yang merupakan suatu gerakan profetis yang dipelopori oleh Montanus, mantan imam dari Cybele di Phrygia. Tekanan utamanya adalah ucapan-ucapan nubuat yang disampaikan dalam suatu keadaan eksatis. Montanus dengan kuat memegang dan mempromosikan ide bahwa penutupan kanon alkitabiah bukanlah akhir dari wahyu ilahi.[1]
Selama reformasi Lutheran abad ke-16 di Eropa, golongan Anabaptis berpegang bahwa mereka yang dibaptis pada masa bayi perlu dibaptis ulang ketika dewasa melalui pengakuan dan penerimaan pribadi guna memastikan keselamatan.[2]
Tahun 1736 “the Shaking Quakers”, seorang ibu depresi dengan Ann Lee dengan empat orang anaknya membat suatu anti pernikahan dan anti seksual akibat kegagalan pernikahannya dan dibalutkan dengan “glossolalia” dan penyembuhan.[3]
Abad ke 19 lahirlah gerakan pentakostalisme klasik oleh aliran Wesleyan yang memperbaharui Metodisme sesuai dengan pemahaman Holiness Club yang berpusat di Oxford. Sehingga dapat dikatakan bahwa Metodisme merupakan pendahulu bagi pantekostalisme dan Kharismatisme, dan “John Wesley” sebagai pendiri Metodis di klaim juga sebagai “bapak Pentakostalisme”. Sebenarnya Pantekostalisme mengadopsi banyak gagasan dan pendekatan teologisnya dalam pelayanan.
Di tahun 1960 Pentakostalisme meluber melewati batas-batas denomnasional ketika Dennis Bennett (Pendeta kepala Gereja Episkoal St. Mark di Van-Nuys, California) mengalami apa yang dipercayainya sebagai baptisan Roh Kudus dan karunia bahas roh. Gerakan Karismatik meluas ke denominasi-denominasi utama seperti Episkopal, Metodis Presbiterian, Baptis dan Lutheri. [4]
Jangkauan kalangan Pentaksostal yang melampaui batas-batas gereja Pentakostal yang resmi menjadi semakin nyata terungkap melalui organisasi The Full Gospel Business Men’s Fellowship International (FGBMFI) yang dibentuk oleh Demos Shakarian. Dari sejak semula FGBMFI telah mempunyai hubungan akrab dengan para penginjil-penyembuhan yang terkenal seperti Oral Roberts (tahun 1951). Pada tahun 1953 FGBMFI menyebut diri sebagai organisasi bisnismen yang dipenuhi Roh Kudus dan terpanggil melaksanakan penginjilan dan kesasksian kepada umat non-Pentakostal, mereka sering menggunakan istilah “persekutuan kharismatik”.[5]
Tahun 1980-an FGBMFI telah berhasil membentuk sekitar 2.500 cabang atau kelompok yang aktif dan tersebar di seluruh dunia. Anggotanya adalah kalangan menengah keatas, seperti direktur,pengacara, dokter, kontraktor, pedagang besar dan mahasaiswa atau kaum muda. Dengan corak keanggotan seperti itu wajarlah di dalamnya ditekankan ‘kemakmuran sebagai berkat Allah’ atau yang sering dikenal dengan Teologi Sukses.
Demikianlah aliran ini terus berkembang dengan banyak tokoh-tokoh besar dan dukungan dari pendeta-pendeta bernama besar membuat gerakan ini merambat secara luas bahkan di Indonesia. Tokoh – tokoh gerakan dan perkembangannya akan dibahas selanjutnya.
A.   Tokoh
Dimulai dengan Demos Shakarian yang memulai FGBMFI. Shakarian adalah seorang milyuner pengusaha peternakan di California yang berasal dari keluarga Armenia yang telah mengenal praktek berbahasa lidah sejak tahun 1905.
Dilanjutkan oleh David J.du Plessis dan Agnes Sanford yang berperan untuk perkembangan Kharismatisme di wilayah Amerika Serikat. Du plessis (dijuluki Mr.Pentecost) dikenang sebagai tokoh Pentakostal yang juga aktif dalam organisasi oikumenis. Pada tahun 1916 ia mengalami pertobatan versi injili (protestan) sebagai anggota Gereja Reformed Belanda, akan tetapi pada tahun 1918 ia menerima Baptisan Roh di salah satu gereja pentakostal di Afsel yang mengakibatkan ia dikeluarkan oleh Gereja Reformed Belanda. Pengalaman ini rupanya menimbulkan sakit hati yang mendalam bagi du Plessis, sehingga ia mulai menumbuhkan persahabatan dengan kalangan oikumenis pada gereja-gereja arus pertama. Hal ini mempopularkan namanya, bahkan ia menghadiri Konsili Vatikan II sebagai peninjau dan wakil ketua “Sekretariat Memajukan Kesatuan Kristiani”. Akan tetapi, kegiatan oikumenisnya ini membuatnya diberhentikan sebagai pendeta dari The Assemblies of God dan ditentang oleh banyak kalanagan Pentakostal maupun Fundamentalis.The Assembies of God adalah gerakan Neo Pantekostal yang lahir pada abad ke 19 di Amerik serentak dengan FGBMFI. Assemblies od God Lahir karena perbedan-perbedaan yang muncul di antara pemimpin agama dan ketidakpuasan terhadap gereja – gereja yang berstruktur tradisional. Orang – orang pentakostal klasik yakin tidak ada mandat dari Perjanjian Baru mengenai struktur gereja apa pun.[6]
Agnes Sanford  adalah anggota gereja Episcopal dan Ordo Santo Lukas yang bersifat inter-denominasional yang berupaya memajukan pemulihan “praktek penyembuhan rasuli sebagaimana diajarkan dan diperagakan oleh Yesus Kristus”. Selain itu beredar juga majalah Voice yang beredar bakan dikalangan non-Pentakostal.
Tokoh-Tokoh lainnya akan dibahas juga sesuai dengan perkembangan yang dibawa oleh mereka dalam lingkungan-lingkungan tertentu.

B.   Pengajaran (Doktrin)
Dalam gerakan Karismatik ada suatu kesamaan tertentu, yang di dasarkan bukan pada theologia, melainkan pada pengalaman “dibaptiskan di dalam Roh Kudus” dan (biasanya) berbicara dalam bahasa roh.[7]
Karismatik sendiri adalah istilah yang diambil oleh kaum Pentakosta baru untuk mendefinisikan apa yang mereka akui sebagai karya-karya khusus dari Roh Kudus di masa kini. Sesungguhnya, perkataan itu berasal dari istilah Yunani χάρισμα charisma, yang berarti “karunia anugerah”, sesuatu yang berlaku bagi semua orang Kristen. Demi mempermudah identifikasi, maka perlu mengikuti konotasi kontemporernya dan menerapkannya pada gerakan Pentakosta modern yang menekankan karunia-kurnia tanda yang ajaib (mujizat, bahasa roh dan penyembahan) dan “baptisan Roh Kudus” sebagai suatau pengalaman subyektif yang subsekuen (terjadi sesudah) keselamatan.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gerakan Kharismatik ini memiliki pengajaran dasar Baptisan Roh dan Karunia Roh.
  1. Baptisan Roh
Baptisan roh adalah doktrin utama yang dianut oleh kaum Kharismatik yang disusul dengan suatu karya Roh Kudus yang disebut juga Karunia Roh.
Robert Dalton, seorang penulis Karismatik mengungkapkan unsur usaha ketika ia berkata, “Pengalaman ini (baptisan roh) bukanlah untuk segelintir orangg terpilih saja melainkan semua yang meninginkannya dan rela memayar harganya”, berikut juga disertakan berbagai syarat yang variatif untuk beroleh Baptisan Roh. Dipihak ini Dale Bruner menanggapi dengan tulisannya, “Di satu pihak hanya iman – di pihak lain usaha. Syarat yang disusulkan untuk menerima baptisan Roh Kudus, sama ada banyaknya dengan para penganjur doktrin tersebut.
Sebenarnya, Baptisan (baptizo) adalah suatu kenyataan rohani yang membawa orang percaya kepada persatuan yang penting bersama Kristus. Dibaptiskan oleh Roh Kudus berarti bahwa Kristus menempatkan kita, melalui Roh, ke dalam kesatuan dengan tubuhNya dan memberikan kita suatu prinsip hidup bersama yang mengaitkan kita dengan setiap orang lainnya yang juga percaya kepada Kristus. Baptisan dengan Roh mempersatukan semau orang percaya.
Akan tetapi menurut orang Karismatik, orang yang dibaptis dengan Roh, seketika itu penuh dengan Roh. Ini didasarkan dari KPR 2:4, dimana ke -120 orang yang menerima Baptisan Roh disebut juga “penuh dengan Roh”. Sehingga, orang dipenuhi dengan Roh untuk pertama kali pada saat ia menerima Baptisan Roh. Tetapi untuk selanjutnya orang ini bisa berulang kali dipenuhi dengan Roh dalam hidupnya. [8]
Manifestasi pertama dari kekayaan rohani adalah karunia bahasa Roh (glossolali), yang kemudian disertai karunia-karunia lain. Terkadang ini dijadikan syarat mutlak untuk membuktikan apakah seseorang teah menerima Baptisan Roh atau tidak (Pentakostal).[9] Namun kalangan Karismatik lebih moderat menerima bahwa bahasa Roh bukan syarat mutlak. Yang terpenting adalah, bahwa pada orang yang menerima Baptisan Roh nampak hal-hal berikut:
-       Suatu suka cita besar di dalam Tuhan, yang tidak pernah dialami sebelumnya.
-       Suatu keyakinan teguh, bahwa Kristus tinggal di dalam hatinya.
-       Suatu kerinduan besar untuk berdoa, baik seorang diri maupun dalam persekutuan orang-orang lain. Berdoa menjadi suatu kesukaan dan bukan lagi kewajiban atau beban.
-       Kitab suci menjadi suatu “kitab yang baru” sebgaai akibat penerangan Roh Kudus.
-       Suatu keberanian untuk bersaksi tentang Kristus dan suatu keinginan kuat untuk memenangkan orang lain bagi Kristus.
-       Suatu penyembahan spontan di dalam hati terhadap Kristus, dengan mazmur-mazmur dan puji-pujian.
-       Suatu kesadaran yang kuat akan panggilan untuk hidup dengan suci dan untuk menghasilkan buah Roh, yaitu kasih di dalam segala aspeknya
Dalam Baptisan Roh yang membaptis adalah Kristus, sedangkan di 1 Kor 12:13 yang membaptis adalah Roh Kudus. Yang terakhir ini bukan Baptisan Roh. [10]
Menurut ajaran Kahrismatik Karunia-karunia Roh (kharismata) sebagai doktrin kedua setelah baptisan Roh disebut di 1 Kor 12:8-10, ada 9 karunia yaitu:
  1. Karunia untuk berkata-kata hikmat, perkataan hikmat untuk melewati masalah tertentu.
  2. Karunia berkata-kata dengan pengetahuan.
  3. Iman, yang dimaksud bukanlah iman yang berkaitan dengan keselamatan (mereka telah memilikinya), namun yang dimaksud adalah iaman kepada yang “dalam Nama Yesus” dapat melakukan hal-hal yang besar.
  4. Karunia untuk menyembuhkan.
  5. Kuasa untuk mengadakan mujizat.
  6. Karunia untuk bernubuat.
  7. Karunia untuk membedakan bermacam-macam roh.
  8. Karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh. Terbagi menjadi dua macam, yaitu kelompok bahasa dunia dan bahasa yang tidak ada di dunia. Maksud bahasa dunia ialah seseorang dapat berkata-kata dalam bahasa yang belum pernah dipelajarinya seperti yang terjadi pada hari Pentakosta pertama di Yerusalem (KPR 2:7-11), sedangkan bahasa yang tidak ada didunia adalah bahasa malaikat, seperti yang dikatakan oleh Paulus (1 Kor 13:1). Isi bahasa Roh adalah pujian bagi Allah, dan terkadang nubuat. [11]
  9. Karunia untuk menafsirkan bahasa Roh.
Mengenai bahasa roh yang menjadi kontroversi hingga saat ini, sebuah penafsiran yang tepat terhadap alkitab akan menghasilkan pemahaman yang tepat pula. Bahasa lidah yang alkitabiah adalah berbicara dalam bahasa-bahasa manusia secara ajaib tanpa belajar atau persiapan terlebih dahulu (Kisah Rasul 2:1-4). Bahasa lidah alkitabiah adalah tanda bagi orang-orang Yahudi (1 Korintus 14:20-22) dan orang Yahudi hadir setiap kali bahasa lidah terjadi dalam Kisah Para Rasul (2:5-11; 10:46; 19:6). Mereka yang berbahasa lidah atau bernubuat harus mengendalikan roh mereka dan dapat berhenti jika diperlukan (1 Korintus 14:29-30, 32-33). Wanita dilarang untuk berbicara dalam bahasa lidah (1 Korintus 14:34-35). Berbahasa lidah bukanlah tanda “mendapat Roh Kudus.” 3000 orang yang diselamatkan pada hari Pentakosta, contohnya, tidak berbahasa lidah. Gerakan kharismatik dengan “karunia rohani” palsunya adalah elemen penting dalam pembangunan “gereja” esa-sedunia yang sesat.

C.   Perkembangan Gerakan Kharismatik
Tahap perkembangannya terbagi ke dalam 3 tahap dan akan dibahas juga tahap perkembangan di Indonesia dalam bagian terpisah dari ketiga tahap sebelumnya.
Tahap 1
Tahap pertama khusus di kalangan Pentakosta (1960-1967) oleh pendeta Dennis Bennet[12]yang dengan statementnya mengungkapkan penglamannya “menerima kuasa dan kepenuhan Roh Kudus, termasuk karunia berbahasa yang tak dikenal” yang membuat majelis jemaat meminta Bennet berhenti dengan hormat dari gereja St. Lukas di Monrovia dan segala kegiatan jemaat yang berhubungan dengan bahasa lidah dilarang.
Selanjutnya Bennet diminta menggembalakan jemaat St. Lukas di daerah lain di Washington yang hampir padam. Dengan pola baptisan Roh ini, jemaat yang hampir padam mengalami pelipatgandaan dalam jumlah. Hal ini tersebar dengan cepat sehingga banyak pihak gereja meminta Bennet untuk mengajarkan dan membagikan “Baptisan Roh”nya.
Selain itu, Jean Stone, Harald Bredesen dan Larry Christenson juga berpesan besar dalam perkembangan gerakan Kharismatik lewat di Amerika pada masa itu.
Tahap 2
Tahap ini khusus meliputi Gereja Katolik Roma (GKR) sejak 1967-1977. Sebenarnya sebelum 1967 sudah banyak warga dan imam Katolik menerima Baptisan Roh secara individual lewat pelayanan Bennet. Akan tetapi, secara massal gerakan warga dan imam Katolik ini disebut Pembaruan Kharismatik Katolik (PKK) atau Catholic Charismatic Renewal (CCR) yang diawali di Universitas Duquesne, Pittsburgh-Pennyslvania dan Universitas Notre Dama, South Bend-Indiana.[13] Hal ini karena memang gerakan ini pertama kali diprakarsai oleh orang-orang menengah ke atas, termasuk kalangan berpendidikan tinggi, dengan kata lain para mahasiswa. Pesatnya pertumbuhan PKK yang tak diharapkan banyak pihak merangsang gerakan Kharismatik dari gereja lain untuk bergerak lebih agresif.
Dasawarsa ini berakhir dengan pembaruan Kharismatik pada masing-masing denominasi, yang kokoh terbangun menurut strukturnya masing-masing, namun skealigus dengan kesadaran kuat akan ciri oikumenisnya, ditambah dengan pelayanan yang independen di bidang penginjilan, penyembuhan dan pengajaran.
Tahap 3
Tahap ini berlangsung dari 1977 sampai seterusnya. Tahap ini disebut konsolidasi yang berarti semakin mewujudnyatakan persekutuan keagamaan yang termasuk kedalam kategori arus utama dan lebih tenang berdiam didalam gereja-gereja dengan bekerja secara tersembunyi membawa pembaruan dan dalam kehidupan gereja.
Perkembangan yang tak kalah menarik juga ialah semakin menjamurnya gereja elektronik dan penginjil-penginjil TV. Selain itu pada 1980-an muncullah suatu praksis baru dengan pengajaran “tanda dan muzizat” yang dihubungkan dengan John Wagner dan Vineyard Christian Fellowship. Ini merupakan gelombang ketiga setelah pentakostal dan kharismatik.[14]
Kemudian terjadilah konfrensi Kharismatik nasional dan internasional yang akhirnya memberikan tekanan pada penginjilan sedunia. Sehingga tahun 1990-2000 para penganut gerakan ini memiliki target memenangkan sekurang-kurangnya setengah penduduk dunia. Ini menunjukkan indikasi dektanya hubungan penganut Kharismatik dengan Injili.
Kemunculan dan Perkembangannya di Indonesia
Gerakan ini mulai di perkenalkan di Indonesia sejak tahun 1960-an oleh para penginjil dari Amerika dan Eropa. Konteks yang terjadi pada saat itu ialah suasana politik yang suram dan mencekam dengan memuncaknya G 30S/PKI (1965). Dalam kehidupan bergereja sendiri, tidak jauh dengan apa yang terjadi di belahan dunia lain. Gereja-gereja tradisionil gagal memberikan perhatian bagi warga gerejanya dan kesulitan ekonomi ditambah kurangnya jumlah pelayan menjadikan penginjilan tiak berkembang pada saat itu.[15] Kehadiran gerakan kharismatik menawarkan suatu keadaan yang berbeda dengan iman yang menyala-nyala, istilah-istilah kristen, karunia-karunia Roh dan kehangatan persekutuan berhasil menjaring banyak jiwa terutama kaum muda. Seperti yang juga terjadi di negara lain, para pemimpin gereja mengecam gerakan ini dan mengkalim bahwa gerakan ini menyesatkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh sebagian gereja untuk saling merebut anggota jemaat. Akibatnya gerakan ini mulai melemah, dengan seiring dengan itu melemah jugalah panggilan Kristen di Indonesia.

A.   Kesimpulan
Kharismatik adalah sebuah gerakan yang telah mengakar pada abad permulaan dalam kerinduan yang dalam akan kondisi penuh gairah terhadap Tuhan, hingga pada akhirnya kerinduan ini dimanifestasikan kedalaman sebuah gerakan yang kontroversi hingga saat ini dalam rangka menjawab kerinduan tersebut.
Doktrin dasar gerakan ini adalah Baptisan Roh dan Karunia Roh. Salah satu yang membedakan gerakan ini dengan pentaskostal adalah, sikap terbuka terhadap bahasa lidah yang tidak dimiliki oleh semua orang.
Dengan teologi sukses dan pola ibadah yang enjoyable ini menjadikan gerakan ini memiliki banyak peminat, terutama kaum muda.

Tanggapan
Berdasarkan pemaparan sebelumnya tentang Kharismatik dalam hal sejarah dan perkembangan serta doktrin/ pengajarannya. Maka kelompok memberikan tanggapan pada beberapa hal yang dianggap perlu:
-       Tentang sejarah perkembangannya
Apabila menyimak dari terbentuknya persekutuan awal yang membuat gerakan Kharismatik bergema oleh Demos Shakarian melalui FGBMFI. Maka kelompok melihat bahwa sesungguhnya Kharismatik lebih tepat dikatakan sebagai gerakan yang timbul karena hasrat yang dalam akan keintiman kepada Allah namun tetap menjalani hidup yang nyaman dalam profesi dan kemapanan masing-masing. Theologi mereka adalah Theologi pengalaman dan mengesampingkan Theologi Bilblika.
-       Tentang baptisan roh
Mereka beranggapan bahwa seseorang harus beroleh baptisan roh yang diikuti dengan karunia-karunia roh disertai dengan berbagai macam syarat yang banyaknya sama dengan pelontar syaratnya. Mereka tidak merujuk pada baptisan yang dilakukan oleh gereja-gereja tradisionil. Tentang hal ini, Alkitab berkata bahwa kita sudah dibaptis oleh Roh ketika kita percaya, Paulus berkata, “sebab dalam satu Roh kita semua telah dibaptis (1 Kor 12:13), baptisan itu sudah terjadi. Apa yang dikatakan oleh para penganut Kharismatik adalah sebuah pengalaman belaka.
Mereka sering menggunakan Kis 1 “harus menantikan baptisan Roh”, sedangkan konteks pada zaman itu memang bukanlah masa Roh Kudus. Roh kudus diturunkan sekali pada Pentakosta, Ia bukan terus menerus harus datang karena ini sama artinya meminta Tuhan Yesus untuk terus menerus lahir di Betlehem. Roh Kudus telah datang dan diterima dalam oleh setiap orang percaya.
-       Tentang bahasa roh atau yang disebut dengan bahasa lidah atau bahasa malaikat.
Apa yang dikatakan rasul Paulus dengan bahasa malaikat dalam  tidak lebih dari suatu ungkapan Hiperbola untuk mengungkapkan pikirannya, karena konteks pada saat itu  kota  Korintus sungguh kacau.Kota Korintus merupakan produk agama-agama misteri.  Mereka mengacaukan karunia bernubuat dengan meramalkan masa depan. Kota ini dipenuhi oleh para imam kafir dan yang paling penting ialah tentang imoralitas seksualnya. William Barclay berkomentar bahwa disana daiatas bukti Akropolis, berdiri kuil besar Aphrodit (dewi cinta) dan tinggal 1000 nabiah sebagai pelacur-pelacur suci. (124) Kondisi ini menjadikan ‘wajar’ jika Paulus geram dan prihatin sehingga melontarkan kata-kata hiperbola. 
Berikut adalah beberapa hal tentang bahasa lidah yang alkitabiah yang didukung leh tulisan John F.Mac Arthur dalam Apakah Karismatik Itu?:
-       Bahasa lidah yang alkitabiah adalah berbicara dalam bahasa-bahasa manusia secara ajaib tanpa belajar atau persiapan terlebih dahulu (Kisah Rasul 2:1-4), dengan kata “glossa” yang berarti bahasa manusia dan “dialektos” yang berarti dialek.
-       Bahasa lidah alkitabiah adalah tanda bagi orang-orang Yahudi (1 Korintus 14:20-22) dan orang Yahudi hadir setiap kali bahasa lidah terjadi dalam Kisah Para Rasul (2:5-11; 10:46; 19:6).
-       Mereka yang berbahasa lidah atau bernubuat harus mengendalikan roh mereka dan dapat berhenti jika diperlukan (1 Korintus 14:29-30, 32-33).
-       Wanita dilarang untuk berbicara dalam bahasa lidah (1 Korintus 14:34-35). Hal ini ditinjau dari konteks dalam teks Korintus yang dipengaruhi oleh budaya Yahudi. Pada saat itu para murid bersekutu, akan tetapi para perempuan tidak diperbolehkan menyampaikan pendapat, bahkan jika ada yang ingin ditanyakan maka harus ditanyakan di rumah. Karena tidak mungkin bagi perempuan untuk berbicara pada persketuan dimana para murid berbahasa Roh, maka tidak mungkin pula bagi para perempuan untuk berbahasa Roh.
-       Berbahasa lidah bukanlah tanda “mendapat Roh Kudus.” 3000 orang yang diselamatkan pada hari Pentakosta, contohnya, tidak berbahasa lidah. Gerakan kharismatik dengan “karunia rohani” palsunya adalah elemen penting dalam pembangunan “gereja” esa-sedunia yang sesat. 
-       Tentang karunia rohlainnya.
Apa yang perlu dipertanyakan tentang karunia roh adalah keaslian atau kepalsuannya. Ini juga disampaikan oleh Sugiri dalam Pembaharuan Kharismatik bahwa beliau mengingatkan untuk jangan percaya kepada setiap gerakan roh. Mirip dengan bahasa roh, karunia roh tidaklah dipelajari, tidak menyebabkan ekstase-ekstase keriangan dangan kericuhan seperti yang lazim dikerjakan oleh setan dalam ajaran sesat dan bercermin pada apa yang dikerjakan oleh Yesus. Misalnya dalam hal penyembuhan, Yesus dan para rasul menyembuh dengan sepatah kata atau sentuhan dengan segera dan menyeluruh, dan mampu menyembuhkan semua orang. Sebaliknya, pada KKR penyembuhan Kharismatik tidak jarang didapati orang meninggal karena terdesak atau tidak tahan dengan penyakit, seperti yang terjadi dalam KKR penyembuhan Benny Hinn pada 30 April 2000 dimana 4 orang meninggal dunia dan 10 orang mengalami luka serius dan patah tulang.

C.Refleksi
Kami belajar bahwa Tuhan mengisi kita dengan Roh Kudus sampai menyeluruh dalam hidup kita, bukan meluap atau meluber sehingga menyebabkan kericuhan dan kekacauan. Kami adalah orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus sejak kami menerima Kristus dan Kristus hidup dalam kami, hal ini tertampil dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu berteriak atau mengucapkan kata-kata tanpa makna untuk menjadi terlihat rohani, namun dipenuhi dengan roh juga tampak dalam orang-orang Kristen yang menyanyikan mazmur, bersyukur, saling tunduk, saling menghormati dan taat pada Tuhan.

DAFTAR PUSTAKA


Alkitab TB

Aritonang, S. Jan.Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. 1995.Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Arthur, FM John. Apakah Karismatik Itu?. 1998. Lawang: Ekklesia.

Budiman, Rudy.Menentukan Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik 1980. Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi Pendidikan Duta Wacana,.

Douglas, JD (general editor).Twentieth-Century Dictionary of Christian Biography.1995.USA: Baker Books.

Samuel, J.Wilfred. Kristen Kharismatik .2006. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Silalahi,CDjaka. Karsimatik Bercampur dengan Perdukunan. 2001.Yogyakarta: Andi.

Sugiri. Pembaharuan Karismatik. 1980. Yogykarta: Yayasan Kanisius.

Wagner, Peter.Look Ouut the Pentecostals are coming. 1973. Illionis: Carol stream.






[1] Wilfred, J. Samuel, Kristen Kharismatik (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hal 10
[2] Ibid, hal 11
[3] Ibid, hal 12
[4] Peter Wagner, Look Ouut the Pentecostals are coming (Illionis: Carol stream, 1973), hal 29.
[5] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hal 198.
[6] Djaka Christanto Silalahi, Karsimatik Bercampur dengan Perdukunan (Yogyakarta: Andi, 2001), hal 23-26
[7] Rudy Budiman, Menentukan Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik (Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi Pendidikan Duta Wacana, 1980), hal.3
[8] Rudy Budiman, Menentukan Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik (Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi Pendidikan Duta Wacana, 1980), hal.13
[9] Peter Wagner, Look Ouut the Pentecostals are coming (Illionis: Carol stream, 1973), hal 34.
[10] Rudy Budiman, Menentukan Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik (Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi Pendidikan Duta Wacana, 1980), hal.12,13.

[11] Rudy Budiman, Menentukan Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik (Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi Pendidikan Duta Wacana, 1980), hal.20
[12] J.D. Douglas (general editor), Twentieth-Century Dictionary of Christian Biography(USA: Baker Books, 1995), hal.52
[13] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hal 206,207.
[14] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hal 211.
[15] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), hal 214

2 komentar:

  1. Roh Kudus ada dan diberikan Bapa untuk mengingatkan akan semua ajaran Yeshua ( ישוע, nama Ibrani Yesus ) yang berlandaskan kepada Torah ( תורה, seperangkat pengajaran dari Tuhan Israel melalui perantaraan Moshe/ Musa ) yang dikenal sebagai Taurat dalam kekristenan.

    BalasHapus
  2. Roh Kudus ada dan diberikan Bapa untuk mengingatkan akan semua ajaran Yeshua ( ישוע, nama Ibrani Yesus ) yang berlandaskan kepada Torah ( תורה, seperangkat pengajaran dari Tuhan Israel melalui perantaraan Moshe/ Musa ) yang dikenal sebagai Taurat dalam kekristenan.

    BalasHapus