Sabtu, 25 Juli 2015

KANON

DEFINISI KANON
Kanon adalah isilah yang berasal dari bahasa Yunani yang juga kemungkinan besar juga berasal dari bahasa Ibrani qaneh yang berarti tongkat pengukur. Istilah ini digunakan untuk mengukur kitab-kitab mana yang ditentukan sebagai kitab yang dinspirasikan atau tidak. Kanonisasi memungkinkan Alkitab kita berjumlah 39 kitab pada Perjanjian Lama dan 27 kitab pada Perjanjian Baru.

KANONISITAS DARI PERJANJIAN LAMA
Para masoret membagi kitab Perjanjian Lama dalam 3 kategori, yaitu: 1) Hukum (Pentateukh); 2) Nabi; 3) Tulisan – tulisan (termasuk Mazmur). Pada intinya kitab – kitab Perjanjian lama diinspirasikan oleh Allah kepada manusia yang Ia kehendaki dan berotoritas pada saat kitab itu ditulis. Manusia mengenali tulisan - tulisan itu biasanya pada waktu mereka mengenali penulis sebagai juru bicara Allah, contohnya ialah kumpulan Kitab Pentateukh yang ditulis oleh Musa. Pada akhirnya, terjadilah pengkoleksian kitab-kitab itu menjadi suatu kanon.

KANONISITAS DARI PERJANJIAN BARU
Proses pengakuan dan pengkoleksian kitab-kitab Perjanjian Baru dimulai di awal abad, terutama setelah pemusnahan/ pembakaran semua Kitab Suci pada masa pemerintahan Kaisar Diocletian. Pada zaman pos-apostolik, yaitu sekitar tahun 95 AD – 235 AD terdapat pengakuan-pengakuan dari tokoh-tokoh agama yang bervariasi tentang jumlah kitab Perjanjian Baru yang mereka akui, hal ini diungkapkan dalam kegiatan surat-menyurat pada waktu itu. Hingga akhirnya pada abad ke 4, sekitar tahun 367 AD- 397 AD para pakar menyebutkan 27 kitab Perjanjian Baru yang diakui kanonikalnya. Keduapuluhtujuh kitab inilah yang pada saat itu dibacakan di gereja-gereja. Pada  tahun 397 AD. Konsili dari Carthage meneguhkan bahwa hanya kitab-kitab kanonikal itulah yang dibaca oleh gereja-gereja.
Timbullah sebuah pertanyaan tentang baagaimana gereja mengenali kitab yang mana yang kanonikal? 4 ujian ini dapat menjawab pertanyaan tersebut:
1.      Apostolisitas. Ini menyangkut pada pribadi penulis, apakah ia termasuk salah satu rasul atau mempunyai hubungan dengan rasul.
2.      Penerimaan. Ini tentang penerimaan sebagian besar gereja pada saat itu. Pengenalan kitab-kitab tersebut pada gereja adalah penting, karena degan demikian kitab-kitab palsu ditolak.
3.      Isi. Isi amat penting dalam melihat kekonsistensian doktrin yang diajarkan dengan doktrin yang telah diterima sebagai pengajaran ortodoksi.
4.      Inspirasi. Kualitas inspirasi dipertanyakan dalam hal menguji kitab kanon. Apkrifa dan Pseudepigrifa ditolak karena masalah ini. Kitab itu harus memberikan kesaksian dari niai moral dan spiritual yang tinggi yang menjadi indikasi bahwa kitab tersebut merupakan hasil karya Roh Kudus.
SOLI DEO GLORIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar