Akar
kekristenan kharismatik diawali oleh gerakan – gerakan agresif yang telah
dimulai sejak tahun 170 M. Saat itu dimulai dengan Gerakan Montanis atau yang
dikenal juga dengan Montanisme yang merupakan suatu gerakan profetis yang
dipelopori oleh Montanus, mantan imam dari Cybele di Phrygia. Tekanan utamanya
adalah ucapan-ucapan nubuat yang disampaikan dalam suatu keadaan eksatis.
Montanus dengan kuat memegang dan mempromosikan ide bahwa penutupan kanon
alkitabiah bukanlah akhir dari wahyu ilahi.[1]
Selama
reformasi Lutheran abad ke-16 di Eropa, golongan Anabaptis berpegang bahwa
mereka yang dibaptis pada masa bayi perlu dibaptis ulang ketika dewasa melalui
pengakuan dan penerimaan pribadi guna memastikan keselamatan.[2]
Tahun
1736 “the Shaking Quakers”, seorang ibu depresi dengan Ann Lee dengan empat
orang anaknya membat suatu anti pernikahan dan anti seksual akibat kegagalan
pernikahannya dan dibalutkan dengan “glossolalia” dan penyembuhan.[3]
Abad
ke 19 lahirlah gerakan pentakostalisme klasik oleh aliran Wesleyan yang
memperbaharui Metodisme sesuai dengan pemahaman Holiness Club yang berpusat di Oxford. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Metodisme merupakan pendahulu bagi pantekostalisme dan Kharismatisme, dan
“John Wesley” sebagai pendiri Metodis di klaim juga sebagai “bapak
Pentakostalisme”. Sebenarnya Pantekostalisme mengadopsi banyak gagasan dan
pendekatan teologisnya dalam pelayanan.
Di
tahun 1960 Pentakostalisme meluber melewati batas-batas denomnasional ketika
Dennis Bennett (Pendeta kepala Gereja Episkoal St. Mark di Van-Nuys,
California) mengalami apa yang dipercayainya sebagai baptisan Roh Kudus dan
karunia bahas roh. Gerakan Karismatik meluas ke denominasi-denominasi utama
seperti Episkopal, Metodis Presbiterian, Baptis dan Lutheri. [4]
Jangkauan
kalangan Pentaksostal yang melampaui batas-batas gereja Pentakostal yang resmi
menjadi semakin nyata terungkap melalui organisasi The Full Gospel Business Men’s Fellowship International (FGBMFI)
yang dibentuk oleh Demos Shakarian. Dari sejak semula FGBMFI telah mempunyai hubungan
akrab dengan para penginjil-penyembuhan yang terkenal seperti Oral Roberts
(tahun 1951). Pada tahun 1953 FGBMFI menyebut diri sebagai organisasi bisnismen
yang dipenuhi Roh Kudus dan terpanggil melaksanakan penginjilan dan kesasksian
kepada umat non-Pentakostal, mereka sering menggunakan istilah “persekutuan
kharismatik”.[5]
Tahun
1980-an FGBMFI telah berhasil membentuk sekitar 2.500 cabang atau kelompok yang
aktif dan tersebar di seluruh dunia. Anggotanya adalah kalangan menengah
keatas, seperti direktur,pengacara, dokter, kontraktor, pedagang besar dan
mahasaiswa atau kaum muda. Dengan corak keanggotan seperti itu wajarlah di
dalamnya ditekankan ‘kemakmuran sebagai berkat Allah’ atau yang sering dikenal
dengan Teologi Sukses.
Demikianlah
aliran ini terus berkembang dengan banyak tokoh-tokoh besar dan dukungan dari
pendeta-pendeta bernama besar membuat gerakan ini merambat secara luas bahkan
di Indonesia. Tokoh – tokoh gerakan dan perkembangannya akan dibahas selanjutnya.
A. Tokoh
Dimulai
dengan Demos Shakarian yang memulai
FGBMFI. Shakarian adalah seorang milyuner pengusaha peternakan di California
yang berasal dari keluarga Armenia yang telah mengenal praktek berbahasa lidah
sejak tahun 1905.
Dilanjutkan
oleh David J.du Plessis dan Agnes Sanford yang berperan untuk
perkembangan Kharismatisme di wilayah Amerika Serikat. Du plessis (dijuluki Mr.Pentecost) dikenang sebagai tokoh
Pentakostal yang juga aktif dalam organisasi oikumenis. Pada tahun 1916 ia
mengalami pertobatan versi injili (protestan) sebagai anggota Gereja Reformed
Belanda, akan tetapi pada tahun 1918 ia menerima Baptisan Roh di salah satu gereja
pentakostal di Afsel yang mengakibatkan ia dikeluarkan oleh Gereja Reformed
Belanda. Pengalaman ini rupanya menimbulkan sakit hati yang mendalam bagi du
Plessis, sehingga ia mulai menumbuhkan persahabatan dengan kalangan oikumenis
pada gereja-gereja arus pertama. Hal ini mempopularkan namanya, bahkan ia
menghadiri Konsili Vatikan II sebagai peninjau dan wakil ketua “Sekretariat
Memajukan Kesatuan Kristiani”. Akan tetapi, kegiatan oikumenisnya ini
membuatnya diberhentikan sebagai pendeta dari The Assemblies of God dan ditentang oleh banyak kalanagan
Pentakostal maupun Fundamentalis.The
Assembies of God adalah gerakan Neo Pantekostal yang lahir pada abad ke 19
di Amerik serentak dengan FGBMFI. Assemblies
od God Lahir karena perbedan-perbedaan yang muncul di antara pemimpin agama
dan ketidakpuasan terhadap gereja – gereja yang berstruktur tradisional. Orang
– orang pentakostal klasik yakin tidak ada mandat dari Perjanjian Baru mengenai
struktur gereja apa pun.[6]
Agnes Sanford adalah anggota gereja Episcopal dan Ordo Santo
Lukas yang bersifat inter-denominasional yang berupaya memajukan pemulihan
“praktek penyembuhan rasuli sebagaimana diajarkan dan diperagakan oleh Yesus
Kristus”. Selain itu beredar juga majalah Voice
yang beredar bakan dikalangan non-Pentakostal.
Tokoh-Tokoh
lainnya akan dibahas juga sesuai dengan perkembangan yang dibawa oleh mereka
dalam lingkungan-lingkungan tertentu.
B. Pengajaran (Doktrin)
Dalam
gerakan Karismatik ada suatu kesamaan tertentu, yang di dasarkan bukan pada
theologia, melainkan pada pengalaman “dibaptiskan di dalam Roh Kudus” dan
(biasanya) berbicara dalam bahasa roh.[7]
Karismatik
sendiri adalah istilah yang diambil oleh kaum Pentakosta baru untuk
mendefinisikan apa yang mereka akui sebagai karya-karya khusus dari Roh Kudus
di masa kini. Sesungguhnya, perkataan itu berasal dari istilah Yunani χάρισμα charisma,
yang berarti “karunia anugerah”, sesuatu yang berlaku bagi semua orang Kristen.
Demi mempermudah identifikasi, maka perlu mengikuti konotasi kontemporernya dan
menerapkannya pada gerakan Pentakosta modern yang menekankan karunia-kurnia
tanda yang ajaib (mujizat, bahasa roh dan penyembahan) dan “baptisan Roh Kudus”
sebagai suatau pengalaman subyektif yang subsekuen (terjadi sesudah)
keselamatan.
Berdasarkan
penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gerakan Kharismatik ini
memiliki pengajaran dasar Baptisan Roh dan Karunia Roh.
- Baptisan Roh
Baptisan
roh adalah doktrin utama yang dianut oleh kaum Kharismatik yang disusul dengan
suatu karya Roh Kudus yang disebut juga Karunia Roh.
Robert
Dalton, seorang penulis Karismatik mengungkapkan unsur usaha ketika ia berkata,
“Pengalaman ini (baptisan roh) bukanlah untuk segelintir orangg terpilih saja
melainkan semua yang meninginkannya dan rela memayar harganya”, berikut juga
disertakan berbagai syarat yang variatif untuk beroleh Baptisan Roh. Dipihak
ini Dale Bruner menanggapi dengan tulisannya, “Di satu pihak hanya iman – di
pihak lain usaha. Syarat yang disusulkan untuk menerima baptisan Roh Kudus,
sama ada banyaknya dengan para penganjur doktrin tersebut.
Sebenarnya,
Baptisan (baptizo) adalah suatu
kenyataan rohani yang membawa orang percaya kepada persatuan yang penting
bersama Kristus. Dibaptiskan oleh Roh Kudus berarti bahwa Kristus menempatkan
kita, melalui Roh, ke dalam kesatuan dengan tubuhNya dan memberikan kita suatu
prinsip hidup bersama yang mengaitkan kita dengan setiap orang lainnya yang
juga percaya kepada Kristus. Baptisan dengan Roh mempersatukan semau orang
percaya.
Akan
tetapi menurut orang Karismatik, orang yang dibaptis dengan Roh, seketika itu
penuh dengan Roh. Ini didasarkan dari KPR 2:4, dimana ke -120 orang yang
menerima Baptisan Roh disebut juga “penuh dengan Roh”. Sehingga, orang dipenuhi
dengan Roh untuk pertama kali pada saat ia menerima Baptisan Roh. Tetapi untuk
selanjutnya orang ini bisa berulang kali dipenuhi dengan Roh dalam hidupnya. [8]
Manifestasi
pertama dari kekayaan rohani adalah karunia bahasa Roh (glossolali), yang
kemudian disertai karunia-karunia lain. Terkadang ini dijadikan syarat mutlak
untuk membuktikan apakah seseorang teah menerima Baptisan Roh atau tidak
(Pentakostal).[9] Namun
kalangan Karismatik lebih moderat menerima bahwa bahasa Roh bukan syarat
mutlak. Yang terpenting adalah, bahwa pada orang yang menerima Baptisan Roh
nampak hal-hal berikut:
- Suatu
suka cita besar di dalam Tuhan, yang tidak pernah dialami sebelumnya.
- Suatu
keyakinan teguh, bahwa Kristus tinggal di dalam hatinya.
- Suatu
kerinduan besar untuk berdoa, baik seorang diri maupun dalam persekutuan
orang-orang lain. Berdoa menjadi suatu kesukaan dan bukan lagi kewajiban atau
beban.
- Kitab
suci menjadi suatu “kitab yang baru” sebgaai akibat penerangan Roh Kudus.
- Suatu
keberanian untuk bersaksi tentang Kristus dan suatu keinginan kuat untuk
memenangkan orang lain bagi Kristus.
- Suatu
penyembahan spontan di dalam hati terhadap Kristus, dengan mazmur-mazmur dan
puji-pujian.
- Suatu
kesadaran yang kuat akan panggilan untuk hidup dengan suci dan untuk
menghasilkan buah Roh, yaitu kasih di dalam segala aspeknya
Dalam
Baptisan Roh yang membaptis adalah Kristus, sedangkan di 1 Kor 12:13 yang
membaptis adalah Roh Kudus. Yang terakhir ini bukan Baptisan Roh. [10]
Menurut
ajaran Kahrismatik Karunia-karunia Roh (kharismata)
sebagai doktrin kedua setelah baptisan Roh disebut di 1 Kor 12:8-10, ada 9
karunia yaitu:
- Karunia untuk berkata-kata hikmat, perkataan hikmat untuk melewati masalah tertentu.
- Karunia berkata-kata dengan pengetahuan.
- Iman, yang dimaksud bukanlah iman yang berkaitan dengan keselamatan (mereka telah memilikinya), namun yang dimaksud adalah iaman kepada yang “dalam Nama Yesus” dapat melakukan hal-hal yang besar.
- Karunia untuk menyembuhkan.
- Kuasa untuk mengadakan mujizat.
- Karunia untuk bernubuat.
- Karunia untuk membedakan bermacam-macam roh.
- Karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh. Terbagi menjadi dua macam, yaitu kelompok bahasa dunia dan bahasa yang tidak ada di dunia. Maksud bahasa dunia ialah seseorang dapat berkata-kata dalam bahasa yang belum pernah dipelajarinya seperti yang terjadi pada hari Pentakosta pertama di Yerusalem (KPR 2:7-11), sedangkan bahasa yang tidak ada didunia adalah bahasa malaikat, seperti yang dikatakan oleh Paulus (1 Kor 13:1). Isi bahasa Roh adalah pujian bagi Allah, dan terkadang nubuat. [11]
- Karunia untuk menafsirkan bahasa Roh.
Mengenai
bahasa roh yang menjadi kontroversi hingga saat ini, sebuah penafsiran yang
tepat terhadap alkitab akan menghasilkan pemahaman yang tepat pula. Bahasa
lidah yang alkitabiah adalah berbicara dalam bahasa-bahasa manusia secara ajaib
tanpa belajar atau persiapan terlebih dahulu (Kisah Rasul 2:1-4). Bahasa lidah
alkitabiah adalah tanda bagi orang-orang Yahudi (1 Korintus 14:20-22) dan orang
Yahudi hadir setiap kali bahasa lidah terjadi dalam Kisah Para Rasul (2:5-11;
10:46; 19:6). Mereka yang berbahasa lidah atau bernubuat harus mengendalikan
roh mereka dan dapat berhenti jika diperlukan (1 Korintus 14:29-30, 32-33).
Wanita dilarang untuk berbicara dalam bahasa lidah (1 Korintus 14:34-35).
Berbahasa lidah bukanlah tanda “mendapat Roh Kudus.” 3000 orang yang diselamatkan
pada hari Pentakosta, contohnya, tidak berbahasa lidah. Gerakan kharismatik
dengan “karunia rohani” palsunya adalah elemen penting dalam pembangunan
“gereja” esa-sedunia yang sesat.
C. Perkembangan Gerakan
Kharismatik
Tahap
perkembangannya terbagi ke dalam 3 tahap dan akan dibahas juga tahap
perkembangan di Indonesia dalam bagian terpisah dari ketiga tahap sebelumnya.
Tahap 1
Tahap
pertama khusus di kalangan Pentakosta (1960-1967) oleh pendeta Dennis Bennet[12]yang
dengan statementnya mengungkapkan penglamannya “menerima kuasa dan kepenuhan
Roh Kudus, termasuk karunia berbahasa yang tak dikenal” yang membuat majelis
jemaat meminta Bennet berhenti dengan hormat dari gereja St. Lukas di Monrovia
dan segala kegiatan jemaat yang berhubungan dengan bahasa lidah dilarang.
Selanjutnya
Bennet diminta menggembalakan jemaat St. Lukas di daerah lain di Washington
yang hampir padam. Dengan pola baptisan Roh ini, jemaat yang hampir padam
mengalami pelipatgandaan dalam jumlah. Hal ini tersebar dengan cepat sehingga
banyak pihak gereja meminta Bennet untuk mengajarkan dan membagikan “Baptisan
Roh”nya.
Selain
itu, Jean Stone, Harald Bredesen dan Larry Christenson juga berpesan besar
dalam perkembangan gerakan Kharismatik lewat di Amerika pada masa itu.
Tahap 2
Tahap
ini khusus meliputi Gereja Katolik Roma (GKR) sejak 1967-1977. Sebenarnya
sebelum 1967 sudah banyak warga dan imam Katolik menerima Baptisan Roh secara
individual lewat pelayanan Bennet. Akan tetapi, secara massal gerakan warga dan
imam Katolik ini disebut Pembaruan Kharismatik Katolik (PKK) atau Catholic Charismatic Renewal (CCR) yang
diawali di Universitas Duquesne, Pittsburgh-Pennyslvania dan Universitas Notre
Dama, South Bend-Indiana.[13]
Hal ini karena memang gerakan ini pertama kali diprakarsai oleh orang-orang
menengah ke atas, termasuk kalangan berpendidikan tinggi, dengan kata lain para
mahasiswa. Pesatnya pertumbuhan PKK yang tak diharapkan banyak pihak merangsang
gerakan Kharismatik dari gereja lain untuk bergerak lebih agresif.
Dasawarsa
ini berakhir dengan pembaruan Kharismatik pada masing-masing denominasi, yang
kokoh terbangun menurut strukturnya masing-masing, namun skealigus dengan
kesadaran kuat akan ciri oikumenisnya, ditambah dengan pelayanan yang independen
di bidang penginjilan, penyembuhan dan pengajaran.
Tahap 3
Tahap
ini berlangsung dari 1977 sampai seterusnya. Tahap ini disebut konsolidasi yang
berarti semakin mewujudnyatakan persekutuan keagamaan yang termasuk kedalam
kategori arus utama dan lebih tenang berdiam didalam gereja-gereja dengan
bekerja secara tersembunyi membawa pembaruan dan dalam kehidupan gereja.
Perkembangan
yang tak kalah menarik juga ialah semakin menjamurnya gereja elektronik dan
penginjil-penginjil TV. Selain itu pada 1980-an muncullah suatu praksis baru
dengan pengajaran “tanda dan muzizat” yang dihubungkan dengan John Wagner dan Vineyard Christian Fellowship. Ini
merupakan gelombang ketiga setelah pentakostal dan kharismatik.[14]
Kemudian
terjadilah konfrensi Kharismatik nasional dan internasional yang akhirnya
memberikan tekanan pada penginjilan sedunia. Sehingga tahun 1990-2000 para
penganut gerakan ini memiliki target memenangkan sekurang-kurangnya setengah
penduduk dunia. Ini menunjukkan indikasi dektanya hubungan penganut Kharismatik
dengan Injili.
Kemunculan dan
Perkembangannya di Indonesia
Gerakan
ini mulai di perkenalkan di Indonesia sejak tahun 1960-an oleh para penginjil
dari Amerika dan Eropa. Konteks yang terjadi pada saat itu ialah suasana
politik yang suram dan mencekam dengan memuncaknya G 30S/PKI (1965). Dalam
kehidupan bergereja sendiri, tidak jauh dengan apa yang terjadi di belahan
dunia lain. Gereja-gereja tradisionil gagal memberikan perhatian bagi warga
gerejanya dan kesulitan ekonomi ditambah kurangnya jumlah pelayan menjadikan
penginjilan tiak berkembang pada saat itu.[15]
Kehadiran gerakan kharismatik menawarkan suatu keadaan yang berbeda dengan iman
yang menyala-nyala, istilah-istilah kristen, karunia-karunia Roh dan kehangatan
persekutuan berhasil menjaring banyak jiwa terutama kaum muda. Seperti yang
juga terjadi di negara lain, para pemimpin gereja mengecam gerakan ini dan
mengkalim bahwa gerakan ini menyesatkan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh sebagian
gereja untuk saling merebut anggota jemaat. Akibatnya gerakan ini mulai
melemah, dengan seiring dengan itu melemah jugalah panggilan Kristen di
Indonesia.
A. Kesimpulan
Kharismatik
adalah sebuah gerakan yang telah mengakar pada abad permulaan dalam kerinduan
yang dalam akan kondisi penuh gairah terhadap Tuhan, hingga pada akhirnya
kerinduan ini dimanifestasikan kedalaman sebuah gerakan yang kontroversi hingga
saat ini dalam rangka menjawab kerinduan tersebut.
Doktrin
dasar gerakan ini adalah Baptisan Roh dan Karunia Roh. Salah satu yang
membedakan gerakan ini dengan pentaskostal adalah, sikap terbuka terhadap
bahasa lidah yang tidak dimiliki oleh semua orang.
Dengan
teologi sukses dan pola ibadah yang enjoyable
ini menjadikan gerakan ini memiliki banyak peminat, terutama kaum muda.
Tanggapan
Berdasarkan
pemaparan sebelumnya tentang Kharismatik dalam hal sejarah dan perkembangan
serta doktrin/ pengajarannya. Maka kelompok memberikan tanggapan pada beberapa
hal yang dianggap perlu:
-
Tentang
sejarah perkembangannya
Apabila
menyimak dari terbentuknya persekutuan awal yang membuat gerakan Kharismatik
bergema oleh Demos Shakarian melalui
FGBMFI. Maka kelompok melihat bahwa sesungguhnya Kharismatik lebih tepat
dikatakan sebagai gerakan yang timbul karena hasrat yang dalam akan keintiman
kepada Allah namun tetap menjalani hidup yang nyaman dalam profesi dan
kemapanan masing-masing. Theologi mereka adalah Theologi pengalaman dan
mengesampingkan Theologi Bilblika.
-
Tentang
baptisan roh
Mereka
beranggapan bahwa seseorang harus beroleh baptisan roh yang diikuti dengan
karunia-karunia roh disertai dengan berbagai macam syarat yang banyaknya sama
dengan pelontar syaratnya. Mereka tidak merujuk pada baptisan yang dilakukan
oleh gereja-gereja tradisionil. Tentang hal ini, Alkitab berkata bahwa kita
sudah dibaptis oleh Roh ketika kita percaya, Paulus berkata, “sebab dalam satu
Roh kita semua telah dibaptis (1 Kor 12:13), baptisan itu sudah terjadi. Apa
yang dikatakan oleh para penganut Kharismatik adalah sebuah pengalaman belaka.
Mereka
sering menggunakan Kis 1 “harus menantikan baptisan Roh”, sedangkan konteks
pada zaman itu memang bukanlah masa Roh Kudus. Roh kudus diturunkan sekali pada
Pentakosta, Ia bukan terus menerus harus datang karena ini sama artinya meminta
Tuhan Yesus untuk terus menerus lahir di Betlehem. Roh Kudus telah datang dan
diterima dalam oleh setiap orang percaya.
-
Tentang
bahasa roh atau yang disebut dengan bahasa lidah atau bahasa malaikat.
Apa
yang dikatakan rasul Paulus dengan bahasa malaikat dalam tidak lebih dari suatu ungkapan Hiperbola
untuk mengungkapkan pikirannya, karena konteks pada saat itu kota
Korintus sungguh kacau.Kota Korintus merupakan produk agama-agama
misteri. Mereka mengacaukan karunia
bernubuat dengan meramalkan masa depan. Kota ini dipenuhi oleh para imam kafir
dan yang paling penting ialah tentang imoralitas seksualnya. William Barclay
berkomentar bahwa disana daiatas bukti Akropolis, berdiri kuil besar Aphrodit
(dewi cinta) dan tinggal 1000 nabiah sebagai pelacur-pelacur suci. (124)
Kondisi ini menjadikan ‘wajar’ jika Paulus geram dan prihatin sehingga
melontarkan kata-kata hiperbola.
Berikut
adalah beberapa hal tentang bahasa lidah yang alkitabiah yang didukung leh
tulisan John F.Mac Arthur dalam Apakah
Karismatik Itu?:
- Bahasa
lidah yang alkitabiah adalah berbicara dalam bahasa-bahasa manusia secara ajaib
tanpa belajar atau persiapan terlebih dahulu (Kisah Rasul 2:1-4), dengan kata
“glossa” yang berarti bahasa manusia dan “dialektos” yang berarti dialek.
- Bahasa
lidah alkitabiah adalah tanda bagi orang-orang Yahudi (1 Korintus 14:20-22) dan
orang Yahudi hadir setiap kali bahasa lidah terjadi dalam Kisah Para Rasul
(2:5-11; 10:46; 19:6).
- Mereka
yang berbahasa lidah atau bernubuat harus mengendalikan roh mereka dan dapat
berhenti jika diperlukan (1 Korintus 14:29-30, 32-33).
- Wanita
dilarang untuk berbicara dalam bahasa lidah (1 Korintus 14:34-35). Hal ini
ditinjau dari konteks dalam teks Korintus yang dipengaruhi oleh budaya Yahudi.
Pada saat itu para murid bersekutu, akan tetapi para perempuan tidak
diperbolehkan menyampaikan pendapat, bahkan jika ada yang ingin ditanyakan maka
harus ditanyakan di rumah. Karena tidak mungkin bagi perempuan untuk berbicara
pada persketuan dimana para murid berbahasa Roh, maka tidak mungkin pula bagi
para perempuan untuk berbahasa Roh.
- Berbahasa
lidah bukanlah tanda “mendapat Roh Kudus.” 3000 orang yang diselamatkan pada
hari Pentakosta, contohnya, tidak berbahasa lidah. Gerakan kharismatik dengan
“karunia rohani” palsunya adalah elemen penting dalam pembangunan “gereja”
esa-sedunia yang sesat.
-
Tentang
karunia rohlainnya.
Apa
yang perlu dipertanyakan tentang karunia roh adalah keaslian atau kepalsuannya.
Ini juga disampaikan oleh Sugiri dalam Pembaharuan
Kharismatik bahwa beliau mengingatkan untuk jangan percaya kepada setiap
gerakan roh. Mirip dengan bahasa roh, karunia roh tidaklah dipelajari, tidak
menyebabkan ekstase-ekstase keriangan dangan kericuhan seperti yang lazim
dikerjakan oleh setan dalam ajaran sesat dan bercermin pada apa yang dikerjakan
oleh Yesus. Misalnya dalam hal penyembuhan, Yesus dan para rasul menyembuh
dengan sepatah kata atau sentuhan dengan segera dan menyeluruh, dan mampu
menyembuhkan semua orang. Sebaliknya, pada KKR penyembuhan Kharismatik tidak
jarang didapati orang meninggal karena terdesak atau tidak tahan dengan
penyakit, seperti yang terjadi dalam KKR penyembuhan Benny Hinn pada 30 April
2000 dimana 4 orang meninggal dunia dan 10 orang mengalami luka serius dan
patah tulang.
C.Refleksi
Kami
belajar bahwa Tuhan mengisi kita dengan Roh Kudus sampai menyeluruh dalam hidup
kita, bukan meluap atau meluber sehingga menyebabkan kericuhan dan kekacauan.
Kami adalah orang-orang yang dipenuhi Roh Kudus sejak kami menerima Kristus dan
Kristus hidup dalam kami, hal ini tertampil dalam kehidupan sehari-hari. Tidak
perlu berteriak atau mengucapkan kata-kata tanpa makna untuk menjadi terlihat
rohani, namun dipenuhi dengan roh juga tampak dalam orang-orang Kristen yang
menyanyikan mazmur, bersyukur, saling tunduk, saling menghormati dan taat pada
Tuhan.
Alkitab TB
Aritonang,
S. Jan.Berbagai
Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja. 1995.Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Arthur, FM John. Apakah Karismatik
Itu?. 1998. Lawang: Ekklesia.
Budiman,
Rudy.Menentukan
Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik 1980. Yogyakarta:
Pusat Pnelitian dan Inovasi Pendidikan Duta Wacana,.
Douglas, JD
(general editor).Twentieth-Century
Dictionary of Christian Biography.1995.USA: Baker Books.
Samuel, J.Wilfred. Kristen Kharismatik .2006. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Silalahi,CDjaka. Karsimatik Bercampur
dengan Perdukunan. 2001.Yogyakarta:
Andi.
Sugiri. Pembaharuan Karismatik. 1980.
Yogykarta: Yayasan Kanisius.
Wagner,
Peter.Look Ouut
the Pentecostals are coming. 1973. Illionis: Carol stream.
[1] Wilfred, J. Samuel, Kristen
Kharismatik (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), hal 10
[2] Ibid, hal 11
[3] Ibid, hal 12
[4] Peter Wagner, Look Ouut the
Pentecostals are coming (Illionis: Carol stream, 1973), hal 29.
[5] Jan S. Aritonang, Berbagai
Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995),
hal 198.
[6] Djaka Christanto Silalahi, Karsimatik
Bercampur dengan Perdukunan (Yogyakarta: Andi, 2001), hal 23-26
[7] Rudy Budiman, Menentukan
Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik (Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi
Pendidikan Duta Wacana, 1980), hal.3
[8] Rudy Budiman, Menentukan
Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik (Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi
Pendidikan Duta Wacana, 1980), hal.13
[9] Peter Wagner, Look Ouut the
Pentecostals are coming (Illionis: Carol stream, 1973), hal 34.
[10] Rudy Budiman, Menentukan
Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik (Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi
Pendidikan Duta Wacana, 1980), hal.12,13.
[11] Rudy Budiman, Menentukan
Sikap Terhadap Gerakan Kharismatik (Yogyakarta: Pusat Pnelitian dan Inovasi
Pendidikan Duta Wacana, 1980), hal.20
[12] J.D. Douglas (general editor), Twentieth-Century
Dictionary of Christian Biography(USA: Baker Books, 1995), hal.52
[13] Jan S. Aritonang, Berbagai
Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995),
hal 206,207.
[14] Jan S. Aritonang, Berbagai
Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995),
hal 211.
[15] Jan S. Aritonang, Berbagai
Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995),
hal 214
Roh Kudus ada dan diberikan Bapa untuk mengingatkan akan semua ajaran Yeshua ( ישוע, nama Ibrani Yesus ) yang berlandaskan kepada Torah ( תורה, seperangkat pengajaran dari Tuhan Israel melalui perantaraan Moshe/ Musa ) yang dikenal sebagai Taurat dalam kekristenan.
BalasHapusRoh Kudus ada dan diberikan Bapa untuk mengingatkan akan semua ajaran Yeshua ( ישוע, nama Ibrani Yesus ) yang berlandaskan kepada Torah ( תורה, seperangkat pengajaran dari Tuhan Israel melalui perantaraan Moshe/ Musa ) yang dikenal sebagai Taurat dalam kekristenan.
BalasHapus