Sabtu, 25 Juli 2015

CONTOH PEMBINAAN WARGA GEREJA DEWASA DI DAERAH SABU



Berporos Pada Masalah
Saya gembala yang memiliki beban pada gereja-gereja di daerah Kristen yang miskin dengan jemaat yang memprihatikan ditiliki dari segi kesehatan. Perhatian saya jatuh pada gereja-gereja suku di daerah Sabu. Kepulauan sabu terletak diantara pulau sumba, pulau rote dan pulau timor, pada 1210 45’ sampai  122 4’ BT dan 10 27’ sampai 10 38’ LS. Mata pencaharaian utama orang sabu adalah petani. Pada umumnya mereka bekerja sebagai peladang dan penyadap lontar. Menurut data tahun 1988, dari antara penduduk yang berjumlah 57.809 jiwa, terdapat 33.112 orang petani, pegawai 3.392 orang, tukang 142 orang, nelayan 125 orang dan pedagang 65 orang. Pola kegiatan para petani masih terikat pada siklus kegiatan menurut kalenndar lunar yang sangat erat kaitannya dengan adat istiadat yang bersumber pada konsep religi dari agama suku orang sabu. Hasil produksi pertanian sangat tergantung pada curah hujan serta teknologi pertanian yang sederhana. Dengan kesederhanaan ini dan keteetutupan daerah menjadikannya “remote area” atau menjadi daerah terbelakang. Daerah ini menjadi daerah miskin dengan tingkat kesahatan yang buruk. Hal ini diakibatkan kurang pengetahuan tentang Prilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) dalam masyarakat.

Berporos Pada Firman Allah
                       
Dalam I Korintus  6: 19 dikatakan bahwa “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” dan I Korintus  6:20 “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!” serta I korintus 12:27 mengatakan “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya.”
Ketiga ayat diatas mengingatkan kita bahwa tubuh kita memang sesuatu yang fana, namun selama kita hidup, tubuh kita merupakan bait Allah. Allah ini bersifat kudus adanya, oleh karena itu dengan tubuh yang dipercayakan Allah ini kita diharapkan untuk memeliharanya dengan penuh tanggung jawab, karena kita tidak berkuasa atas tubuh kita sendiri. Dengan tubuh yang terpelihara dan dihargai maka kita telah memuliakan Allah lewat tubuh. Setiap manusia yang juga merupakan bagian dari tubuh Kristus mengemban tugas dan tanggung jawab untuk saling membangun, mengingatkan dan menolong dalam menjaga dan memelihara tubuh yang telah Allah berikan.
Dengan mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan tubuh termasuk pemeliharaan dan kesehatannya kita secara tidak langsung telah tidak memuliakan Allah dan tidak memberikan tempat terbaik bagi Allah. Oleh karena itu sebagai gembala saya memberikan perhatian pada bidang kesehatan bagi warga Sabu lewat penggembalaan warga gereja dewasa.

Berporos Pada Profesi
            Sebagai seorang gembala, saya juga telah diperlengkapi dengan pengetahuan dan skill yang cukup memadai dalam bidang kesehatan karena latar belakang pendidikan saya. Oleh karena itu, selain melibatkan petugas kesehatan setempat, saya juga melibatkan diri secara langusng dalam pelayanan yang bersifat holistik ini. Saya memiliki program untuk memberikan seminar tentang Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang juga difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Setempat untuk meningkatkan kualitas kesehatan jemaat gereja saya.
            Dengan mata pencaharian yang sebagian besar di laut, maka terlebih dahulu saya memfokuskan pada permasalahan penggunaan air. Pembedaan air bersih untuk dikonsumsi, untuk mandi dan untuk keperluan rumah tangga. Dengan keterbatasan saya, saya membutuhkan tenaga “Kesehatan Lingkungan” untuk mengajarkan kepada jemaat cara penyulingan air secara sederhana, baik itu air hujan maupun air laut yang dapat dijadikan tawar bila tidak ada mata air yang memancarkan air pada musim kemarau.
         Setelah itu, akan dijelaskan lebih jauh tentang PHBS, tentang harus adanya MCK/ WC di rumah, tentang membiasakan diri hidup bersih dengan mandi teratur dan cuci tangan teratur. Memulai dari hal-hal sederhana ini akan mengantarkan pada kesadaran yang lebih tinggi akan kesehatan. Sehingga ketika ada jemaat yang sakit, mereka tidak berpikiran kuno seperti “diguna-guna” atau “disantet”, melainkan mereka dapat menganalisa kebiasaan hidup mereka, apakah sudah mendekati standar PHBS atau belum. Dengan kesdaran akan kesehataan yang mulai timbul mereka tidak cepat memutuskan untuk berobat kedukun atau melakukan hal-hal yang tidak masuk akan dan tidak bersih lainnya, akan tetapi mereka dapat berpikir logis sederhana dan mencapai pertolongan yang tepat baik secara fisik (medis) maupaun rohani (hamba Tuhan).

Kesimpulan
            Dengan peningkatan kesadaran akan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) maka kualitas hidup jemaat akan lebih baik. Dari sini dapat menjadi titik mulainya pendidikan-pendidikan kesehatan lainnya yang lebih kaya untuk menambah wawasan jemaat dan bermanfaat bagi kehidupan praktis jemaat. Dengan cara ini, secara tidak langsung gembala telah mulai menciptakan jemaat yang cerdas dengan pemikiran injil yang bersifat holistic.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar